Kisah Guru Honorer Gaji Rendah di Indramayu, Tambah Sulit saat Pandemi, Nyambi Usaha Hingga Jualan
Guru honorer pelajaran PJOK itu harus nyambi usaha lain demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Mulai dari jualan obat pertanian, hingga skincare
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Seli Andina Miranti
"Kalau jam mengajar istilahnya sudah mati segitu karena pandemi gak bisa lebih. Saya ketolong nya karena dapat uang transportasi, satu kali berangkat Rp 25 ribu dalam sebulan jadinya Rp 210 ribu dan tunjangan wali kelas Rp 92 ribu," ujar dia.
Total, dalam satu bulannya, Muhamad Sukri hanya mendapat honor sebesar Rp 702 ribu.
Uang tersebut harus mencukupi untuk keperluan kuota internet selama belajar. Termasuk membayar denda apabila ia telat mengajar.
"Kuota sebenarnya dikasih, tapi gak tahu gak bisa kepakai kartunya, ya sudah saja pakai kuota pribasi. Juga ada denda kalau telat ngajar, besarannya gak tentu, tergantung telatnya itu," ujarnya.
Hal inilah yang membuatnya harus mencari kerja sampingan, salah satunya berjualan produk skincare secara online.
"Skincare ini sebenarnya istri yang jualan, tapi memang pakai kontak saya. Kalau ada orderan saya kasihkan ke istri, nanti istri yang melayani," ujar dia.
Dari hasil itu, Muhamad Sukri tetap bersyukur, di samping bisa tetap aktif mengajar, setidaknya disampaikan dia, kebutuhannya bersama istri dan anak yang masih berusia 1 tahun bisa tercukupi walau dengan serba keterbatasan.
Baca juga: Tayangan Spesial Hardiknas, Cerita Nusantara: Ki Hajar Dewantara di Program Belajar di Rumah TVRI
Ia berharap, di momen Hardiknas 2021 ini pandemi Covid-19 bisa segera berakhir dan kegiatan belajar mengajar (KBM) bisa kembali digelar di sekolah.
Selain itu, ia juga menaruh harapan penuh agar bisa lolos dalam ujian Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) kedepannya.
"CPNS saya baru ikut sekali, alhamdulillah hasilnya belum dapat, tapi semoga selanjutnya bisa lulus. Minimalnya di Hardiknas ini saya berharap pandemi bisa segera berakhir," ujar dia.