Daliana dan Florian, Arsitek Indonesia-Jerman Perancang di Balik Indahnya Alun-alun Kejaksan Cirebon
Pasangan suami istri inilah yang menjadi perancang di balik indahnya Alun-alun Kejaksaan, Kota Cirebon.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: taufik ismail
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Di balik berdirinya Alun-alun Kejaksan Kota Cirebon, tersurat sentuhan tangan duo arsitek kebanggaan Indonesia, Daliana dan Florian, founder dari SHAU (Suryawinata Heinzelmann Architecture & Urbanism) di Rotterdam, Belanda dan Bandung, Indonesia.
Kolaborasi suami-istri arsitek tangguh itu melahirkan gagahnya alun-alun yang terletak jantung Kota Cirebon di Jalan Kartini, Kecamatan Kebonwaru, Kota Cirebon yang telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Rabu (21/4/2021), waktu yang bersamaan dengan peringatan Hari Kartini.
Alun-alun seluas 1 hektare itu kini menjadi magnet warga Kota Cirebon untuk berinteraksi atau berkegiatan dengan sejumlah fasilitas seperti tempat bermain dan juga perpustakaan hadir di sana.
Baca juga: Sinopsis Ikatan Cinta 22 April 2021, Apakah Aldebaran Berhasil Melakukan Tes DNA Tanpa Ada Halangan?
Baca juga: Rekam Jejak KRI Nanggala 402, Si Monster Bawah Laut Milik TNI AL yang Tiba-tiba Hilang, Kini Dicari
Adalah Daliana, salah seorang dari arsitek Alun-alun Kejaksan mengatakan, pihaknya tertarik mendesain ruang-ruang publik di Indonesia karena warga butuh lebih banyak ruang publik yang didesain dengan baik.
Setelah kesuksesan desain Taman Film dan juga Alun Alun Cicendo di Bandung, mereka diminta oleh Pemprov Jabar untuk mendesain Alun-alun Kejaksan.
"Prosesnya melalui pemahaman konteks, survei, FGD partisipatif dengan pemkot dan pemangku kepentingan, desain arsitektur kami lakukan berkoordinasi dengan Pak Gubernur, Kang Emil sampai akhirnya direalisasikan oleh kontraktor melalui tender," ujar Daliana melalui siaran tertulis, Kamis (22/4/2021).
Bagi arsitek SHAU, kata dia, filosofi yang terkandung dalam desain dan eskterior Alun-alun Kota Cirebon berawal dari inspirasi gapura atau Candi Bentar yang mereka terjemahkan ke dalam bentuk plaza kontemporer.
Ditambah, lokasinya sangat unik, dikelilingi Masjid At-Taqwa, monumen bersejarah, dan ada juga PKL dan akses halte bus.
Di sana terdapat undakan untuk duduk-duduk.

"Alun-alun adalah ruang publik untuk semua, sehingga ada berbagai kegiatan. Namun yang utama adalah lapangan terbuka dengan garis-garis rumput dan bata sesuai arah kiblat, gapura utama, plaza memorial untuk memberikan penghormatan kepada monumen kemerdekaan, plaza air mancur, candi microlibrary yang merupakan taman baca, shelter PKL, taman bermain, dan tempat parkir terutama untuk masjid," tutur Daliana.
Adapun material bata merah digunakan agar sesuai dengan warna Candi Bentar yang mereka referensikan. Selain itu juga terasa familiar untuk warga Cirebon.
Di sisi lain, Daliana mengaku ada kesulitan dan tantangan dalam merancang alun-alun tersebut.
"Kesulitan dan tantangannya adalah bahwa Alun-alun Kejaksan ini sangat penting untuk semua dan lokasinya strategis, maka banyak sekali permintaan dari berbagai pihak," ujar dia.
Misalnya, kata dia, masjid membutuhkan parkir dan lapangan, RTH minimal 30 persen yang mana tercapai, serta kebutuhan ruang publik dengan berbagai kegiatan mulai dari bermain, membaca, plaza-plaza perlu didesain dengan sangat baik.