Gempa Bumi Magnitudo 4,3 Guncang Bulukumba Dini Hari Tadi, Ini Wilayah yang Rasakan Getaran

Gempa bumi terjadi pada Selasa (13/4/2021) dini hari. Gempa bumi yang terjadi di laut 60 kilometer timur laut Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Editor: Giri
istimewa
ILUSTRASI - Gempa bumi terjadi pada Selasa (13/4/2021) dini hari. Gempa bum di laut 60 kilometer timur laut Bulukumba, Sulawesi Selatan, terjadi pada pukul 01.08. 

TRIBUNJABAR.ID - Gempa bumi terjadi pada Selasa (13/4/2021) dini hari. Gempa bumi di laut, 60 kilometer timur laut Bulukumba, Sulawesi Selatan, terjadi pada pukul 01.08.

Gempa berkekuatan magnitudo 4,3 tersebut terjadi di titik koordinat 5,08 LS-120,57 BT.

Getaran gempa bumi di kedalaman 7 kilometer dirasakan di Bulukumba untuk MMI II.

Baca juga: Kata Dejan Antonic Setelah Antarkan PS Sleman Tembus Semifinal Piala Menpora 2021

Baca juga: Jalani Hukuman Cambuk 100 Kali, Oknum PNS yang Berzina Gemetaran dan Minta Jeda untuk Minum

Baca juga: Perlukah Penjadwalan Ulang Suntik Vaksin Covid-19 karena Menjalani Puasa Ramadan, Ini Jawabannya

Berikut unggahan Twitter @infoBMKG:

Mengenal John Milne

John Milne berjasa dalam perkembangan penelitian mengenai gempa bumi.

Dia adalah ahli geologi dan insinyur penemu seismograf.

Seismograf merupakan alat untuk mengukur kekuatan gempa.

Di negara rawan bencana seperti Indonesia, penggunaan seismograf kerap digunakan karena seringnya terjadi peristiwa gempa.  

Bencana alam ini juga baru terjadi di Jepang berkekuatan magnitudo 7,2 pada Sabtu (20/3/2021) sekitar pukul 18.09 waktu setempat.

Baca juga: Gembar-gembor Ibu Kota Negara Pindah ke Pulau Kalimantan, Benarkah Bebas dari Gempa? Ini Faktanya

Baca juga: Jangan Panik, Lakukan Ini Bila Terjadi Gempa Bumi, Lengkap Persiapan Sebelum dan Sesudah Guncangan

Gempa di perairan Pasifik, wilayah Miyagi ini berkedalaman 60 kilometer.

Badan Meteorologi Jepang (JMA) memberi peringatan dini gelombang tsunami sekitar setinggi 1 meter. 

Berbeda dengan bencana alam lain, seperti banjir, longsor, gunung meletus, dan sejenisnya.

Gempa bisa datang kapan saja dan dalam waktu singkat dapat memporakporandakan bangunan di permukaan bumi. 

Mari mengenal lebih jauh soal seismograf dan penemunya, John Milne.

Bagaimana sepak terjang John Milne dalam usahanya mengembangkan seismograf?

Seorang warga tengah memperhatikan seismograf atau alat pengukur gerakan vulkanik Gunung Tangkubanparahu di Pos Pemantauan Gunung Tangkubanparahu, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jumat (22/2/2013).
Seorang warga tengah memperhatikan seismograf atau alat pengukur gerakan vulkanik Gunung Tangkubanparahu di Pos Pemantauan Gunung Tangkubanparahu, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jumat (22/2/2013). (Zezen Zaenal M)

Jadi profesor di Jepang

John Milne lahir pada 30 Desember 1850 di Liverpool, Inggris.

Dilansir dari Lemelson, ia bersekolah di King's College dan Royal School of Mines, di mana dia mendapatkan mandat untuk menjadi insinyur pertambangan.

Milne pertama kali mulai bekerja di Eropa dengan melakukan penyelidikan mineral untuk tambang.

Ia juga berpartisipasi dalam ekspedisi pertambangan pada 1874 ke Sinai.

Kemudian, ia menempuh perjalanan darat selama 11 bulan yang penuh petualangan melintasi Siberia dan sampai akhirnya tiba di Jepang pada 1876.

Memasuki usia 25 tahun, Milne telah menerima jabatan profesor di Imperial College of Engineering yang baru didirikan di Tokyo.

Pada malam pertamanya di Jepang, Milne langsung disambut dengan gempa bumi.

Sebagai informasi, studi tentang gempa bumi relatif baru saat itu.

Seismograf pendulum horizontal

Pada 1980, gempa melanda Yokohama. Hal ini mendorong Milne untuk mengajak kawan-kawannya mendirikan Seismological Society of Japan.

Tujuannya, agar masyarakat dapat mendanai pengembangan seismograf untuk pengukuran dan deteksi gempa

Thomas Gray dan ahli geologi Inggris inilah yang menjadi pencetus seismograf modern.

Bersama rekannya, Milne merancang seismograf pendulum horizontal sederhana.

Mesin ini merekam getaran yang terjadi dengan gerakan tiba-tiba di sepanjang garis patahan di bumi.

Gelombang gerak ini dapat berupa salah satu dari dua jenis gelombang primer (P) atau gelombang sekunder (S), yang bergerak dengan kecepatan berbeda.

Gelombang primer bergerak dalam pola jenis kompresi atau perluasan dan muncul sebagai garis bergelombang pada bagan.

Garis sekunder umumnya terdeteksi lebih lambat dari yang primer, tetapi lebih mirip ular, bergerak dengan gaya compang-camping.

Memeriksa kedua jenis gelombang ini secara bersamaan, memungkinkan para ilmuwan untuk menentukan jarak pusat gempa dari stasiun pengukuran.

Dilansir dari BBC, Milne mengumpulkan banyak data tentang gempa bumi di Jepang dan menulis dua karya standar lapangan dan pedoman berjudul "Gempa Bumi" dan "Seismologi".

Pedoman ini dinilai menyelamatkan jutaan nyawa akibat gempa bumi.

Kaisar Jepang pun menganugerahkan kepadanya kehormatan Orde Ketiga Matahari Terbit atas kontribusinya dalam memahami gempa.

Laboratorium terbakar

Sayangnya, pada 1895, kebakaran menghancurkan rumah, laboratorium, dan perpustakaannya.

Dia terpukul oleh kejadian tersebut dan memutuskan untuk kembali ke Inggris untuk memulai hidup baru dengan istrinya yang berasal dari Jepang bernama Tona.

Tak bisa lepas dari pengembangan seismograf, Milne membangun laboratorium sendiri di rumahnya di Pulau Wight, yang disebut Shide Hill House.

Laboratorium inilah yang kemudian menjadi pusat penelitian seismologi dunia 20 tahun kemudian.

Usahanya membuahkan hasil. Milne mendapatkan dana dari Royal Society untuk membangun observatorium gempa bumi di seluruh dunia yang dilengkapi dengan seismografnya.

Lokasi berkembang dari 20 menjadi 40 dan mencakup Inggris, Rusia, Amerika Serikat, Kanada, dan Antartika.

Pengumpulan data global ini berguna untuk aktivitas gempa di permukaan bumi, yang kemudian dapat dievaluasi di lokasi pusat.

Ini juga memungkinkan untuk "penginderaan jauh", atau mengukur gempa bumi yang dirasakan di satu wilayah bumi di wilayah lain dengan cara yang seragam.

Perkembangan seismograf

Milne bukan orang pertama yang menciptakan alat pendeteksi gempa.

Jauh sebelumnya, pada 132 Masehi, seorang sarjana China bernama Zhang Heng menciptakan alat getaran bolak-balik berbentuk silindris denan 8 kepala naga.

Kemudian, pada 1855, seorang ilmuwan Italia bernama Luigi Palmieri merancang seismograf tabung U yang diisi dengan cairan merkuri dan berorientasi ke berbagai titik kompas.

Akan tetapi, seismograf pendulum horizontal Milne yang kemudian jadi cikal bakal seismograf modern yang digunakan hingga saat ini.

Pada 1896, seseorang bernama John Johnson Shaw mengunjungi Milne.

Mereka berkolaborasi menciptakan mesin yang dinamai Milne-Shaw Seismograph dan diluncurkan pada 1913.

Seismograf terus berkembang hingga memunculkan versi elektromagnetik.

Akan tetapi basis tertimbang, jarum perekam, dan seismogram tetap menjadi komponen utama perangkat seismologi saat ini.

Atas bakatnya, Milne diangkat sebagai Sekretaris Komite Seismologi Asosiasi Inggris. Sayangnya Milne terkena penyakit ginjal.

Ia pun tutup usia pada 31 Juli 1913. Enam tahun setelah kematiannya, operasi laboratorium Seismograf Milne dipindahkan ke Universitas Oxford.

Tanpa seismograf, kita tidak akan pernah tahu ukuran kekuatan gempa, letak pusat gempa, atau prediksi gempa susulan, bahkan tsunami.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Profil Penemu Seismograf: John Milne"

Kumpulan Berita Gempa

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved