Dengan Teknologi Jerman, TPPAS Lulut Nambo di Bogor Akan Ubah Sampah Jadi Bahan Bakar hingga Biogas
Saat ini EUWELLE siap bekerja sama dengan Indonesia untuk menerapkan teknologi tersebut khususnya pada proyek Lulut-Nambo.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui BUMD Jasa Sarana telah menentukan mitra untuk pengelolaan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Lulut Nambo di Kabupaten Bogor.
Mitra tersebut berasal Jerman, yaitu EUWELLE Environmental Technology GmbH, mitra yang dinilai berpengalaman dalam pengelolaan sampah berbasis ramah lingkungan.
Direktur Utama PT Jasa Sarana, Hanif Mantiq, mengatakan EUWELLE Environmental Technology GmbH telah menerapkan teknologi MYT (Maximum Yield Technology) di beberapa Negara asia seperti China dan Thailand.
Saat ini EUWELLE siap bekerja sama dengan Indonesia untuk menerapkan teknologi tersebut khususnya pada proyek Lulut-Nambo.
"Penggunaan Teknologi MYT dipilih karena kelebihannya dalam memanfaatkan secara maksimal proses daur ulang limbah sampah rumah tangga atau perkotaan, sehingga menghasilkan potensi energi maksimum yang dikombinasikan melalui inovasi teknologi tinggi dan terdiri dari lima tahap," katanya melalui ponsel, Rabu (24/3/2021).
Lima tahap ini adalah Waste Intake, Mechanical Processing, Biological Stage, Biological Drying, dan Mechanical Material Separation.
Baca juga: Rizki DA Suami Siaga, Sering Tinggal di Bandung, Beberapa Hari Lagi Nadya Mustika akan Melahirkan
TPPAS Nambo adalah tempat pengelolaan sampah yang berdiri di atas lahan seluas 15 hektare dengan kapasitas sampah 1 800 ton per hari, diperuntukkan mengelola sampah dari beberapa daerah Jawa Barat, di antaranya Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan Kota Tangerang Selatan.
Beberapa output dari pengelolaan sampah rumah tangga tersebut, katanya, berupa Refused Derived Fuel (RDF), Bulir Pupuk, dan Biogas.
Produk RDF akan dijual sebagai bahan bakar ramah lingkungan untuk pabrik semen seperti Indocement dan Bulir Pupuk dapat dijual ke PT Pupuk Indonesia atau masyarakat sesuai harga pasar.
Hasil ekstraksi berupa Biogas pun dapat menjadi sumber energi terbarukan untuk pembangkit listrik demi menunjang tarif listrik EBTK yang lebih kompetitif melalui PLN.
Baca juga: Tiga Pria Ditemukan Tewas Bertumpukan di Sawah, Tak Ada Tanda Kekerasan di Tubuh Para Korban
Kemudian Hanif menjelaskan pengolahan sampah yang ramah lingkungan ini merupakan pilot project persampahan pertama di Jawa Barat yang menggunakan teknologi pengolahan sampah modern.
Skema Proyek Nambo berupa Public Private Partnership (KPBU), yaitu alternatif pembiayaan selain APBD dari Pemerintah. PT Jasa Sarana sudah menjajaki skema pembiayaan untuk pembangunan TPPAS Nambo melalui sumber pendanaan dengan bermitra bersama IIF (Indonesia Infrastructure Finance), PT SMI (Sarana Multi Infrastruktur) dan Bank BJB.
Pembangunan Pengolahan Sampah Modern di Nambo ini adalah wujud dari komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam menyelesaikan permasalahan sampah regional perkotaan, dan diharapkan dengan penerapan teknologi tinggi dalam pengelolaan sampah ini menjadi solusi dan menjadi contoh penanganan sampah di Jawa Barat maupun Indonesia.
Konstruksi TPPAS Nambo akan dimulai pada tahun 2021 dan diharapkan dapat beroperasi secara optimal pada tahun 2022.