Sosok Mohammed Bin Zayed yang Namanya Akan Dipakai untuk Penamaan Tol Layang Jakarta-Cikampek

Nama Mohammed Bin Zayed dipakai untuk nama baru Tol Layang Jakarta-Cikampek (Japek). 

Editor: Giri
Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan. Nama Mohammed bin Zayed akan dipakai untuk nama jalan layak Jakarta-Cikampek. (AFP/ROSLAN RAHMAN) 

TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Nama Mohammed Bin Zayed dipakai untuk nama baru Tol Layang Jakarta-Cikampek (Japek). 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan meresmikan nama baru itu pada Senin (12/4/2021) besok.

Merujuk pada Surat Izin Menteri PUPR Nomor BM.07.02-Mn/635, diketahui bahwa nama Tol Layang Japek akan diubah menjadi Jalan Layang Mohammed Bin Zayed.

Siapakah Mohammed Bin Zayed?

Mohammed bin Zayed (MBZ) adalah Putra Mahkota Abu Dhabi sekaligus Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Uni Emirat Arab (UEA).

Ia adalah putra Sheikh Zayed bin Sultan al-Nahyan, yang disebut sebagai Bapak Bangsa dan merupakan presiden pertama UEA.

Dikutip dari laman resmi kerajaan, Pangeran MBZ mengenyam pendidikan di al-Ain dan Abu Dhabi hingga berusia 18 tahun.

Setelah itu, pada tahun 1979, ia bergabung dengan Akademi Militer Kerajaan Sandhurst, tempat pendidikan militer prestisius di Britania Raya.

Baca juga: Pentolan Soneta Rock Jualan Mi Rebus, Vicky Irama Tanggalkan Nama Besar Rhoma Irama

Baca juga: NIAT dan Tata Cara Salat Tarawih, Apa Bedanya 11 dan 23 Rakaat, Ini Penjelasan Ahli

Baca juga: Jawa Barat Belum Juara dalam Hal Vaksinasi Covid-19, Ridwan Kamil Minta Ini kepada Perusahaan

Di sana MBZ berlatih menggunakan armour, menerbangkan helikopter, terjun payung, dan sejumlah aktivitas militer lainnya.

Setelah lulus, ia pulang ke UEA untuk bergabung dengan kursus pelatihan perwira di Sharjah UEA.

Ia kemudian dipercaya memegang sejumlah peran dalam militer UEA, mulai dari menjadi Perwira Pasukan Amiri (pasukan keamanan elit UEA) hingga menjadi Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA.

The New York Times menyebutkan bahwa MBZ merupakan pemimpin Arab paling berpengaruh, bahkan melebihi Putra Mahkota Mohammed bin Salman Al Saud (MBS).

Di usia ke-29 tahun, MBZ yang kala itu menjabat sebagai komandan angkatan udara UAE, datang ke Washington, Amerika Serikat, untuk berbelanja senjata.

Lalu pada 1991, berbulan-bulan setelah Irak menginvasi Kuwait, pangeran itu membeli banyak sekali persenjataan dari Amerika Serikat untuk menjaga kerajaannya yang juga kaya minyak dari invasi serupa.

Sejumlah pihak menyangsikan aksi beli senjata tersebut karena dianggap dapat menghancurkan stabilitas wilayahnya.

Halaman
12
Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved