Khawatir Menumpuk dan Tak Terjual, Pemotongan Sapi di RPH Berkurang, Imbas Kenaikan Harga Daging

Pemotongan sapi di sejumlah RPH kota Bandung berkurang sebagai imbas dari kenaikan harga daging sapi

Penulis: Tiah SM | Editor: Siti Fatimah
TRIBUN JABAR/TIAH SM
Sapi impor dari Australia kembali dipotong di RPH Ciroyom, Rabu (12/08/2015). 

TRIBUNJABAR. ID,  BANDUNG- Akibat harga daging sapi naik berpengaruh ke Rumah Potong Hewan (RPH) milik Pemerintah Kota Bandung, yakni di RPH Cirangrang dan RPH Arjuna.

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar mengatakan,  dalam kondisi normal, di RPH rata-rata menyembelih sebanyak 45 ekor sapi per harinya.

Namun sejak terjadi kenaikan harga, kini berkurang menjadi 32 ekor sapi per hari.

Baca juga: Lowongan Kerja di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung, Berikut Posisi dan Syaratnya

“Setiap hari normalnya 45 ekor disembelih di RPH dan itu bisa memenuhi kebutuhan daging di Kota Bandung, kadang-kadang 50 ekor. Tapi sejak kenaikan sekarang jadi sekitar 32 ekor yang disembelih," ujar Gin Gin di Balai Kota, Senin (25/1).

Gin Gin, berkurangnya pemotongan daging sapi bukan disebabkan karena kelangkaan hewan, tetapi dengan kondisi harga yang tinggi.

Para pengusaha khawatir akan berkurangnya pembeli sehingga daging segar yang sudah dipotong akan menumpuk dan tidak terjual.

Baca juga: Misi Penyelamatan Saung Udjo, DPRD Kota Bandung Akan Gelar Pembahasan dengan Disbudpar

“Saat ini para pengusaha enggan untuk memotong lebih banyak. Khawatir tidak terjual dengan harga yang mahal. Tetapi untuk ketersediaan sapi masih tersedia,” ujarnya.

"Daging sapi, saat normal harga jual Rp110.000-120.000 per Kg. Tetapi kini menjadi Rp130.000-134.000 per kg," ujarnya.

Gin Gin mengatakan, kenaikan harga dipicu adanya kenaikan harga daging sapi di salah satu negara pengekspor daging sapi ke Indonesia, yaitu Australia. 

Baca juga: Masih Ada Adu Bagong, Personel Gabungan Turun Tangan, Khawatir Terjadi Hal Ini

Selain itu, kondisi pandemi Covid-19 dan cuaca yang buruk juga menjadi salah satu dampak dari kenaikan harga yang terus meroket.

“Pandemi karena banyak negara seperti China banyak memborong. Mereka membeli dengan harga yang cukup tinggi. cuaca juga mempengaruhi produksi,” ujar Gin Gin.

Untuk mengantisipasi kenaikan harga agar tidak semakin meroket dan kelangkaan daging sapi di Kota Bandung, pihaknya terus berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat dan para pengusaha.

Baca juga: Soal Harta Syekh Ali Jaber yang Ditinggalkan, Keluarga Beri Klarifikasi, Adik Syekh Ungkap Faktanya

"Kalau naik terus dan diperlukan operasi pasar, kita akan coba koordinasi dengan Bulog dan Pemerintah Provinsi untuk menyediakan daging beku. Itu bisa menjadi alternatif,” tuturnya. 

Sementara itu stok  hewan dan daging sapi di Kota Bandung dipastikan aman sampai tiga bulan ke depan.

“Masyarakat selain mengonsumsi daging segar dari sapi hidup juga dari daging beku. Persediaan daging beku relatif bagus, bahkan Bulog yang punya stok sampai 1,9 ton dan bisa cukup untuk 2-3 bulan, dan di RPH pun sapi itu tersedia,” ujar Gin Gin. 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved