Pengalaman Mantan Awak Nanggala-402 Salat Idulfitri di Kedalaman 30 M, Seluruh Dunia Belum Merasakan

Danseskoal Laksamana Muda TNI Iwan Isnurwanto menceritakan pengalamannya yang luar biasa saat menjadi awak kapal selam KRI Nanggala-402.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Widia Lestari
KOMPAS.com CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
Ilustrasi Pengalaman Mantan Awak Nanggala-402 Salat Idulfitri di Kedalaman 30 M, Seluruh Dunia Belum Merasakan 

TRIBUNJABAR.ID - Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut atau Danseskoal Laksamana Muda TNI Iwan Isnurwanto menceritakan pengalamannya yang luar biasa saat menjadi awak kapal selam KRI Nanggala-402.

Iwan mengatakan, ia menjadi awak kapal selam tersebut pada tahun 1990-an.

Ketika itu adalah masa damai, jadi tidak ada peperangan dengan negara lain.

"Maka latihan-latihan operasi, itulah yang kami emban sesuai perintah dari pihak atas," ujarnya dikutip TribunJabar.id dari tayangan Kompas TV Sapa Indonesia Akhir Pekan, Sabtu (1/5/2021).

Lebih lanjut Iwan mengatakan, selama menjadi awak kapal selam, hampir seluruh tempat-tempat di Indonesia sudah disinggahi.

Selama itu pula banyak pengalaman yang membuat ia dan awak kapal selam lainnya menjadi profesional dan bisa lulus dari satuan kapal selam.

Baca juga: Mantan Komandan KRI Nanggala-402 Cuma Bisa Berbaring di Rumah, Harusnya Masih Dinas 6 Tahun

"Beberapa hal yang menjadikan kami kuat, bahwa kami dilatih untuk mengatasi semua permasalahan-permasalahan di kapal selam.

"Bagaimana cara mengatasi kedaruratan, bagaimana kita bisa membawa kapal selam ini duduk di dasar. Maksudnya kapal selamnya duduk (berada) di dasar laut," katanya.

Ada beberapa pengalaman luar biasa yang dirasakan Iwan, di antaranya adalah melaksanakan salat Jumat dan salat Idulfitri di dalam kapal selam yang berada di kedalaman 30 meter di dalam laut.

Danseskoal Laksamana Muda Iwan Isnurwanto menceritakan pengalaman blackout di KRI Nanggala-402
Danseskoal Laksamana Muda Iwan Isnurwanto menceritakan pengalaman blackout di KRI Nanggala-402 (Tangkapan Layar via KompasTV)

Menurut Iwan, tak semua orang bisa merasakan pengalaman luar biasa tersebut.

"Kemudian, pengalaman pernah kita duduk dasar sambil salat Jumat, yang mungkin seluruh dunia belum pernah merasakan.

"Kemudian pernah menyelam 30 meter, untuk melaksanakan salat Idul Fitri, karena kami tidak bisa ke pangkalan, tidak bisa pulang karena operasi. Ini pengalaman yang tidak semua orang bisa merasakan itu," katanya.

Pengalaman Saat Blackout

Sebelumnya, Iwan juga pernah bercerita kejadian yang sampai saat ini masih ia ingat jelas ketika menjadi awak kapal selam.

Kenangan antara hidup dan mati itu bahkan masih membuat Iwan merinding.

KRI Nanggala-402 mengalami blackout pada saat itu dan Iwan mengungkap penyebabnya.

Pengalaman itu diceritakan Laksamana Muda Iwan Isnurwanto disampaikan saat konferensi pers di Mabes AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (27/4/2021), dikutip dari tayangan KompasTV.

Kejadian tersebut terjadi saat tengah malam, Iwan sedang beristirahat di tempat tidur bertingkat.

KRI Nanggala-402 mengalami blackout. Posisi kapal selam TNI AL itu sudah miring.

"Saya waktu mengawaki Nanggala pun pernah mengalami hal yang serupa namanya blackout," kata Iwan.

Iwan yang sedang berisitirahat di kasur tingkat tiga langsung melompat.

Ia langsung siaga. Situasi saat itu, kata Iwan, kapal sudah miring sekitar 45 derajat.

Tidak ada tekanan pada kapal, hanya lampu darurat yang menyala.

Baca juga: Bikin Kalimat Tak Pantas soal KRI Nanggala-402, Pria di Balikpapan Ketakutan dan Merasa Bersalah

Posisi kapal yang miring membuat awak kapal lainnya langsung 'merosot' ke bagian buritan kapal atau bagian belakang kapal.

Hanya hitungan 10 detik, KRI Nanggala-402 terjun ke dasar laut sampai 90 meter.

"Posisinya adalah yang belakang ini langsung turun sampai (kemiringan,red) 45 derajat bisa lebih, langsung (turun) begini, tidak sampai dengan 10 detik itu (kapal turun,red) sampai dengan 90 meter," tutur Palaksa KRI Nanggala-402 tahun 2000-2005.

Dalam situasi kapal selam miring, awak kapal diperintahkan untuk bergerak menuju haluan atau bagian depan.

Iwan mengatakan saat itu semuanya tidak dapat berjalan.

Mereka bergerak dengan cara merangkak, meraih pintu satu persatu sebagai pegangan.

Di tengah menceritakan pengalamannya, Iwan tiba-tiba berhenti.

Ia mengaku masih merasakan situasi menegangkan yang dialaminya di KRI Nanggala-402.

Baca juga: SOSOK Suheri, Bukan Tentara Tapi Ada di KRI Nanggala-402 yang Karam, Miliki Kemampuan Istimewa

"Jadi lorong itu kita merangkak, mohon maaf ini, saya merinding," ucap Iwan sembari menghentikan ceritanya.

Ia juga menunjukan lengan tangan kirinya yang disebutkannya masih merinding.

"Semua karena saya pernah mengalaminya, merangkak megang itu pintu-pintu itu sampai ke depan," tutur Iwan.

Untung saja, situasi gawat itu dapat diatasi secara cepat.

Penyebab blackout dapat diketahui oleh Kepala Kamar Mesin (KKM).

KRI Nanggala 402
KRI Nanggala 402 (Grid)

Iwan pun mengatakan, masalah akhirnya diatasi setelah kepala kamar mesin (KKM) yang saat itu bertugas mengembuskan tangki pemberat pokok dan tangki tahan tekan sehingga kapal selam bergerak naik.

Teryata, blackout terjadi karena ada salah satu sekring (fuse) yang terputus.

"Ada satu fuse yang putus, padahal kita enggak tahu fuse itu di mana.

Tapi karena kecanggihan KKM pada saat itu, langsung bisa ketahuan langsung bisa diperbaiki. Alhamdulillah saat itu," ucap Iwan.

Kapal selam KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam pada Sabtu (24/4/2021) setelah hilang kontak dalam latihan perang di perairan utara Bali, Rabu (21/4/2021).

Semua awak kapal selam TNI AL tersebut dinyatakan gugur.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved