Satu Pekerja Migran asal Lombok yang Diamankan di Bandung Buta Huruf: ''Saya Ingin Pulang, Takut''
Sukiyah (30), satu dari tujuh pekerja migran ilegal yang diamankan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), ternyata buta huruf.
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sukiyah (30), warga Kecamatan Sekotong Tengah, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), adalah satu dari tujuh pekerja migran ilegal yang diamankan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) pada Rabu (10/2/2021).
Mereka hendak diberangkatkan sebagai pekerja migran ilegal ke Dubai, Uni Emirat Arab, pada Kamis (11/2/2021) sebagai pekerja rumah tangga.
Ironisnya, Sukiyah justru tidak bisa membaca dan menulis.
• Ingat Anak, Sari Pekerja Migran Asal Lombok yang Diamankan BP2MI Menangis, Ingin Pulang
• Hadapi Libur Panjang Imlek, Ini Skenario yang Akan Dijalankan PJR Cipularang
Kepala BP2MI Bandung, Ade Kusnadi, menyebut mereka ilegal karena tidak memiliki kelengkapan dokumen resmi sebagai pekerja migran.
Mereka juga tidak punya keahlian.
"Di antara mereka ada satu yang buta huruf tidak bisa baca tulis. Inilah kenyataan kalau secara prosedur ini sudah menyimpang dari ketentuan yang berlaku," ujar Ade, di Jalan Soekarno-Hatta, Bandung, Kamis (11/2/2021).
Untuk jadi pekerja migran resmi, kata Ade, warga harus mendaftar ke Kantor Disnakertrans daerah setempat.
"Ini mereka enggak punya kelengkapan dokumennya," ucap dia.
Saat diwawancara, Sukiyah mengaku berusia 30 tahun dan diiming-imingi calo pekerja migran untuk bekerja di Dubai dan diberi upah Rp 5 juta per bulan.
"Saya tertarik kerja di luar negeri dengan dijanjikan upah Rp 5 juta. Ini baru yang pertama kali tapi enggak jadi, saya ingin pulang," ucapnya.
Sukiyah sudah punya dua anak laki-laki dan suaminya bekerja di Bali.
Selama usianya, dia tidak pernah sekolah sehingga tidak bisa membaca.
"Saya tidak pernah sekolah, jadi enggak bisa baca. Kalau menulis A, B, C gitu mah bisa. Berangkat ke sana hanya bermodal semangat ingin kerja dan cari rezeki. Saya kalau resmi enggak takut kalau ilegal takut, nah ini saya enggak tahu ilegal atau resmi," katanya.
Belakangan ia tahu bahwa dia berstatus calon pekerja migran ilegal.
Sebelum berangkat, dia sudah diberi uang Rp 3 juta.
"Baru tahu saya ilegal, saya hanya ingin pulang urus anak. Saya enggak mau pergi, takut," ucapnya. (*)