Kebiasaan Abah Sarji Kakek 102 Tahun yang Tinggal di Pemakaman Diungkap Sang Istri, Apa Itu?
Menjadi momen langka Abah Sarji duduk berdua dengan Juinah setelah sekian lama berpisah karena Abah lebih senang tinggal di kompleks pemakaman.
Laporan Kontributor tribunjabar.id Kuningan, Ahmad Ripai
TRIBUNJABAR.ID, KUNINGAN - Abah Sarji usianya sudah berusia 102 tahun. Meski demikian, dia terlihat sehat.
Abah Sarji diketahui memilih tinggal di kawasan pemakaman umum Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi, Kuningan, Jawa Barat, Jum'at (26/3/2021).
Baca juga: Laga Persib Bandung vs Persita Tangerang Akan Dipantau Shin Tae-yong, Ini Kata Febri Hariyadi
Baca juga: VIDEO-Persib Bandung vs Persita Tangerang, Farshad Noor dan Ezra Walian Belum Dipastikan Main
Kemarin, dia duduk bersama istinya Juinah yang berusia 74 tahun.
Menjadi momen langka Abah Sarji duduk berdua dengan Juinah setelah sekian lama berpisah karena Abah lebih senang tinggal di kompleks pemakaman.
Juinah sangat setia dan telaten mengurus Abah Sarji.
Saking setianya, dia yang sakit-sakitan menolak dirawat di rumah sakit.
Sebab, dia bakal kepikiran Abah Sarji karena selama ini dia yang mengurusnya.
Juinah menceritakan, Abah Sarji muda sangatlah perkasa. Bukan saja soal urusan ranjang, tapi juga urusan pekerjaan.
Saking perkasanya, Abah Sarji mampu mengangkat gabah satu kwintal.
Karena keperkasaannya itu pula banyak yang terpesona dan memintanya untuk menggarap sawah.
Kemarin, Juinah dan Abah Sarji mendapat kunjungan istri Bupati Kuningan.
Juinah saat bersama Abah Sarji mengaku sangat berterima kasih kepada Ibu Bupati dan tim medis serta warga yang datang langsung ke rumah.
Terlebih kedatangan mereka itu membawa misi kemanusiaan dalam meringankan beban keluarga Abah Sarji.
Demikian perasaan senang tercampur bahagia keluarga Abah Sarji saat mengawali perbincangan dengan TribunJabar.id di saung tempat tinggal Abah Sarji.
"Semenjak terkenal karena berita, banyak yang datang. Mulai Ibu Bupati dan sudah tiga kali bidan juga sama datang," kata Juinah tadi sekitar pukul 5 sore.
Sebelumnya banyak datang dan melakukan pengecekan terhadap penyakit Juinah yang di rasakan.
Juinah yang bisa terbaring lemas di kasur rumah yang tak jauh dari saung Abah Sarji.
"Tadinya saya sakit, semua kaki bareuh pada bengkak. Tapi setelah ada bidan datang itu memeriksa saya dan memberi obat. Obatnya sekarang masih ada dan saya minum sesuai anjuran bidan," kata Juinah lagi.
Menyinggung soal kedatangan Istri Bupati Kuningan, Hj Ika Acep Purnama, Juinah menjawab bahwa Ibu Bupati datang bersama rombongan memberi paket sembako dan makanan ringan.
"Ibu Bupati ngasih kecap, minyak, beras dan kebutuhan Emak lainnya. Tadinya, Emak harus ke rumah sakit untuk dirawat, tapi gak mau. Sebab kalau di rumah sakit, siapa yang mau jaga dan ngurus kebutuhan Abah disini," ungkap Juinah.
Kebiasaan Abah Sarji, kata Juinah, itu harus tersedia air panas.
"Kebutuhan itu sudah berjalan sejak Abah Sarji minta tinggal di saung," kata Juinah lagi.
Abah Sarji Sering Lihat Arwah saat Tinggal di Pemakaman
Kakek itu sedang duduk bertelanjang dada saat TribunJabar.id mendatanginya, Kamis (18/3/2021) siang.
Abah Sarji namanya dan usianya sudah 102 tahun.
Meski sudah sepuh, Abah Sarji ternyata masih segar, pendengarannya juga bagus begitu juga dengan cara berbicaranya.
Namun, kakinya yang sudah tidak bisa diajak kompromi, membuatnya kesulitan berjalan.
"Usia saya 102 tahun semua masih normal, tapi kaki saya merasa tak kuat jalan dan kalau mau ke air suka ngesot serta jalan juga pakai tongkat," kata Abah Sarji.
Abah Sarji selama ini hidup sendirian di saung mini di tengah Tempat Pemakaman Umum desa.

Ukuran saungnya mungil, hanya 2x2 meter yang berisi ranjang.
Tak ada perabotan lain di saung tersebut.
Pakaian berserakan di ranjangnya tersebut.
Bukan karena diusir keluarganya atau masalah lain, Abah Sarji memilih menyepi hidup di tengah pemakaman umum karena ingin menebus dosa.
Abah Sarji diketahui tinggal di Tempat Pemakaman Umum Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Baca juga: Cerita Kakek 102 Tahun Pilih Tinggal di Tengah Pemakaman untuk Tebus Dosa, Sering Diganggu Hantu?
"Iya Abah gak pernah pakai kaus dan gak merasa dingin," ungkap Abah Sarji lagi.
Abah Sarji mengaku selama hidup di saung ini, tiap malam tidak lepas melaksanakan dzikir dan minta pengampunan dosa selama hidup.
"Iya kalau tiap malam, dzikir bebaca sebisa apa saja. Seperti Astagfirullah, La Ila Ha Illallah dan itu sekuatnya," kata Abah Sarji.
Menyinggung soal arwah gentayangan, kata dia, banyak ditemukan pada makam yang belum tujuh hari dan ketika ditemukan arwah muncul di luar pemakaman baru, itu biasanya memberikan isyarat alias mewanti-wanti kepada yang hidup.
"Abah melihat kepulan asap hitam pekat keluar dari makam dan seolah izin mau ke rumah keluarganya tersebut. Nah, anehnya pada pagi hari lubang di makam yang diketahui sebagi titik keluar asap tadi malam, malah tidak sama sekali," katanya.
Baca juga: Jadwal Lengkap Persib Bandung di Piala Menpora 2021, Pertama Lawan Bali United, Jam Berapa?
Abah Sarji mengungkap tidak bosen memberikan pesan kepada siapapun yang masih hidup untuk banyak beribadah, karena usia alam sudah tua dan banyak kerusakan alam oleh ulah tangan manusia.
"Siapa yang datang ke saung, Abah suka berpesan untuk meningkatkan ibadah. Kemudian yang sering datang itu pak Kesra kadang suka kasih Abah roko," ujarnya.
Selama hidup di dekat makam, Abah Sarji mengaku tidak pernah masuk angin atau mengalami kesakitan pada raganya.
"Iya tidak pernah masuk angin dan biasa saja. Usia 102 tahun semua masih normal, tapi kaki saja merasa tak kuat jalan dan kalau mau ke air suka ngesot serta jalan juga pakai tongkat," ujarnya. (*)