Petani dan Peternak Jabar akan Dipertemukan dengan Para Offtaker di WJFAS

Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat akan menggelar West Java Food & Agriculture Summit ( WJFAS

muhamad syarif abdussalam/tribun jabar
Ilustrasi: Gedung Sate. Petani dan Peternak Jabar akan Dipertemukan dengan Para Offtaker di WJFAS 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat akan menggelar West Java Food & Agriculture Summit ( WJFAS) di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, pada Kamis (10/12/2020). 

Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jabar Benny Bachtiar mengatakan dalam WJFAS, akan digelar high level meeting dan pertemuan petani Jabar dengan offtaker komoditas pertanian.

Kegiatan ini bertujuan mendorong perekonomian bidang pangan, termasuk peternakan dan perkebunan, sekaligus memperkuat ketahanan pangan. 

Baca juga: Meski Pandemi Covid-19, Ekonomi Digital Jabar Tumbuh di Atas 40 Persen

Baca juga: Dadang Supriatna Hanya Didampingi Istri, Tak Dibarengi Sahrul Gunawan saat Mencoblos di TPS

Baca juga: INI DAFTAR Pemenang Penghargaan Lingkungan Hidup Raksa Prasada 2020 di Jabar

"Tujuannya tidak lain agar petani bisa menjual hasil panen. Karena selama ini banyak petani bingung menjual hasil panennya. Ternyata offtaker kita sudah memiliki pasar ekspor yang notabane cukup menjanjikan. Kalau nanti petani yang ada di Jabar dapat memenuhi pasar ekspor, insyaallah ini akan meningkatkan kesejahteraan petani," kata Benny di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (9/12/2020). 

Menurut Benny, sudah ada 84 offtaker di sektor pertanian dan peternakan yang berminat menampung produk petani dan peternak Jabar. Salah satunya adalah PT Bhanda Ghara Reksa (BGR).

Nantinya, kata Benny, PT BGR akan menampung  produk pertanian dan peternakan di Jabar yang akan didistribusikan ke warung-warung dengan konsep e-warung atau warung elektronik.

"Nanti PT BGR ini menampung hasil pertanian yang nanti didistribusikan ke warung-warung mengenai konsep e-warung. Ini sudah mulai ada wujudnya," ucapnya.

Dengan terbukanya pasar domestik maupun global, Pemerintah Provinsi Jabar berupaya mengubah wajah pertanian agar generasi milenial tertarik menggarap sektor pertanian dan peternakan.

Saat ini, katanya, pertanian dan peternakan belum diminati generasi milenial di Jabar. Padahal, generasi milenial diharapkan membawa perubahan kedua sektor tersebut pada masa depan guna menjaga ketahanan pangan Jabar.

Berdasarkan hasil survei pertanian antar sensus (sutas) 2018  yang dilakukan Badan Pusat Statistik, jumlah petani di Jabar mencapai 3.250.825 orang. Dari jumlah tersebut, petani yang berusia 25-44 tahun hanya 945.574 orang atau 29 persen. Kondisi tersebut tentu memberikan efek domino bagi sektor pertanian di Jabar.

"Sebuah harapan besar Gubernur Jabar, dengan kondisi pandemi COVID-19 ini, ketika banyak industri padat karya menutup usahanya tentunya ini menjadi permasalahan, di mana banyak anak-anak milenial menggantungkan hidupnya bekerja di sektor industri manufaktur," ucapnya.

"Ketika anak muda kembali ke desanya, mereka mulai melakukan aktivitas ekonomi di perdesaan melalui sektor pertanian tadi. Di sini, Gubernur Jabar menginstruksikan agar membuat sesuatu yang bisa menarik para milenial ini memulai kegiatan pertanian, yang tentunya pasar. Inilah yang coba kita gali," tambahnya.

Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jabar Taufik Saleh mengatakan selain membuka pasar, Pemerintah Provinsi Jabar harus mendorong pemanfaatan teknologi di sektor pertanian.

"Jadi bagaimana budidaya pertanian, pangan, teknologi pembibitan bisa menghasilkan produk pangan yang lebih cepat atau menghasilkan panen lebih banyak dari kondisi yang normal," kata Taufik.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved