Beda dengan Oktober Ada Libur Panjang, Tak Ada Jatah Libur Akhir Tahun 2020, Ini Alasan Pemerintah

Yang mau libur panjang akhir tahun sepertinya harus gigit jari karena tak ada jatah libur di akhir tahun.

Editor: taufik ismail
Istimewa
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi pembicara utama di Kongres kedua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Sabtu 22 Agustus 2020. 

TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Tak ada libur panjang di akhir tahun dan pengganti cuti Idulftri.

Ini karena Presiden Joko Widodo meminta agar jatah libur akhir tahun pada bulan Desember dikurangi.

Ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa jatah libur akhir tahun dikurangi.

Baca juga: Pernikahan Putri Habib Rizieq Kembali Memakan Korban, Ada Lagi Pejabat Dimutasi dan Dibebastugaskan

Baca juga: Nasib Memprihatinkan Jenderal Polisi Napoleon Bonaparte, Dipenjara Bareng Penjahat yang Ditangkapnya

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Sri mentatakan alasan permintaan Presiden Jokowi adalah bila hari libur terlampau panjang, bisa memicu kenaikan kasus Covid-19 sehingga aktivitas ekonomi yang mulai meningkat bisa kembali melemah.

Ia menambahkan, dalam kondisi normal hari libur biasanya mendorong aktivitas masyarakat untuk saling berinteraksi sehingga terjadi konsumsi.

Sementara libur panjang di masa pandemi, justru bisa meningkatkan kasus Covid-19 namun tidak membuat ekonomi membaik.

"Berarti ini harus hati-hati melihatnya. Apakah dengan libur panjang masyarakat melakukan aktivitas mobilitas tinggi tapi tidak menimbulkan belanja dan menimbulkan tambahan kasus Covid. Itu harus dijaga," ujar Sri Mulyani ketika memberikan paparan penjelasan dalam konferensi pers APBN KiTa, Senin (23/11/2020).

Meurut Sri Mulyani, pada bulan pertama kuartal IV, yakni Oktober, jumlah hari kerja sudah lebih pendek dibanding tahun lalu.

Baca juga: Potret Transformasi Millen Cyrus dari Dulu Sampai Sekarang, Sempat Buat Ashanty Syok, Berubah Total

Baca juga: Kode untuk Siapa? Istri Rizki DA Nadya Mustika Curhat: Kita Tak Pernah Berdua, Kita Selalu Bertiga

Pada Oktober tahun ini jumlah hari kerja hanya 19 hari, sementara tahun lalu 23 hari.

Nyatanya libur panjang di akhir pekan pada Oktober ini menyebabkan aktivitas ekspor impor di pelabuhan sedikit terganggu karena harus libur.

Kegiatan perekonomian pun menurun, terlihat dari konsumsi listrik di bidang bisnis yang menurun.

"Dan itu menggambarkan berarti dampaknya ke ekonomi di sektor produksi juga menurun, di konsumsi tidak pick up juga," ujar dia.

Sementara itu, untuk hari kerja di November jumlahnya 21 hari baik tahun ini maupun tahun lalu.

Baca juga: Daftar 18 Pemain Asing yang Menyerah Lihat Liga 1 Tak Jelas, Memilih Hengkang, Arema Paling Banyak

Sedangkan untuk Desember 2020, jumlah hari kerjanya menyisakan 16 hari saja apabila ada libur akhir tahun yang cukup panjang seperti yang direncanakan sebelumnya.

"Kita tidak hanya lihat satu sisi tapi semuanya. Aspek kesehatan ekonomi kegiatan usaha dan lain-lain. Ini yang dimaksudkan oleh Presiden apakah jumlah hari kerja atau libur panjang dalam suasana Covid menimbulkan dampak unintended yakni jumlah kasus meningkat tapi aktivitas ekonomi tidak terjadi kenaikan," ujarnya.

Di sisi lain, Sri Mulyani menilai, konsumsi masyarakat kelas menengah masih sulit untuk didorong.

Pasalnya, konsumsi masyarakat kelas menengah erat kaitannya dengan kepercayaan mereka dalam proses penanganan pandemi oleh pemerintah.

"Idealnya vaksin sudah ada, sehingga vaksin bisa kita betul-betul membuat masyarakat memiliki confidence. Ini sedang dihadapi semua negara karena menghadapi situasi sama di mana masyarakat ingin melakukan aktivitas tapi sangat tergantung pada apakah covid bisa dikendalikan," ujar dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menurut Sri Mulyani, Ini Alasan Presiden Minta Libur Akhir Tahun Dikurangi".

Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved