Wayang Golek

Maestro Wayang Golek Indonesia, Karyanya Melanglang ke Eropa, Ada Wayang Berusia Ratusan Tahun

M Duyeh (70) adalah maestro seniman wayang golek Indonesia. Meski usianya tak muda lagi, dia tetap semangat berkarya melestarikan budaya warisan leluh

TRIBUN JABAR/Lutfi Ahmad Mauludin
M Duyeh, Maestro Wayang Golek Indonesia, dari Cibiru Wetan. Karyanya melanglang hingga ke Eropa. 

M Duyeh (70) adalah maestro seniman wayang golek Indonesia. Meski usianya tak muda lagi, dia tetap semangat berkarya melestarikan budaya warisan leluhur.

M Duyeh adalah warga Desa Cibiru Wetan, RT 02, RW 12, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.

Meski namanya kurang dikenal oleh masyarakat, karyanya bisa mengharumkan bangsa.

Karyanya di antaranya banyak digunakan para dalang ternama dan dipajang di Museum Wayang Indonesia di Jakarta.

Bahkan wayang terbesar karya maestro wayang golek Indonesia ini dipajang di museum tersebut.

Wayang buatannya sudah banyak yang dikirim ke luar negeri.

Dia pun beberapa kali ke luar negeri untuk memperkenalkan wayang golek khas sunda ini.

Duyeh mengaku pernah mewakili Jawa Barat memperkenalkan wayang keliling Indonesia. Dia juga ke luar negeri mewakili Indonesia.

"Pernah ke beberapa negara di Eropa dan Asia, seperti Turki, Jepang, Belanda. Namun, saat itu tak memainkan wayangnya, hanya menceritakan kisahnya dan memeragakan bagaimana memainkan wayang golek," kata maestro wayang golek Indonesia ini saat ditemui di tempat pembuatan wayangnya, Jumat (26/2).

Duyeh mengaku, mulai berkarya membuat wayang golek pada 1971, hingga wayang-wayangnya bisa digunakan pentas oleh dalang.

"Wayang untuk pajangan dan wayang untuk dimainkan oleh dalang itu berbeda," ujar Duyeh.

Duyeh mengatakan, lama pembuatan wayang hingga bisa dimainkan dalang, sekitar satu minggu. Adapun wayang pajangan waktu pembutannya bisa lebih cepat.

Baca juga: Polisi Tangkap Mantan Presiden Barcelona, Kantor di Stadion Camp Nou Pun Digeledah

"Soalnya dipahat kedah pantes (harus pantas), diibingkeun kudu merenah (menarinya harus bagus), cet nage kedah merenah (catnya harus pantas), kudu benang karakterna ari keur dalang mah margi keur pintonkeuneun (harus dapat karakternya kalau untuk dalang kerena untuk pentas).

"Upami keur pajangan mah asal katingali nyeni ti kajauhan we (kalau untuk pajangan, asal kelihatan bagus dari kejauhan)," ujar Duyeh, sambil sedikit tawa, seraya bergurau.

Maestro Wayang Golek Indonesia Dibantu Anak-anaknya

Duyeh mengatakan dalam pembuatan wayang golek hanya dibantu oleh anak-anaknya.

"Kalau dulu mah punya pegawai sampai 30 orang, namun bangkrut saat moneter," kata Duyeh.

Baca juga: AC Milan Menjelang Lawan Udinese, Zlatan Ibrahimovic dan Hakan Calhanoglu Cedera

Duyeh mengungkapkan, sekarang bukannya tak mau memiliki pegawai, namun tak punya modal.

"Jadi sekarang mah lebih capek karena dibuat oleh sendiri," tuturnya.

Menurut Duyeh, dari delapan anaknya hanya empat yang membantu membuat wayang golek, yakni Risnandar dan Yudi yang membantu dalam proses pemahatan dan pengecatan. Sedangkan baju wayang dibantu oleh Yanti dan Enung.

Menurut Duyeh, dia tak memaksa anak untuk mengikuti jejaknya.

Ratusan Tahun

Ternyata selain membuat wayang, Duyeh memiliki beberapa wayang yang usianya mencapai 250 tahun. Wayang tersebut merupakan peninggalan orang tuanya.

"Wayang yang usianya mencapai 250 tahun ada 40 wayang, yang 100 tahun ada mungkin lima wayang. Wayang ini merupakan peninggalan orang tua," katanya.

Memang, kata Duyeh, dia kekurangan modal, tapi enggan jika menjual wayang peninggalan orang tuanya yang sangat bersejarah tersebut.

"Mungkin wayang itu harganya bisa miliaran, bisa kaya kalau jual 40 wayang itu, tapi anak bangsa mau dikemanain," ujar Duyeh.

Baca juga: Ramalan Zodiak Karier Selasa 2 Maret 2021, Gemini Harus Memanfaatkan Setiap Peluang

Duyeh lebih memilih menyimpannya di boks daripada menjual wayang tersebut.

"Saya punya cita-cita bikin museum sehingga anak-anak sekarang itu bisa tahu keberadaan wayang," tuturnya.

Duyeh pun menunjukkan gunungan yang usianya sudah mencapai 250 tahun, yang tampak kering dan terdapat lubang-lubang.

"Ini jangan dilihat rusaknya, tapi ini sangat bersejarah, usianya sudah 250 tahun," ucapnya sambil menunjukkan gunungan tersebut.

Duyeh mengaku belum mendapatkan bantuan dari pemerintah baik untuk modal atau untuk membuat museum wayang, yang direncanakannya.

Baca juga: Jemimah Dikritik Ari Lasso dan Maia, Bawakan Lagu Soundtrack Sinetron Ikatan Cinta

"Kalau RAB pembuatan museum sekaligus padepokan saya sudah buat tapi belum ada yang mendanainya.

"Nantinya rencananya di sana (museum) semua kesenian tradisional akan dirangkul, mulai dari wayang, kuda renggong, jaipongan, dan lainnya," ungkapnya.

Kalau sekarang, kata Duyeh, ya, seadanya jadi disimpan di dalam boks ditumpuk. "Kalau tidak seperti itu mau disimpan di mana wayang itu," katanya.

Ruangan tempat penyimpanan wayang tersebut dan wayang hasil karnya, terbilang cukup sempit, ruangannya sekitar 3x5 meter.

Untuk menuju ke tempat pemembuatan wayang, harus melalui jalan gang sekitar 50 meter di jalan raya. Tempat membuat wayangnya sangat sederhana, yakni di sebuah kamar kontrakan.

Baca juga: Pengendara Moge yang Terobos Ring 1 Minta Maaf, Polisi Tetap Diminta Mengusut Kasusnya

Untuk membuat dan menyimpan hasil karnya itu, Duyeh hanya menyewa dua kamar kontrakan, masing-masing luasnya sekitar 3x5 meter.

Duyeh mengaku, bukannya tak mau pindah ke tempat yang lebih persentatif, namun keadaan yang memaksa.
Tempat pembuatan dan penyimpanan hasil karyanya dengan rumah tinggalnya memang berbeda.

Dari informasi yang didapat, Duyeh bersama istri dan dua anaknya tinggal di satu rumah, tak jauh dari tempat tersebut. Rumah yang ditinggalinya juga sederhana, luasnya sekitar 7x8 meter.

"Ya mau gimana lagi, sekarang mah bisa makan juga alhamdulillah," katanya.

Dikatakan Duyeh, di saat pandemi Covid 19, ada bantuan langsung tunai dari pemerintah Rp 600 ribu, Rp 300 ribu sudah alhamdulillah.

Baca juga: VIDEO-Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sukabumi Lakukan Vaksinasi Covid-19 di Dua Lokasi

"Bisa beli beras untuk makan. Sebab pesanan wayang di saat pandemi sangat anjlok, tak ada pesanan. Baru ada lagi pesanan, dua bulan terakhir," tuturnya.

Dengan adanya pandemi kata Duyeh, banyak sektor yang terkena dampak, mulai dari pagelaran budaya, pariwisata, perhotelan dan lainnya.

"Alhamdulillah sekarang sudah mulai ada lagi pesanan," kata dia.

Duyeh mengaku, biasanya, per bulan bisa dapat Rp 15- 20 juta dari Jakarta.

"Jumlah itu masih harus dibagi ke anak-anak yang kerja, untuk saya nya sekitar Rp 5 juta ada. Tapi pas Covid mah teu aya pisan we (tapi saat Covid tidak ada sama sekali)," ucapnya. (lutfi ahmad mauludin)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved