Kisah Sunarih, di Usia Senja Masih Setia Menenun Kain Gedogan, Tak Mau Kain Khas Indramayu Ini Punah

Usianya 62 tahun. Tangan Sunarih tetap bekerja menghasilkan kain tenun gedogan.

Editor: taufik ismail
Tribun Cirebon/ Handhika Rahman
Sunarih (62) saat menenun kain gedogan di kediamannya di Desa Juntikebon, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Minggu (21/3/2021). 

"Saya nenun dari kecil, usia 10 tahunan, dulu mah banyak, setiap rumah nenun semua, sekarang tinggal dua orang lagi," ujar dia.

Untuk membuat secarik kain tenun gedogan dibutuhkan waktu empat sampai lima hari.

Sunarih mengatakan, pesanan kain tenun gedogan buatannya selalu ada saja walau tidak sebanyak dahulu.

Untuk satu helai kain buatannya, kain tenun gedogan ini ia hargai Rp 250 ribu.

"Kemarin ada pesanan dari Indramayu, Jakarta, terus dari Bandung, alhamdulillah," ujar dia.

Namun, ucap Sunarih, tidak jarang pula dalam beberapa bulan sama sekali tidak ada pesanan.

Paling lama, ia pernah mengalami tidak ada pesanan selama tiga bulan lamanya.(handhika rahman)

Mengapa meski sepi pesanan Sunarih tetap menenun kain gedogan?

Anda bisa membacanya di Harian Umum Tribun Jabar edisi Senin 22 Maret 2021.

Baca juga: Ikatan Cinta, Mama Rosa Sangat Terpukul karena Tahu Andin Ternyata Mantan Napi Kasus Pembunuhan

Baca juga: Pengumuman SNMPTN 2021 Hari Senin Pukul 15.00 WIB, Sejumlah Kampus Belum Dapat Mirror Link

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved