Dosen Prodi Farmasi UBK Gelar Program Penyediaan Jaringan Internet untuk PJJ, Hanya Bayar Rp 20 Ribu
Dosen Program Studi D3 dan S1 Farmasi Fakultas Farmasi UBK mencari solusi bagi keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.
Penulis: Cipta Permana | Editor: Giri
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Cipta Permana
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sekelompok dosen Program Studi D3 dan S1 Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Bhakti Kencana (UBK) mencari solusi bagi keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan melalui program pengabdian masyarakat.
Mereka melakukan itu berawal dari kegelisahan masyarakat, khususnya para orang tua murid yang merasa terbebani dengan desakan kebutuhan kuota internet. Kebutuhan internet adalah keharusan di tengah pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi Covid-19.
Ada delapan dosen UBK yang terlibat. Mereka adalah Dewi Kurnia, Aiyi Asnawi, Ivan Andriansyah, Rahma Ziska, Idar, Purwaniati, Vina Juliana, dan Anne Yuliantini.
Mereka membuat program pengabdian masyarakat yang telah berlangsung sejak September dengan tajuk Membangun Nalar dan Tindakan Menghadapi Pandemi Covid-19 Melalui Penyediaan Jaringan Internet Berbasis Swadaya Masyarakat Untuk Pembelajaran Jarak Jauh.
Mereka mengaplikasikannya di wilayah RW 02 Kelurahan Pelindung Hewan, Kecamatan Astana Anyar, dan RW 03 Kelurahan Cipedes, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung.
Ketua Program Pengabdian Masyarakat, Dewi Kurnia, mengatakan, kuota internet menjadi salah satu kebutuhan primer saat ini, selain sadang, pangan, dan papan.
Meski demikian, kemampuan pemenuhan kebutuhan dari kuota internet pun tidak dapat disamaratakan. Justru memunculkan persoalan baru dari situasi pandemi Covid-19 di masyarakat.
Baca juga: Perbedaan Harga Mobil Pimpinan KPK Era Sekarang dengan Abraham Samad, Ini Masa Pandemi, Bos
Kondisi ini pun dirasakan juga oleh warga RW 02 Kelurahan Pelindung Hewan dan RW 03 Kelurahan Cipedes yang kini menjadi objek penelitian dan pengabdian masyarakat.
"Melalui penyediaan jaringan internet ini, diharapkan mampu menjadi solusi bagi anak-anak usia sekolah yang ada di sini agar tetap dapat mengikuti PJJ, sekaligus dapat membantu mengurangi beban psikologis dan ekonomi para orang tua yang terus menerus membeli kuota internet bagi anak-anaknya setiap bulan," ujarnya di sela kegiatan penyerahan bantuan perangkat jaringan internet kepada Ketua RW 02 di Madrasah Al-Muhajirin, Kelurahan Pelindung Hewan, Kota Bandung, Sabtu (17/10/2020).
Dewi menjelaskan, upaya penyediaan jaringan internet ini diklaim tidak akan berbenturan atau tumpang-tindih dengan program bantuan kuota internet yang telah diluncurkan oleh pemerintah pusat beberapa waktu lalu.
Sebab, secara mekanisme pemanfaatan kedua program tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
"Tanpa mendiskreditkan bantuan kuota internet yang telah di salurkan pemerintah, tapi kenyataan di lapangan, masyarakat banyak mengeluh dengan pemanfaatannya. Apalagi, bantuan kuota internet sebesar 50 GB tersebut hanya mampu mengakses aplikasi atau konten pembelajaran, sehingga pada beberapa mata pelajaran, siswa yang diwajibkan untuk mengirim tugas dalam bentuk tayangan video dan diunggah melalui YouTube atau guru yang memberi arahan melalui WhatsApp tidak dapat diakses para murid. Karena kedua aplikasi ini tidak termasuk yang diakomodir oleh sistem dalam kuota internet itu, akibatnya orang tua terpaksa tetap harus membeli paket kuota internet reguler," ucapnya.
Sedangkan, untuk penyediaan jaringan internet program pengabdian masyarakat UBK, pihaknya memilih menggunakan WiFi atau jaringan internet terbuka dibandingkan chip kuota internet.
Hal ini dimaksudkan, agar pemanfaatanya dapat dirasakan secara lebih luas oleh masyarakat, terutama anak sekolah.