Meninggal Dunia, Ini Profil Jalaluddin Rakhmat, Cendekiawan Muslim yang Pernah Jadi Dosen Unpad

Jalaluddin Rahmat meninggal dunia di ICU Rumah Sakit Santosa Internasional, Bandung, Senin (15/2/2021), sekitar pukul 15.45 WIB.

Editor: Yongky Yulius
TRIBUN JABAR/MUHAMAD NANDRI PRILATAMA
Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Komisi VIII, Jalaludin Rakhmat datang ke Kabupaten Bandung Barat membawa program dari pemerintah pusat bersama Kementerian Sosial terkait penyaluran bantuan program keluarga harapan (PKH), Selasa (27/2/2018). 

"Misalnya di Ijabi (organisasi yang menaungi kaum Syiah di Indonesia), kita minta orang-orang ijabi harus melakukan shalat sama seperti shalat mereka (kaum Sunni), berpuasa seperti puasa mereka, sehingga kita tidak memberi celah untuk memperbesar perbedaan diantara kedua mazhab itu," jelas penulis lebih dari 45 buku ini.

Lantas, bagaimana awalnya penulis buku Islam Aktual (1994) dan Psikologi Komunikasi (1994) ini akhirnya menganut Islam Syiah, walaupun sebelumnya dia mengaku dibesarkan dalam tradisi NU dan sempat mencicipi ajaran Muhammadiyah?

"Dalam tasawuf, bukan hanya seluruh mazhab, tetapi seluruh agama di dunia bertemu," aku Jalaluddin, yang mengaku menganut Syiah melalui 'jalan' tasawuf.

Dan, bagaimana tanggapannya terhadap anggapan masyarakat bahwa sebagian warga Syiah di Indonesia bersikap eksklusif?

Dan, apa tawarannya dalam penyelesaian damai konflik antara penganut Syiah di Sampang, Madura, dengan kelompok penentangnya?

Serta, apa jawaban Jalaluddin Rakhmat soal karakteristik Islam Syiah di Iran dan Indonesia?

Mendalami tasawuf

Dalam berbagai kesempatan, Jalaluddin mengaku dibesarkan dalam keluarga Nahdiyyin (NU), kemudian sempat terlibat dalam aktivitas yang berorientasi pada Muhammadiyah, sebelum mendalami tasawuf dan akhirnya menganut Islam dengan mazhab Syiah.

"Ketika muda, saya memang dibesarkan dari keluarga NU, dan saya pergi ke kota dan bergabung dengan orang Muhammadiyah," ungkapnya, mulai bercerita.

Jalaluddin Rakhmat mengaku awalnya tertarik Syiah setelah Revolusi Islam Iran, 1979.

Ketika aktif di Muhammadiyah, Jalaluddin mengikuti gerakan-gerakan "yang saya sebut Islam-siasi, yaitu Islam politik, di mana saya ingin mendirikan syariat Islam di negeri ini".

Namun demikian, Jalaluddin muda mengaku berulangkali kecewa, karena "di berbagai negara Islam, tidak ada yang berhasil mendirikan Syariat Islam".

Di tengah situasi seperti itulah, Jalaluddin mengaku takjub ketika terjadi peristiwa penting di Iran pada 1979, yaitu runtuhnya rezim monarki otoriter Raja Shah Pahlavi oleh apa yang disebut belakangan sebagai Revolusi Islam Iran.

"Tiba-tiba saya melihat para ulama di Iran menang. Kok bisa ulama Iran bisa memenangkan sebuah pertarungan poltik dan bisa mendirikan negara Islam? Wah itu menginspirasi saya yang saat itu sudah putus asa," jelasnya.

Dalam perjalanannya, dia kemudian berangkat ke Iran, persisnya ke kota Qum, untuk belajar tasawuf. "Saya tidak belajar Syiah, saya belajar tasawuf di Qum."

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved