Anwar Ibrahim Akan Bertemu Sultan Abdullah untuk Membuktikan Klaimnya Ia Meraih Suara Mayoritas

“Dalam pertemuan itu, saya akan menunjukkan dokumentasi kuat dan meyakinkannya mayoritas yang sudah saya dapatkan,"

Editor: Adityas Annas Azhari
AFP/MOHD RASFAN /Kompas.com
Mantan pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim mengacungkan ibu jari ke arah para pendukungnya saat meninggalkan RS Cheras, Kuala Lumpur, Rabu (16/5/2018). 

TRIBUNJABAR.ID, KUALA LUMPUR  - Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim menyatakan, ia diagendakan bertemu Raja Malaysia pekan depan untuk membuktikan klaimnya.

Rencananya, Anwar bakal bertemu Yang di-Pertuan Agong, Sultan Abdullah, Selasa pekan depan (13/10/2020), untuk membuktikan dia meraup mayoritas di parlemen.

“Dalam pertemuan itu, saya akan menunjukkan dokumentasi kuat dan meyakinkannya mayoritas yang sudah saya dapatkan," ujar Anwar Ibrahim.

Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin Harus Dikarantina Setelah Menteri Agama Positif Covid-19

Pada September lalu, Anwar Ibrahim menjadi perhatian setelah mengklaim mendapatkan suara mayoritas untuk meraih kursi Perdana Menteri Malaysia. Pemerintahan saat ini yang dipegang Muhyiddin Yassin meski mengantongi suara mayoritas, tergolong kurus karena hanya mendapatkan 113 kursi.

Dilansir Bloomberg Quint Kamis (8/10/2020), diperlukan minimal 112 kursi dari total 222 di parlemen untuk bisa membentuk pemerintahan.

Presiden dari Partai Keadilan Rakyat itu disebutkan juga sudah mengirimkan daftarnya ke Raja Malaysia, dan bakal menjabarkannya dalam pertemuan.

Yang Dipertuan Agong Malaysia, Sultan Abdullah
Yang Dipertuan Agong Malaysia, Sultan Abdullah (AFP/kompas.com)

Istana Negara sudah mengumumkan sebenarnya Anwar dijadwalkan bertemu pada 22 September. Namun, Sultan Abdullah terpaksa membatalkannya.

Penyebabnya, penguasa monarki asal Pahang tersebut dilarikan ke rumah sakit karen amengalami keracunan makanan dan cedera saat olahraga.

Nasib Anwar Ibrahim Ada di Tangan Raja, Politik di Malaysia Memanas

Niat Anwar yang begitu kuat terjadi setelah ambisinya untuk menjadi orang nomor satu "Negeri Jiran" kandas pada Februari lalu. Penyebabnya adalah Mahathir Mohamad, sosok yang menjanjikannya jabatan PM setelah mereka menang di pemilu 2018, mendadak mengundurkan diri.

Akibatnya, Malaysia mengalami krisis politik selama satu pekan, sebelum Muhyiddin Yassin datang dan mengklaim mayoritas.

Situasi tersebut sempat memunculkan spekulasi bahwa Mahathir sejatinya enggan untuk menyerahkan kursi perdana menteri kepada Anwar. Apalagi berdasarkan kesepakatan saat menang pemilu 2018, Mahathir bakal menyerahkannya kepada Anwar setelah dua tahun menjabat.

Namun, Mahathir dengan tegas membantahnya. Meski dia kemudian menerangkan bahwa Anwar Ibrahim tidak populer sehingga tak bisa menjadi PM Malaysia. (kompas.com/ardi priyatno utomo)

Sumber: Kompas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved