Tangkap Peluang Bisnis, Mantan Aparatur Desa Ini Pilih Ternak Kambing Perah, Sukses Pasok Susu
Mantan aparatur desa ini pilih banting stir untuk ternak kambing perah menangkap peluang bisnis pasok susu kambing untuk pabrik makanan olahan
Penulis: Andri M Dani | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNJABAR.ID,CIAMIS – Setelah tiga tahun menjabat sebagai Kasi Ekbang Desa Petir Hilir Kecamatan Beregbeg Ciamis, tahun 2017 Yuda Yusuf Danial (36) mundur dari jabatan aparatur desa tersebut.
Suami dari Ny Aiya (35) tersebut memilih jadi peternak kambing perah. Langkah hijrah yang dipilih Yuda tersebut ternyata tidak sia-sia.
Mantan mahasiswa Fakultas Pertanian Unigal 3 semester tersebut kini menjadi peternak kambing perah yang sukses dan satu-satunya di Ciamis. Yuda pemain tunggal kambing perah di Tatar Galuh Ciamis.
Baca juga: Gadis Cantik Dibawa Kabur Kekasih Hingga Bali, Pelaku Ngaku Sempat Tidur Disini, Sampai Jual HP
“Alhamdulillah, jumlahnya sekarang 135 ekor. Semuanya jenis Sapera (Sanen Peranakan Etawa),” ujar Yuda Yusuf Danial kepada Tribun saat ditemui di kandang dombanya yang mentereng tak jauh dari kediamannya di Kampung Rancawiru Rt 03 RW 07 Dusun Pasir Kadu Desa Petir Hilir Kecamatan Baregbeg Ciamis Rabu (24/3).
Dari 135 ekor kambing Sapera tersebut menurut Yuda, diantaranya 4 ekor penjantan, 61 ekor anak dan dara, 35 ekor betina yang lagi bunting. Dan 35 ekor induk yang lagi masa laktasi (menyusui).
“Ke-35 ekor induk yang lagi masa laktasi itulah yang kini setiap hari diperah. Setiap ekornya diperah 2 kali sehari. Pagi dan sore,” katanya.
Setiap ekor induk yang sedang masa laktasi tersebut bila diperah, pada pagi hari menghasil 1 liter susu/ekor dan sore harinya 700 ml/ekor. Rata-rata setiap induk masa laktasinya selama 7 bulan.
Baca juga: Kronologi Mahasiswi Cantik di Tasik Sembunyikan Bayi yang Dilahirkannya di Dalam Lemari
Selama 7 bulan itu pula, induk kambing jenis Sapera itu diperah terus menerus tiap hari. Tiap hari setiap ekor diperah dui kali, yakni pagi dan sore.
Rata-rata produksi susu dari 35 ekor induk diperah tersebut mencapai 45 liter/hari.
Setengah dari produksi susu harian tersebut, digunakan untuk menyusui anak kambing disimpan di kandang tersendiri. “Anak-anak kambing itu dipisah dari induknya, disimpan di kandang khusus. Tiap hari diberikan susu pakai dot,” ujar Yuda.
Awalnya untuk memerah susu kambing, Yuda melakukan secara manual dibantu sejumlah pekerja. Namun pada bulan Desember 2020, ia mulai mengadopsi teknologi moderen. Untuk memerah susu kambing dengan menggunakan mesin. Dua mesin perah susu kambing tersebut dibeli langsung dari Bogor seharga Rp 25 juta/mesin.
Dengan adanya dua mesin tersebut, pekerjaan memerah susu kambing lebih praktis dan lebih higienis.
Baca juga: Mahasiswi Melahirkan di Rumah Kakeknya, Bayi Disembunyikan di Lemari, Sudah Tak Bernyawa
Produksi susu kambing dari peternakan yang dilakoni Yuda sekeluarga dengan bendera usaha “ Pure Fresh” tersebut kemudian diolah jadi yogurt, kefir, sabun (soapferz) dan susu segar siap minum.
Ia dibantu oleh 6 pekerja kandang, 2 teknisi mesin perah dan 2 orang di manajemen.