Penampakan Pintu Air Raksasa Penahan Gelombang Tsunami Akibat Gempa, Dibangun Tahun 1996
Sama seperti Indonesia, Jepang termasuk negara yang kerap dilanda gempa bumi. Gempa bumi dapat memicu tsunami.
TRIBUNJABAR.ID - Sama seperti Indonesia, Jepang termasuk negara yang kerap dilanda gempa bumi. Gempa bumi dapat memicu tsunami.
Lokasi Jepang yang berada di sabuk api pasifik menjadikannya rawan gempa dan tsunami.
Jika Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik, maka Jepang dikelilingi lempeng Eurasia, Amerika Utara, Laut Filipina, dan Pasifik.
Karena merupakan daerah rawan gempa dan tsunami, baik pemerintah maupun rakyat Jepang selalu waspada jika terjadi bencana gempa.

Salah satu contoh kesiapan Jepang menghadapi gempa dan tsunami adalah mempersiapkan bangunan tahan gempa, tempat evakuasi darurat, dan benteng penahan tsunami.
Salah satu benteng penahan tsunami yang pernah dikunjungi Tribun Jabar atas undangan Foreign Press Centre Japan (FPJC) adalah di Kota Numazu, Tanjung Izu, Prefektur Shizuoka.
Wilayah Tanjung Izu pernah dihantam tsunami pada 1854 saat terjadi gempa bumi Ansei Tokai.
Para ahli seismologi Jepang lalu membuat perhitungan dan prediksi detail.
Baca juga: Sembilan dari 10 Orang Jepang Tahu Cara Menyelamatkan Diri dari Gempa Bumi dan Bencana Alam
Dari hasil perhitungan, jika daerah itu dihantam gempa lagi sebesar 8 skala Richter (SR) maka kemungkinan Kota Numazu akan diterjang tsunami setinggi 2 hingga 10 meter dalam waktu 3 sampai 10 menit.
Untuk itulah pada 1996 dibangun pintu air raksasa di pelabuhan Kota Numazu. Pintu air itu disebut Byuo yang berada di Teluk Suruga. Fungsinya untuk menahan terjangan tsunami.
Baca juga: Sejarah Gempa Bumi: 11 Maret 2011 Jepang Diguncang Gempa M 9,1, Memicu Kehancuran Pembangkit Nuklir
Pintu air dari baja seberat 923 ton ini dapat diangkat ke atas dan ke bawah secara otomatis. Pintu air yang lebarnya 40 meter dengan tinggi 9,3 meter ini dioperasikan pada 2004.
Biaya pembangunan Byuo ini sebesar 4,3 miliar yen (1 yen sekitar Rp 130). Pintu tersebut menghubungkan pelabuhan luar dan dalam Numazu.

Bukan sekadar pintu air penahan tsunami, Byuo juga objek wisata. Di atas pintu air itu membentang koridor berupa jembatan pengawas (observatory bridge) sepanjang 40 meter.
Koridor tertutup itu mengubungkan dua anjungan pengawas di kanan dan kirinya. Tinggi koridor tersebut dari permukaan tanah 30 meter.
Baca juga: Namie Sempat Jadi Kota Hantu, 90 Persen Warganya Tidak Ingin Kembali Pascagempa &Tsunami;
Jika terjadi gempa bumi berkekuatan 250 gal (ukuran kekuatan gempa dalam skala Jepang) maka gerbang air itu akan tertutup secara otomatis dalam waktu 5 menit.
Wisatawan tentu saja boleh menikmati pemandangan dari koridor tersebut karena dari ketinggian 30 meter itu terlihat rapih dan bersihnya Pelabuhan Numazu, keindahan Teluk Suruga, Samudra Pasifik dan jika cuaca sangat cerah maka Gunung Fuji nan indah pun terlihat. (Tribun Jabar/Adityas A A)