Saat Dedi Mulyadi Bertemu Tukang Becak Beretika Raja, Satu Titik Tiga Orang Tersantuni
Saat melintas di satu jalan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, anggota DPR RI Dedi Mulyadi bertemu dengan seorang
TRIBUNJABAR.ID - Saat melintas di satu jalan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, anggota DPR RI Dedi Mulyadi bertemu dengan seorang penjual sandal keliling.
Dedi Mulyadi pun menghentikan laju mobilnya dan turun menanyai penjual sandal keliling asal Leuwiliang, Kabupaten Bogor itu.
Ketika sandal digelar oleh sang penjual di lantai halaman satu toko di pinggir jalan itu, tiba-tiba sejumlah orang pun mengeruminya.
Dedi pun langsung menawarkan sandal itu kepada sejumlah orang yang hadir di situ, termasuk seorang tukang becak.
Terlihat sandal jepit yang dikenakan tukang becak itu berbeda warna antara kaki kanan dan kiri. Ternyata itu sandal bekas hasil nemu di jalan.
Namun tukang becak itu justru bersyukur. Menurutnya meski sandalanya butut dan tidak seragam, ia harus bersyukur karena masih ada orang yang tidak pakai sandal. Kalimat ini membuat Dedi Mulyadi pun kagum.
Dedi lalu mengajak tukang becak dan penjual sandal keliling itu untuk makan di satu kedai soto.
Baca juga: Garong Minimarket Ini Digulung Polisi di Purwakarta, Lima Minimarket Jadi Korban Perampokan

Di kedai soto ini Dedi juga mengajak penjual rokok keliling makan bersama.
Setelah nasi soto disajikan, tukang becak itu belum mau menyentuh makanan.
Menurutnya jika yang mengajak makan sudah menyentuh dan menyuapkan makanan, maka ia baru akan menyentuhnya.
Dedi pun kagum dengan sikap tukang becak itu dan menyebutnya, meski berprofesi sebagai tukang becak, orang ini beretika raja.
Di kedai soto itu Dedi lalu memberikan sejumlah uang kepada penjual rokok dan penjual sandal keliling. Uang itu untuk menambah modal usaha mereka.
Setelah itu Dedi mengajak tukang becak untuk membeli beras di satu toko beras.
Di sini tukang becak itu kembali menunjukkan etika rajanya. Saat ditawari sekarung beras, tukang becak itu menyebutnya terlalu banyak.
Dedi pun kagum karena tukang becak itu tidak aji mumpung, tidak memanfaatkan orang yang akan memberinya.