Ramadan 1442 H
Berikut Ini Amalan-amalan yang Bisa Dikerjakan Saat Nuzulul Quran pada 17 Ramadan
Masyarakat Indonesia umumnya memperingati Nuzulul Quran pada hari ke-17 Ramadan. Tahun ini, 17 Ramadan jatuh pada 29 April 2021.
TRIBUNJABAR.ID - Al-Quran diturunkan pada bulan suci Ramadan. Kitab suci umat Islam itu diturunkan dua cara, yakni bertahap dan secara utuh.
Nuzulul Quran adalah peristiwa diturunkannya Al-Qur'an secara utuh dari Lauhul Mahfuzh di langit ketujuh ke Baitul Izzah di langit dunia.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ. البقرة 185
“Bulan Ramadhan, bulan yang di padanya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (Qs. Al Baqarah: 185).
Masyarakat Indonesia umumnya memperingati Nuzulul Quran pada hari ke-17 Ramadan. Tahun ini, 17 Ramadan jatuh pada 29 April 2021.
Adapun acara seremoni digelar untuk memperingati Nuzulul Quran.
Baca juga: Nuzulul Quran pada Bulan Ramadan 1442 H Kapan? Ini Waktunya, Lengkap serta Sejarah Nuzulul Quran
Baca juga: Peringatan Nuzulul Quran Ramadan 2021 Kapan? Berikut Penjelasannya Lengkap dengan Sejarah Turunnya
Alangkah baiknya perayaan itu juga diimbangi dengan ibadah.
Amalan apa saja yang dapat dilakukan saat malam Nuzulul Quran?
Memperingati malam Nuzulul Quran seperti memaknai kembali pentingnya mengamalkan nilai-nilai Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.
Umat Islam pun termotivasi membaca Al-Quran dengan peringatan Nuzulul Quran.
Cara-cara terbaik mengisi malam Nuzulul Quran adalah istiqomah membaca Al-Quran.
Kedua adalah perbanyak berdzikir.
Lalu yang ketiga adalah perbanyak salat malam dan doa.

Apa yang dilakukan Rasulullah SAW dan sahabatnya dalam memperingati peristiwa turunnya Al-Quran?
Dikutip dari mslim.or.id, berikut ini penuturan sahabat Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu tentang apa yang beliau lakukan.
كَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ . رواه البخاري
“Dahulu Malaikat Jibril senantiasa menjumpai Rasulullah SAW pada setiap malam Ramadan, dan selanjutnya ia membaca Al-Qur’an bersamanya.” (Riwayat Al Bukhari)
Demikianlah, Nabi SAW bermudarasah, membaca Al-Qur’an bersama Malaikat Jibril alaihissalam di luar salat. Dan ternyata itu belum cukup bagi Nabi SAW, beliau masih merasa perlu untuk membaca Al-Qur’an dalam salatnya.
Anda ingin tahu, seberapa banyak dan seberapa lama beliau membaca Al-Qur’an dalam salatnya?
Simaklah penguturan sahabat Huzaifah radhiallahu ‘anhu tentang pengalaman beliau shalat tarawih bersama Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Pada suatu malam di bulan Ramadan, aku salat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam bilik yang terbuat dari pelepah kurma. Beliau memulai salatnya dengan membaca takbir, selanjutnya beliau membaca doa:
الله أكبر ذُو الجَبَرُوت وَالْمَلَكُوتِ ، وَذُو الكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ
Selanjutnya beliau mulai membaca surat Al Baqarah, sayapun mengira bahwa beliau akan berhenti pada ayat ke-100, ternyata beliau terus membaca. Sayapun kembali mengira: beliau akan berhenti pada ayat ke-200, ternyata beliau terus membaca hingga akhir Al Baqarah, dan terus menyambungnya dengan surat Ali Imran hingga akhir. Kemudian beliau menyambungnya lagi dengan surat An Nisa hingga akhir surat. Setiap kali beliau melewati ayat yang mengandung hal-hal yang menakutkan, beliau berhenti sejenak untuk berdoa memohon perlindungan. …. Sejak usai dari salat Isya’ pada awal malam hingga akhir malam, di saat Bilal memberi tahu beliau bahwa waktu salat subuh telah tiba beliau hanya salat empat rakaat.” (Riwayat Ahmad, dan Al Hakim)
Demikianlah cara Rasulullah SAW memperingati turunnya Al Qur’an pada bulan ramadhan, membaca penuh dengan penghayatan akan maknanya.
Tidak hanya berhenti pada mudarasah, beliau juga banyak membaca Al-Qur’an pada salat beliau, sampai-sampai pada satu rakaat saja, beliau membaca surat Al Baqarah, Ali Imran dan An Nisa, atau sebanyak 5 juz lebih.
Dilansir dari lampun.kemenag.go.id, keutamaan malam Nuzulul Quran dapat dirasakan saat bulan Ramadan, yakni ketika Al-Quran turun secara berangsur-ansgur selama 22 tahun yang kemudian menjadi rangkaian sempurna.
Riwayat Diturunkannya Al-Quran
Dosen Ahli Ilmu Hukum Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Dr Syahrul Anwar, menjelaskan riwayat peristiwa Nuzulul Quran.
Ia menjelaskan dari riwayata tersebut peristiwa Nuzulul Quran terjadi melalui 3 tahapan.
1. Lauhu Mahfudz ke Baitul Izzah
Riwayat pertama, menyatakan Alquran diturunkan secara langsung dari Lauhu Mahfudz ke Baitul Izzah (langit dunia).
Dr Syahrul Anwar mengatakan peristiwa Nuzulul Quran menurut riwayat ini Alquran diturunkan berangsur-angsur.
Proses Alquran diturunkan dari Lauhu Mahfudz ke Baitul Izzah (langit dunia) inilah tahapan pertama Alquran diturunkan.
Alquran di Lauhu Mahfudz adalah tersimpan dan tidak bisa diketahui kecuali oleh Allah SWT.
Sebagaimana diketahui eksistensi Lauhul Mahfudz itu merupakan sebagai tempat catatan dari segala hal yang ditentukan dan diputuskan Allah SWT dari semua kejadian.

Baca juga: Tadarus di Bulan Ramadan, Baca Dulu Doa Sebelum dan Sesudah Membaca Al Quran Lengkap dengan Artinya
Baca juga: Tips Membaca Al Quran dengan Baik dan Merdu ala Qoriah Muda Mimi Jamilah
2. Dari Baitul Izzah ke Bumi
Adapun di tahap kedua, Alquran turun dari Baitul Izzah berikutnya diturunkan ke bumi.
Dr Syahrul Anwar mengatakan proses tahapan kedua ini Alquran terjadi secara berangsur-angsur.
Pada proses penurunannya terjadi pada masa kenabian Nabi Muhammad SAW.
"Penurunan secara berangsur-angsur tersebut sesuai dengan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa nabi," ujarnya.
Pada masa nabi inilah penurunan Alquran tak serta merta turun karena ada penyebabnya.
Setiap peristiwa itu disebut menjadi Asbabul Nuzul, yaitu sebab muasal diturunkannya Alquran berkaitan dengan peristiwa tertentu.
3. Malaikat Jibril
Semua penurunan Alquran melewati Malaikat Jibril.
Sebagaimana diketahui Malaikat Jibril merupakan Malaikat penyampai wahyu Allah SWT.
Dalam hal inilah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu yakni firman Allah (Alquran) kepada Rasulullah SAW.
Waktu Turunnya Al Quran
Turunnya Al Quran melalui Malaikat Jibril yang disampaikan secara berangsur-angsur.
Al Quran disampaikan berupa beberapa ayat dari surat atau pun surat pendek secara utuh.
Dosen Ahli Ilmu Hukum Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Dr Syahrul Anwar,
menjelaskan penyampaian Al Quran secara berangsur-angsur tersebut keseluruhan memakan waktu lebih kurang 23 tahun kenabian.
Dari 23 tahun kenabian itu 13 tahun saat Nabi Muhammad SAW tinggal di Makkah.
Kemudian 10 tahun berikutnya setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.
Dijelaskan Dr Syahrul, adapun permulaan turunya Alquran adalah pada malam 17 Ramadan.
Saat itu Rasulullah SAW telah berusia 40 tahun.
Di usia 40 tahun tersebut, menurut Dr Syahrul Anwar terjadi peristiwa Nubuwwah.

Baca juga: Video Viral, Merinding, Meski Gangguan Jiwa Wanita Ini Mampu Melantunkan Al Quran, Merdu Bak Qori
Baca juga: Gegara Ditunjuk Guru Untuk Ikut MTQ, Muhammad Mari Kini Jadi Qori Terbaik Kedua se Jawa- Madura
Artinya di usia tersebut seseorang sudah memiliki kecakapan di dalam bersikap dan berdakwah.
Sebelum mendapatkan wahyu Nabi Muhammad SAW memang sudah sering melakukan perenungan (berkhalwat) di gua Hira.
Kebiasaan ini telah Nabi lakukan sebelum menikahi Siti Khadijah.
Rasulullah kerap memikirkan hakikat kebenaran tentang kehidupan orang-orang jahiliyah pada masanya.
Hingga tibalah sewaktu itu Nabi sedang berkhalwat/bertahanus (meditasi) di dalam gua Hira di atas Jabal Nur.
Ayat yang pertama kali turun sebagaimana diketahui yaitu ayat 1-5 surat Al Alaq.
Peristiwa turunnya Al Quran di bulan Ramadan itu dikabarkan Rasulullah untuk pertama kalinya kepada istrinya yakni Siti Khadijah.
Hingga akhirnya firman Allah SWT itu sampai ke telinga sahabat dan para tabiin hingga umat manusia sampai saat ini.
Lantas peristiwa yang diyakini terjadi pada bulan Ramadan inilah hingga saat ini diperingati pada malam-malam Ramadan, tepatnya di hari ke 17 Ramadan.
Masyarakat memperingati Nuzulul Quran dengan berbagai hal.
Mulai dari memperbanyak ibadah, menghadiri majelis-majelis, makan-makan hingga membuat perayaan adat berhubungan dengan Ramadan.