Gempa Bumi
Legenda Keuyeup Bodas Raksasa Alias Kepiting Putih dan Potensi Gempa Bumi di Waduk Jatigede
Masyarakat menyebutnya sebagai legenda Keuyeup Bodas. Keuyeup Bodas ini dikaitkan dengan sesar yang bisa mengakibatkan gempa di Sumedang.
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Di balik megah dan indahnya pemandangan Waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, ternyata menyimpan potensi bencana alam gempa bumi.
Bagi masyarakat sekitar, ada satu legenda mengenai potensi gempa bumi ini.
Mereka mengenalnya dengan legenda Keuyeup Bodas.
Baca juga: Gempa Darat Baru Saja Terjadi di Lombok Tengah Sore Ini, Dua Daerah Berikut Rasakan Lindu
Baca juga: Goncangan Besar Saat Gempa Bumi, Ada di Dalam Rumah, Jangan Paksa Keluar, Lakukan Hal Berikut Ini
Dalam bahasa Indonesia, keuyeup artinya kepiting.
Sementara bodas artinya putih.
Jadi Keuyeup Bodas berati kepiting putih.
Warga di sekitar Waduk Jatigede sejak dulu, jauh sebelum Waduk Jatigede diresmikan dan digenangi air, sudah mendengar legenda Keuyeup Bodas tersebut.
"Katanya, di Waduk Jatigede ini ada keuyeup bodas raksasa yang akan menjebol bendungan suatu hari nanti," ujar Ado Kasdi, seorang warga Desa Jatibungur, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, sekaligus pengemudi perahu di Waduk Jatigede, ketika ditemui Tribun Jabar, Minggu (27/8/2017).
Dalam kenyataannya, Keuyeup Bodas sebetulnya bukan hanya merujuk pada hewan legenda melainkan sebuah sesar.
Jatigede dilalui oleh sesar Baribis yang berbentuk seperti kepiting berwarna putih bila dilihat di peta.
Sesar aktif ini sangat rawan dan bila menggeliat dapat membuat bendungan rusak.
Ini tentunya harus diwaspadai.

Sesar Baribis
Sesar Baribis merupakan sesar aktif yang membentang dari timur hingga barat Pulau Jawa.
Tercatat, sesar ini melintasi sisi barat Subang, Purwakarta, Karawang, Cibatu (Bekasi), Jakarta, Tangerang, hingga Raskasbitung.
Sejumlah daerah di Sumedang dan Indramayu juga masuk dalam kawasan sesar Baribis.
Sesar baribis jika diukur setidaknya kedalamannya 34 kilometer dan kemiringan ke arah selatan.
Hal itu dikatakan peneliti dari Pusat Unggulan Iptek Sains dan Teknologi Kegempaan (PUI-STG) ITB, Astyka Pamumpuni, saat dikonfirmasi mengenai gempa di Indramayu pada awal Agustus 2020.
Ia menambahkan, bukti sejarah mencatat setidaknya peristiwa gempa akibat sesar Baribis terjadi terakhir kali di Sumedang pada 1990.
Yakni, gempa bumi berkekuatan 5,5 M.
Selain itu, gempa 2,2 Magnitude pada 2012 arah selatan dari posisi gempa di Indramayu pada Agustus 2020.
Serta, sekitar wilayah Indramayu pada 2013, berkekuatan 3,9 Magnitude.

Gempa di Sumedang
Sejumlah catatan mengabarkan adanya gempa bumi di Sumedang pada tahun 2015 dan 2018.
Tahun 2015, gempa bumi terjadi sebelum Waduk Jatigede diresmikan.
Gempa tersebut terjadi pada tanggal 5 Juli 2015 berkekuatan 3,6. Menurut CNN Indonesia, gempa terjadi pukul 08.32.
Pusat gempa berada di 4 kilometer sebelah tenggara Sumedang dan terjadi di kedalaman 10 kilometer.
Lalu laman infogempaa.wordpress.com mengabarkan gempa bumi terjadi pada 15 Desember 2018.
Gempa ini berkekuatan 3,8.
Pusatnya 6 kilometer barat daya Sumedang dan terjadi di kedalaman 296 kilometer.
Dengan fakta-fakta ini, mitigasi bencana diperlukan bagi warga di Sumedang dan sekitar Waduk Jatigede.
Ini agar mereka bisa memahami ada potensi bencana alam dan mereka tahu apa yang harus dilakukan saat bencana itu terjadi.(seli andina miranti/ery chandra)
Baca juga: APA Penyebab Gempa Bumi dan Jenis-jenis Gempa, Rata-rata Ada 1 Gempa Hebat setiap Tahunnya
Baca juga: Gempa Bumi Terkini Terjadi di Dua Tempat Pagi Ini, di Melonguane Sulut dan Gunung Kidul Yogyakarta