Tak Cuma Ilmu Agama, Santri Ponpes Minnatul Huda juga Belajar Pertanian, Raup Puluhan Juta Rupiah
Siapa bilang santri hanya belajar soal agama dan berkutat pada kitab-kitab kuning Buktinya santri di Pondok Pesantren
Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama
TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA - Siapa bilang santri hanya belajar soal agama dan berkutat pada kitab-kitab kuning?
Buktinya santri di Pondok Pesantren Minnatul Huda, Kampung Cibogopentas, Desa Cibogohilir, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta mendapat pembinaan soal pertanian atau agribisnis.
Nizar Maulana selaku Ketua Pendidikan Yayasan Minnatul Huda, mengatakan pembinaan bidang pertanian kepada para santri sebagai wujud kemandirian ekonomi pesantren.
Hal ini dengan memanfaatkan lahan kosong guna ditanami berbagai jenis benih sayuran, semisal jagung, cabai hijau besar, melon pujisawa, dan intanon.
Baca juga: Pos Jaga Sekolah Itu Ambles Padahal Baru Dibangun, Dipicu Abrasi Sungai Cikalong Majalengka
Penanaman melon pujisawa dan intanon, kata Nizar, menggunakan hidroponik media tanpa tanah dan diganti dengan kokopid serta skam lewat metode green house. Adapun pengembangan pertaniannya di lahan seluas 8 ribu meter.
"Teknis penyiraman dan pemupukan sayuran tidak manual tapi gunakan alat yang terintegrasi ke satu pohon dengan pohon lainnya. Kami lakukan itu untuk mudahkan dan menekan biaya produksi agar produk yang dihasilkan dapat miliki nilai keunggulan kompetitif," katanya, Kamis (25/3/2021).
Hasil panen dari pertanian yang dilakukan para santri ini tak sekedar untuk memenuhi kebutuhan santri, melainkan kata Nizar dijual dan hasilnya dialokasikan untuk pengembangan sarana dan prasarana pondok pesantren.
"Kami memasarkan hasil panen gunakan media sosial. Kami sudah menjual di dalam dan luar kota. Kalau komoditas melon kami jual ke Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung untuk dikirim ke Belanda," katanya.
Baca juga: Sempat Dikira Biawak, Seekor Buaya Besar Berhasil Ditangkap Nelayan dengan Jaring dan Tali
Ketika ditanyakan terkait komoditas cabai besar, Nizar menyebut omzet yang dihasilkan mencapai Rp 60 juta dengan keuntungan Rp 50 juta per musim yang masa panennya bisa sampai empat atau lima kali.
"Memang cabai ini paling besar memberikan keuntungan, sehingga kami lebih banyak penanaman cabai," ujarnya.
Ponpes Minnatul Huda tak serta merta berada di titik saat inu, tetapi membutuhkan sejumlah proses yang perlu dilalui.
Nizar menceritakan pengembangan pertanian di Ponpesnya ini dimulai pada 2015 dengan awalnya hanya menanam sayuran jenis kangkung, berlanjut ke jagung, dan cabai besar hingga pada akhirnya bercocok tanam dengan metode green house.
Baca juga: Bandar Togel di Indramayu Akhirnya Diciduk Polisi, Kerap Meresahkan Warga
"Kami awalnya penjualan hanya ke koperasi ponpes untuk memenuhi makan santri agar tak perlu membeli ke luar," katanya seraya menegaskan agribisnis ini akan terus dilakukan guna santri miliki ilmu tani sebagai bekalnya saat kembali ke kampung halamannya.
"Kami sebenarnya mengarahkan mereka (santri) sesuai minat dan kemampuannya, seperti komputer, beternak, atau lainnya," katanya.
Sebagai informasi, Ponpes Minnatul Huda menyediakan pendidikan formal, seperti SD, SMP, dan SMK berbagai jurusan, semisal TKJ, Akuntansi, dan Agribisnis. Para santri yang mondok pun ada yang hanya fokus mondok dan ada pula yang mondok sambil sekolah.