Sedang Dipercantik, Jalan Ahmad Yani di Majalengka Diusulkan Diganti Jadi Jalan RT Dendanagara
RT Dendanagara adalah bupati pertama Majalengka. Agar warga tahu, Grumala mengusulkan namanya dijadikan nama jalan.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: taufik ismail
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA - Nama Jalan Ahmad Yani, Kabupaten Majalengka yang saat ini sedang ditata agar semakin ramah bagi pedestrian diminta diganti.
Jalan tersebut kian cantik, lantaran diisi oleh banyaknya kursi, tempat penyimpanan sepeda, dan dihiasi ratusan pot bunga.
Namun, sejumlah pegiat sejarah menyarankan, ketika rampung nanti jalan tersebut harus berganti nama.
• Warga Gempar, Temukan Satu Keluarga Tewas, Kakak Berkunjung, Lihat Orang Tua dan Adik Tak Bernyawa
• Cerita Warga Saat Gempa Sesar Lembang di Cisarua, Tubuh Sampai Terjatuh, Tanah Seperti Ambles
Rencananya, setelah selesai renovasi, area tersebut akan diberlakukan satu arah.
Salah satu pegiat sejarah yang menyarankan penggantian nama, yakni Ketua Grup Madjalengka Baheula (Grumala), Nana Rohmana.
Nana Rohmana yang sering dipanggil Bang Naro ini mengusulkan agar penamaan Jalan Ahmad Yani diubah menjadi Jalan RT Dendanagara.
Nama Dendanagara ini tercatat sebagai bupati pertama di wilayah Kabupaten Majalengka.
Penamaan jalan di Kota Majalengka dengan nama tokoh pahlawan lokal atau nasional dimulai sekitar tahun 1960-an.
Adapun nama Jalan Ahmad Yani itu mulai berlaku sekira tahun 1990-an, sebelumnya bernama Jalan KH Abdul Halim.
“Tahun 1950-an Jalan Suha itu namanya jalan Dipati Ukur. Jalan Ibu Tien Soeharto diganti jadi Jalan KH Abdul Halim,” ujar Naro, Kamis (28/1/2021).
Bang Naro menambahkan, sebelum Jalan Ibu Tien Soeharto, namanya adalah Jalan Raya Barat dari Alun-alun ke arah barat.
Atau sebaliknya, dari tengah Alun-alun Majalengka ke arah timur itu namanya Jalan Raya Timur.
Itu sewaktu masih zaman Belanda.
“Jika mau diganti atau diubah namanya, jalan depan pendopo ini sepertinya cukup dibahas yang melibatkan pihak eksekutif dan legislatief di daerah,” ucapnya.
Masih disebutkan Naro, perubahan nama jalan Ibu Tien Seoharto menjadi KH Abdul Halim terealisasi pada zaman kepemimpinan Bupati Sutrisno dan Wakilnya Karna Sobahi.
Itu tak lama setelah ada penetapan gelar pahlawan nasional kepada KH Abdul Halim.
“Dulu itu, nama Jalan KH Abdul Halim ada di jalur Pujasera melewati pendopo, sampai perempatan Jalan Emen Slamet dekat SLB,” ujar dia.
Naro menambahkan, nama Raden Tumenggung (RT) Dendanagara merupakan tokoh lokal, yang juga tercatat dalam dokumen naskah tertulis, yang hingga kini masih ada berkasnya.
Dendanagara tercatat sebagai bupati pertama Majalengka.
“Supaya masyarakat nyarahoeun sejarah, saha Bupati pertama Majalengka. (Supaya warga mengetahui sejarah, tentang siapa nama bupati pertama yang menjabat Bupati Majalengka). Jalan Ahmad Yani, kalau boleh, kami Grumala usul, bagusnya diganti saja dengan nama jalan RT Dendanagara,” kata Naro.
Selain Dendanagara tokoh-tokoh lokal lainnya juga perlu diangkat.
Sebagai contoh, di Cigasong ada tokoh Tumenggung Natakarya atau Jagaweswa, yang lainnya Bagus Rangin.
“Termasuk di Talaga ada Simbar Kancana, Sachanata, dan masih banyak lagi,” ucapnya.
• Remaja 14 Tahun Nyetir Mobil, Tabrak Delapan Motor di Lampu Merah, Seorang Pengendara Motor Tewas
• Heboh Surat Keberatan Review Produk Youtuber, Ini Kronologinya, Eiger Meminta Maaf dan Mengaku Salah