Kasus Covid-19 di Indonesia Nyaris Tembus 500.000, Tapi 20 Daerah Status Zona Hijau, Ada Nol Kasus

Sejak kasus pertama virus corona (Covid-19) dikonfirmasi di Indonesia pada 2 Maret 2020, jumlah kasus di Tanah Air kian meningkat

Editor: Siti Fatimah
kompas.com
ilustrasi-Foto tangkapan layar video penangkapan SL, pasien Covid-19 yang kabur. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kasus positif Covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan, bahkan tercatat kasus hampir tembus 500.000 kasus.

Meski mengalami peningkatan, ternyata cukup banyak daerah yang berstatus zona hijau.

Bukan hanya itu, terdapat daerah yang tidak ditemukan adanya lagi kasus atau nol kasus Covid-19.

Dikutip dari Intisari Online,  sejak kasus pertama virus corona (Covid-19) dikonfirmasi di Indonesia pada 2 Maret 2020, jumlah kasus di Tanah Air kian meningkat.

Baca juga: Masyarakat yang Ikuti Acara Rizieq Shihab Diimbau Isolasi Mandiri, Sudah 100an yang Positif Corona

Bahkan ketika memasuki bulan November 2020 ini.

Berdasarkan info pemerintah, terdapat kasus baru Covid-19 bertambah 4.360 kasus pada Minggu (22/11/2020) 

Dengan demikian total pasien yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia menjadi sebanyak 497.688 kasus.

DKI Jakarta masih menjadi provinsi yang memiliki kasus Covid-19 tertinggi.

Disusul Jawa Timur,  Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Walau begitu, Satgas Penanganan Covid-19 mencatat ada 20 daerah yang berstatus zona hijau dengan rincian 10 daerah tak ada kasus dan 10 daerah tak terdampak.

Baca juga: Mantan Bupati Indramayu Anna Shopana & Menantunya Jalani Swab Ulang, Usai Cabup Daniel Positif Covid

Berikut daftar lengkapnya:

Tak ada kasus

1. Papua Barat

- Tambrauw

- Fakfak

2. Papua

- Tolikara

- Yalimo

- Waropen

Baca juga: Ditengah Pandemi Covid-19, Jabar Berharap Ada Kelanjutan Kerjasama dengan Malaysia

3. Nusa Tenggara Timur

- Alor

- Manggarai Timur

4. Maluku

- Maluku Barat Daya

5. Kalimantan Utara

- Malinau

- Tana Tidung

Tidak Terdampak

1. Papua Barat

- Pegunungan Arfak

2. Papua

- Dogiyai

- Yahukimo

- Deiyai

- Mamberamo Raya

-  Nduga

- Puncak

- Intan Jaya

Baca juga: Puluhan Orang Peserta Kegiatan HRS Dinyatakan Positif, Kemenkes Masifkan Tracing

3. Nusa Tenggara Timur

- Sabu Raijua

4. Maluku

- Maluku Tenggara Barat

Lonjakan kasus dan ancaman libur akhir tahun

Dua minggu setelah libur panjang akhir Oktober 2020, Indonesia mencatatkan lonjakan kasus selama beberapa hari terakhir dengan rekor kasus harian mencapai 5.000.

Lonjakan serupa juga terjadi pada dua libur panjang sebelumnya, yaitu libur lebaran yang membuat angka menembus 1.000 dan libur panjanbg HUT RI serta Tahun Baru Islam yang membuat lonjakan angka menembus 3.000.

Dengan pengalaman ini, epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menyarankan agar pemerintah menunda libur panjang akhir tahun.

"Tidak saya sarankan diadakan, bahaya."

"Sebaiknya liburnya singkat, tidak ada keramaian dan tidak ada keluar daerah, sedang cuti bersamanya ditunda saja," kata Dicky, Kamis (19/11/2020).

"Dari pengalaman sebelumnya, dampak libur panjang itu selalu serius, meningkatkan hunian rumah sakit dan kematian."

Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 Terjadi Lagi di Indramayu, Mayoritas Ibu Rumah Tangga, Diimbau Hati-hati

"Kalau dari kasus tidak terlalu terlihat karena rendahnya cakupan testing kita," lanjut dia.

Dengan ancaman itu, ia menyebut pemerintah harus memiliki regulasi khusus yang mencakup semua sektor sehingga mendukung pembatasan mobilitas dan interaksi.

Selain regulasi dari pemerintah, masyarakat juga diimbau agar tetap membatasi diri dalam bepergian.

"Masyarakat juga harus sadar untuk tetap membatasi diri dalam bepergian. Kalau mau aktivitas ya di dalam daerahnya," ujar Dicky.

Sumber: Intisari
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved