Pesawat Sriwijaya Air Hilang

Captain Vincent Angkat Bicara Soal Jatuhnya Sriwijaya Air SJ812, Bongkar Fakta Mengenai Umur Pesawat

Captain Vincent Raditya, pilot yang juga merupakan YouTuber terkenal, turut memberikan opini mengenai jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ812.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Ravianto
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN dan YouTube Vincent Raditya
Captain Vincent Raditya, pilot yang juga merupakan YouTuber terkenal, turut memberikan opini mengenai jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ812. 

Tapi, lanjutnya, dia akan menerbangkan pesawat tua selama pesawat itu dirawat secara baik.

"Saya pernah kok terbang dengan pesawat Airbus yang tahun 1992, saya pernah terbang kok dengan pesawat tua. Yang jelas adalah bagaimana dia di-maintain. Banyak juga pesawat tua yang di-well-maintained, sehingga ketika kita datang ke pesawat itu semuanya working properly," ujarnya.

Baca juga: Keluarga Masih Percaya Co-Pilot Sriwijaya Air SJ-182 Diego Mamahit Bisa Selamat

Captain Vincent mengatakan, pesawat umurnya boleh saja tua, namun seandainya dia dirawat secara baik, saat ada kerusakan pasti akan diperbaiki.

Menurutnya, perawatan pesawat itu bukan hal main-main.

"Pesawat boleh tua, airframe boleh tua, tapi kan (misalnya) namanya avionik begitu rusak dia ganti, namanya mesin begitu ada masalah pasti dia repair. Dan ini bukan main-main ketika pesawat ini harus di-maintain, mereka punya manualnya sendiri. Jadi simpelnya pesawat ini ada rekomendasi kapan dia harus dicek," ujarnya.

Menurut Captain Vincent, pesawat sudah dikatakan tua ketika memasuki 50 ribu jam ke atas.

Namun, katanya, tidak ada limitasi di mana pesawat itu harus berhenti dioperasikan.

"Sampai pesawat-pesawat 1930-1940, kalau memang dia di-maintain dengan baik, masih bisa digunakan," ujarnya.

Hanya saja, lanjut Captain Vincent, yang jadi masalah memang adalah biaya dari memperbaiki pesawat itu sendiri.

Baca juga: Titik Jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 Sudah Ditemukan, tapi Bisa Pindah Karena Arus Laut Kencang

Semakin banyak jam terbang dari pesawat tersebut, akan lebih banyak pengecekan yang harus dilakukan.

Semakin banyak pengecekan, tentu saja membutuhkan semakin banyak biaya.

"Cuman yang jadi masalah adalah cost untuk memperbaiki pesawat itu. Semakin lama pesawat itu in-service, semakin banyak jam terbangnya, lebih banyak pengecekan yang harus dilakukan. Bukan saja dari air frame-nya, mesinnya juga sama."

"Jadi, airline itu semakin berpikir, ketika mereka harus replace replace (ganti) sendiri, tiba di satu titik mereka harus keluarkan uang terlalu besar, jadi enggak worth it lagi untuk dipertahankan pesawat ini," ujar Captain Vincent.

Jadi, lanjutnya, ketika sebuah pesawat tidak pantas lagi dipertahankan karena biaya perawatannya semakin tinggi, pilihannya adalah menggantinya dengan pesawat baru.

Pada umumnya, kata Captain Vincent, pesawat itu dinyatakan berhenti dioperasikan ketika biaya perawatannya melebihi dana yang dimiliki maskapai untuk perbaikan pesawatnya.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved