Kakinya Diamputasi, Ustaz Tajudin di Cikakak Sukabumi Tetap Semangat Mengajar Ngaji, Batin Bahagia
Meskipun hidup dengan satu kaki, Tajudin (54) tetap semangat mengajar ngaji di sebuah pondok tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Penulis: M RIZAL JALALUDIN | Editor: Giri
Laporan Kontributor Tribunjabar.id Kabupaten Sukabumi, M Rizal Jalaludin
TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Meskipun hidup dengan satu kaki, Tajudin (54) tetap semangat mengajar ngaji di sebuah pondok tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Tajudin merupakan seorang ustaz dari Kampung Cibeureum RT 07 RW 06, Desa Cirendang, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Tajudin harus kehilangan kaki kiri karena tergesek bambu saat ia di pondok puluhan tahun silam. Awalnya kakinya bengkak.
"Awalnya saya lagi mesantren di Cicurug kena musibah kegesek bambu, enggak seberapa lukanya. Setelah tiga hari bengkak, sempat di rawat di rumah sakit selama satu bulan. Kata dokter saya harus di amputasi. Saya bertahan," ujar Tajudin saat ditemui di rumahnya beberapa waktu lalu.
Ia sempat bertahan selama sekitar 23 tahun dengan berobat jalan.
Baca juga: Jawaban Bima Arya Saat Rizieq Shihab Mempertanyakan Dia Dilaporkan ke Polisi Oleh Wali Kota Bogor
Baca juga: Aksinya Terekam CCTV, Tukang Fotokopi Terancam Penjara 7 Tahun karena Dada Anak di Bawah Umur
Baca juga: Jadwal Persib Bandung di Semifinal Piala Menpora, Persija Jakarta Hadapi PSM Makassar Malam Ini
Namun, lukanya tak kunjung membaik.
Selain kondisi kakinya yang tak kunjung sembuh, ia pun merasakan penyakit lain akibat pembengkakan pada kakinya.
Penyakit lain yang ia derita di antaranya rambut rontok, kulit mengelupas, hingga badannya panas.
Lima tahun lalu, setelah ia bertahan selama 23 tahun, akhirnya memutuskan menerima saran dokter untuk diamputasi.
Baca juga: Hasil LIDA 2021 Tadi Malam Penampilan Grup 1 Merah Top 42 Besar, Duta Dangdut Asal Banten Tersenggol
Baca juga: Stadion Maguwoharjo Untungkan PSS Sleman atau Persib Bandung? Ini Kata Aaron Evans
"Alhamdulillah setelah diamputasi kenikmatan dari Allah terasa semakin bertambah. Di mata orang umum saya sangat kurang, tapi yang dirasakan batin saya sangat bahagia (dengan) hilangnya kaki karena penyakit-penyakit yang lain enggak ada. Saya dari dulu punya penyakit seperti itu, enggak bisa kerja berat seperti orang-orang. Saya tetap tinggal di pesantren. Sampai sekarang saya alhamdulillah masih ada di Pondok Pesantren Citespong sambil mengajar, membantu guru," ucapnya.
Ia mengatakan, mendapatkan bantuan dari Baznas Kabupaten Sukabumi berupa kaki palsu belum lama ini. (*)