Gempa Bumi

Mengenal Sesar Ciremai, Sesar Aktif di Kuningan yang Sempat Membuat Warga Terkejut November 2020

Di Kuningan terdapat sesar aktif yang diberi nama Sesar Ciremai. Aktivitas Sesar Ciremai sempat membuat warga terkejut di bulan November 2020.

Editor: taufik ismail
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Perbukitan dengan pemandangan indah di Panyaweuyan, di kaki Gunung Ciremai, Blok Cibuluh, Desa Tejamulya, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, menjadi primadona wisata alam baru. Perbukitan ini menawarkan pesona lahan bercocok tanam berbentuk terasering. 

TRIBUNJABAR.ID - Di Jawa Barat terdapat sejumlah sesar aktif yang berpotensi menimbulkan gempa bumi.

Di bagian barat Jawa Barat ada sesar Cimandiri. Ada juga sesar Baribis yang memanjang dari timur ke barat.

Di Bandung terdapat sesar Lembang dan empat sesar lainnya.

Baca juga: Masuk Daerah Rawan Tsunami, BMKG Cek Jalur Evakuasi Bencana di Pantai Pangandaran

Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan ketika Gempa Bumi Terjadi saat Berkendara? Ini Tips Selamat dari Gempa

Di wilayah timur, ada juga Sesar Ciremai.

Selasa, 17 November 2020 menjelang tengah malam, sejumlah warga Kuningan, Jawa Barat, dikejutkan dengan guncangan gempa bumi.

Gempa ini terjadi pukul 23.21, berkekuatan 3,1.

BMKG mencatat gempa bumi Kuningan ini terjadi di kedalaman enam kilometer.

Ahli memperkirakan gempa tektonik iini karena aktivitas Sesar Ciremai.

Dan Sesar Ciremai merupakan salah satu sesar aktif di Jawa Barat.

"Sesar Ciremai merupakan sesar aktif. Sesar ini memiliki magnitudo tertarget mencapai 6,5 dengan laju geser sesar 0,1 milimeter per tahun," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono di Jakarta, Rabu (18/10/2021) di laman Antara.

Bukan sekali itu saja sesar Ciremai menggeliat.

Sebelumnya, pada 29 September 2019 di wilayah tersebut juga terjadi gempa berkekuatan 2,9 yang mengguncang wilayah Kuningan.

Gempa ini terasa di Cikijing, Kadugede, Sangkanurip, Kalimanggis, dan Bojong.

Gunung Ciremai dilihat dari Objek Wisata Gunung Hayu, Desa Randobawa Ilir, Kecamatan Mandirancan, Kuningan.
Gunung Ciremai dilihat dari Objek Wisata Gunung Hayu, Desa Randobawa Ilir, Kecamatan Mandirancan, Kuningan. (Tribuncirebon.com/Ahmad Ripai)

Gempa dirasakan juga pernah terjadi pada 8 Februari 2018 dengan kekuatan 3,1 dan 25 Juni 2019 dengan kekuatan 2,6.

Daryono mengatakan, berdasarkan catatan sejarah, wilayah Gunung Ciremai dan sekitarnya sudah beberapa kali diguncang gempa tektonik pada 1947, 1955 dan 1973.

Terkait gempa pada Selasa (17/11/2020) malam, diduga kuat akibat aktivitas sesar Ciremai.

Analisis BMKG menunjukkan episenter terletak pada koordinat 6,9 LS dan 108,47 BT, tepatnya di darat pada jarak 8 kilometer arah barat laut Kabupaten Kuningan.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya tampak bahwa gempa yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang diduga kuat akibat aktivitas sesar Ciremai yang ada di sekitar Kuningan.

Jika diperhatikan lokasi episenter gempa akhir tahun lalu tersebut tampak lokasinya tepat berada di sebelah timur lereng Gunung Ciremai.

Dampak gempa yang digambarkan oleh peta tingkat guncangan (shakemap) dan berdasarkan laporan dari masyarakat menunjukkan bahwa gempa ini dirasakan di wilayah Kuningan, Cigugur, Cibulan, dan sekitarnya dengan Skala Intensitas II MMI dimana guncangan dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Baca juga: Alasan Indonesia Rawan Gempa Bumi, Terletak di Atas Tiga dari Delapan Lempeng di Dunia

Baca juga: Telan Banyak Korban, Gempa Bumi Disebut Tidak Membunuh, Ini Kata Ahli vulkanologi Surono

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved