Bangkitkan Pariwisata Jabar, Kadisparbud Jabar: Saatnya Pentahelix Tidak Hanya Sebatas Kata Kata
Jawa Barat sudah mendapatkan bantuan dana hibah dari pemerintah pusat sebesar Rp277 Miliar, dimana 30 persennya untuk pemulihan industri pariwisata
Hal ini untuk mewujudkan program Pemerintahan Jawa Barat maupun disparbud agar UMKM ini mampu meningkatkan daya asing, nilai tambah, dan produktivitas usaha melalui pemberdayaan wirausaha yang tangguh, kreatif dan berkelanjutan.
“Maka bank BJB sebagai lembaga keuangan selalu mendukung program pemerintah dan lembaga/institusi yang bergerak dalam pembinaan pelaku usaha.”ujarnya.
Gerry menambahkan, Pemberdayaan akan dilaksanakan dengan menggunakan program PESAT dengan menjalankan tiga pilar program yaitu Pesat Kapitas Utama, Pesat Wirausaha Baru, dan Pesat Sehat Sejahtera.
Selain permodalan melalui perbangkan, Dirut PT Chitose C-Engineering Indonesia, Fadjar Swatyas membeberkan pengalamannya membuka akses permodalan melalui Initial Public Offering atau IPO.
“Perusahaan menjual sahamnya kepada masyarakat untuk pertama kali. Melalui IPO, masyarakat umum bisa membeli saham dan perusahaan dapat memperoleh dana tambahan.” Ujarnya.
Menurutnya ada beberapa manfaa yang bisa diperoleh jika perusahaan ini melakukan IPO diantaranya, perusahaan akan banyak yang mengawasi baik dari instrumen pemerintah seperti OJK maupun Bursa Saham dan tentu saja para investor.
Selain itu, perusahaan akan menjadi transaparan karena go pubilk dan tentunya akan melahirkan tata kelola perusahaan yang baik dan semua merasa memiliki dan berusaha untuk membangun perusahaan menjadi lebih baik dari masa – masa.
“IPO adalah awal yang baik untuk pertumbuhan dimasa depan, dan ini sejalan dengan filosofi chitose yang berarti berumur panjang” Pungkasnya.
Penutup dari diskusi tersebut, Sub Kordinator Perbangkan Konvensional Kemenparekraf RI, Syahrian juga memberikan gambaran akses permodalan bagi para pelaku umkm maupun pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif untuk bisa mengakses permodalan tidak hanya dari instrumen perbangkan tapi dari industri jasa keuangan lainnya seperti dana masyarakat ataupun finansial teknologi.
“92,73 % persen pelaku usaha parekraf ini malas untuk berhubungan pihak berbankan karena proses yang panjang. Tapi masih ada solusi lainnya yakni dari Dana masyarakat, modal ventura dan fintek yang merupakan akses non perbangkan yang bisa dimasuki oleh para pelaku umkm dan pelaku wisata serta ekonomi kreatif” pungkasnya.