Di Hulu Sungai Citarum Hutan Sudah Gundul, Sejauh Mata Memandang Hanya Kebun Sayur
Dataran tinggi dan pegunungan di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung merupakan hulu Sungai Citarum
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Dataran tinggi dan pegunungan di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung merupakan hulu Sungai Citarum yang alirannya berujung di Laut Jawa, melintasi tujuh kota dan kabupaten di Jabar.
Titik nol Sungai Citarum, berada di Situ Cisanti di Kaki Gunung Wayang.
Tribun melintasi sejumlah perbukitan di sejumlah desa di Kecamatan Kertasari, pada Sabtu (21/11/2020).
Pantauan Tribun, kawasan perbukitan di Kertasari dijadikan lahan perkebunan sayuran oleh warga. Seperti tomat, kentang hingga kol.
Aplikasi pengukur ketinggian di ponsel Android menunjukan ketinggian 1800-an meter di atas permukaan laut saat melewati perbukitan menuju Puncak Sulibra di Gunung Artapela.
Baca juga: Siloam Hospitals Punya Alat Cepat Hanya 15 Menit untuk Tahu Positif atau Negatif Covid-19

Para penggarap lahan di puncak-puncak bukit itu membawa sepeda motor yang dimodifikasi jadi motor trail untuk mengakses sawahnya dan membawa hasil bumi. Tanah bekas lintasan ban motor trail tampak membentuk lekukan.
Lereng-lereng bukit dengan kemiringan sekitar lebih dari 50 derajat tak luput ditanami sayuran.
Setelah hujan mengguyur, tampak halimun atau kabut tipis keluar dari tanah.
Meski menawarkan landscape pemandangan yang indah berupa bentang alam, namun sejauh mata memandang, bukit-bukit gundul menjelaga.
Saat hujan deras, lumpur di bukit-bukit yang gundul itu meluncur deras terbawa air menuju saluran air hingga ke Sungai Citarum.
Selain itu, lumpur pun terbawa ke jalan. Sehingga, seringkali jalan penghubung ke Kertasari itu banjir air bercampur lumpur.
Baca juga: Link LIVE STREAMING RCTI Napoli vs AC Milan, Liga Italia, Kemenangan Harga Mati bagi Rossoneri
Riki Septiyadi (35) dari Komunitas Sulibra, sebuah komunitas pecinta lingkungan di Kertasari, mengatakan, pada 2013, kawasan tersebut berupa lahan terbuka berupa padang rumput yang luas.
"Pada 2013 kami melakukan pendakian ke Puncak Sulibra. Saat itu, masih berupa padang rumput yang luas," ujar Riki saat dihubungi pada Minggu (22/11/2020).
Lahan di kawasan itu umumnya berada di kawasan hutan lindung yang dikelola Perum Perhutani.
Papan pengumuman berisi imbauan untuk tidak merusak di hutan lindung itu banyak ditemukan.
Selain Perhutani, lahan itu dikelola oleh PT Perkebunan Negara dan selebihnya di kelola perusahaan swasta lewat hak guna usaha (HGU). Petani menyewa lahan HGU itu.
"Saya menyewa Rp 2,5 juta per tahun. Sekarang lagi ditanami kentang, masih dalam penanaman. Saat ini harga kentang per kilo sedang lumayan, Rp 72 ribu per kilo," ucap Soleh (53), warga asal Desa Cibeureum.
Sejak lima tahun terakhir, ia menggarap lahan untuk kebun sayuran. Hasil bercocok tanam itu mampu menguliahkan anaknya di perguruan tinggi swasta.
"Selagi mampu. Saya hanya menanam saat musim hujan saja, karena saat musim kemarau sulit air," ucap Soleh.
Baca juga: Wisata Edukasi Sejarah di Curug Walanda Citatah KBB, agar Milenial Tahu Kehidupan Pendahulunya
Tidak hanya ancaman banjir dan longsor, dampak dari terbukanya lahan di dataran tinggi itu, warga seringkali kesulitan air bersih. Padahal kondisinya di gunung.
"Musim kemarau disini air susah. Untuk berkebun apalagi. Nah untuk kebutuhan sehari-hari, kalau di desa kami, memanfaatkan mata air Situ Cisanti yang disalurkan lewat pipa-pipa," ucap Naufal (36), warga Desa Cikembang.
Saat ini, Satgas Citarum Harum lewat Sektor I turut berperan aktif dalam penghijauan di Kertasari. Tentara terlibat dalam pembibitan dan penanaman pohon untuk menghijaukan lagi lahan kritis.
Pepep Dw, pegiat lingkungan di Bandung menerangkan, kawasan tersebut era pemerintahan kolonial dijadikan perkebunan kina lewat perusahaannya.
Belakangan, setelah kemerdekaan, pemerintah menasionalisasi perusahaan asing.
"Pascaperalihan, kebun-kebun kina itu ditebang. Lahannya kemudian dikelola oleh pemerintah dan swasta lewat pemberian hak guna usaha (HGU) ucap dia," ujarnya.
Hingga akhirnya, pembukaan besar-besaran pun massif. Berkelindan dengan kebutuhan perut warga sekitar dengan Berkebun sayuran, sekalipun kawasan itu berstatus hutan lindung.
Baca juga: Siloam Hospitals Punya Alat Cepat Hanya 15 Menit untuk Tahu Positif atau Negatif Covid-19
"Harusnya fungsi-fungsi hutan lindung harus tetap dijaga. Mana hutan lindung yang bisa dimanfaatkan dan dikelola warga lewat pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) dan mana untuk buffer zone atau untuk perlindungan lingkungan," ujar Pepep.
Presiden RI Joko Widodo sempat menyambangi Kecamatan Kertasari dan menanam pohon pada Februari 2018 sebagai komitmen pemerintah pusat ingin memperbaiki Sungai Citarum.
Saat itu, kepala negara mengatakan revitalitasi Sungai Citarum merupakan pekerjaan besar dan panjang.