Masjid Mbah Wali Cibiuk

Dibangun Abad Ke-16, Masjid Peninggalan Syekh Jafar Shidiq di Garut Masih Berdiri Kokoh

Masjid peninggalan Syekh Muhammad Jafar Shidiq yang dibangun pada abad ke-16 hingga kini masih berdiri kokoh.

Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Hermawan Aksan
TRIBUN JABAR/FIRMAN WIJAKSANA
ZIARAH - Warga berziarah ke makam Syekh Jafar Sidiq di kompleks pemakaman Sunan Haruman di Kampung Kilanjung, Desa Cipareuan, Kecamatan Cibiuk, Minggu (28/5/2017). 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Garut, Sidqi Al Ghifari

TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Masjid peninggalan Syekh Muhammad Jafar Shidiq yang dibangun pada abad ke-16 hingga kini masih berdiri kokoh.

Masjid yang dikenal dengan nama Masjid Mbah Wali Cibiuk itu berlokasi di Kampung Pasantren Tengah, Desa Cibiuk Kidul, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Syekh Muhammad Jafar Shidiq dikenal sebagai tokoh penyebar Islam di Garut.

Baca juga: Ramadan, Bulan Berseminya Cinta dalam Keluarga

Baca juga: Jadwal Buka Puasa Ramadan Bandung, Bandung Barat, Cimahi, dan Sumedang Hari Ini 25 April 2021

Ia putra Kiai Mas Mas'ud Dipakusumah yang merupakan generasi ke-8 dari Sunan Pancer Limbangan.

Konstruksi bangunan masjid tersebut berbentuk bujung sangkar yang berukuran 6x6 meter dengan struktur bangunan panggung dengan empat tiang yang hingga kini masih kokoh.

Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Mbah Wali, Ageung Moch Jamhari, mengatakan, dalam pembangunan masjid tersebut Mbah Wali mendatangkan arsitek dari Banten.

"Itu yang membuat masjid ini mirip dengan bentuk masjid Banten, atap kerucut," ungkapnya saat diwawancarai Tribunjabar.id, Minggu (15/4/2021).

Masjid Mbah Wali sudah beberapa kali mengalami renovasi, tapi tidak menghilangkan tiang-tiang penyangga yang dulu dibangun oleh Syeikh Jafar.

Menurut Ageung, dulunya atap masjid dipasangi ijuk, tapi diganti untuk melindungi masjid dari pembakaran yang dilakukan pada masa pemberontakan DI/TII.

Di atap masjid ini terdapat ukiran batu yang disebut dengan Pataka yang hingga kini masih utuh menancap di ujung atap bangunan.

"Semua tiang masih utuh. Ada tambahan tiang penyangga baru untuk menguatkan bangunan. Namun secara keseluruhan tiang-tiang tidak dilepaskan saat renovasi," kata Ageung.

Di belakang masjid bersejarah itu kini sudah dibangun masjid yang berukuran besar yang menempel dengan masjid lama.

Pembangunan masjid baru dimaksudkan untuk menampung jemaah yang setiap generasinya terus bertambah.

Salat lima waktu dilakukan di masjid baru tersebut, tapi salat Jumat masih dilakukan di masjid lama.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved