Barista Mahasiswi Cantik UPI Bandung Ini Sudah Jatuh Cinta, Enggak Bisa Hidup Tanpa Ngopi
Awal tahun ini, Sifa mengaku “nekat” mengikuti kompetisi manual brew di Cimahi.
Penulis: Agung Yulianto Wibowo | Editor: Agung Yulianto Wibowo
TRIBUNJABAR.ID - Tidak hanya sebagai penikmat kopi, Sifa Nur Aisyah pun melakoni menjadi barista setahun ini.
Bahkan, mahasiswi semester akhir Jurusan Komunikasi di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini menjadi barista di dua coffee shop di Kota Bandung dan Kota Cimahi.
• Goweser Cantik Bandung Ini Pilih Perpaduan Road Bike dan Mountain Bike
• Kapster Cantik Bandung Ini Grogi Saat Memotong Rambut Anaknya Gubernur Jabar Ridwan Kamil
• Cuma 15 Detik, Ini Tips Tampil Cantik Tanpa Riasan Tebal Ala Maudy Ayunda
“Awalnya jadi barista tidak sengaja. Waktu itu lagi ngopi di sebuah kafe di Cimahi bareng temen. Terus ngobrol sama manajer kafenya. Ternyata lagi butuh barista cewek dan diajak,” ujarnya kepada Tribun Jabar lewat pesan instan, belum lama ini.

Sifa mengaku tidak punya pengalaman menjadi barista. Namun, yang paling penting mau belajar.
“Akhirnya belajar dan aku mau masuk dunia kopi karena seninya,” ucap perempuan berusia 21 tahun ini.
Sekarang dia sudah sanggup meracik kopi manual seperti V60, Japanese, dan Aeropress.
“Latte art dan roasting juga tapi masih belajar. Ilmu di kopi tuh kompleks banget,” kata warga Kota Cimahi, ini.
Awal tahun ini, Sifa mengaku “nekat” mengikuti kompetisi manual brew di Cimahi.

“Tapi sudah KO di babak penyisihan,” ujar pemilik rambut lurus sebahu ini.
Sekarang Sifa wajib ngopi dalam sehari. Dia mengaku tidak bisa hidup tanpa kopi.
“Sekarang udah di tahap jatuh cinta. Dulu aku sebenarnya tidak terlalu suka, tapi karena sering dan tiap hari minum espresso untuk kalibrasi, malah jadi enggak bisa hidup tanpa kopi,” katanya.
Dulu Sifa bercita-cita pengen punya coffee shop atau kedai. Pokoknya yang bergerak di bidang food and beverage.
Namun sekarang, dia memutuskan untuk mencari pengelaman dan ilmunya terlebih dahulu.

“Itu yang menurutku paling susah dicari. Di luar perkopian, aku juga usaha thrifting online. Mungkin nanti pas buka kedai kopi, ada sisi fashion-nya juga. Jual kopi dan sustainable fashion juga,” ujarnya.
Sifa mengaku senang membikin kopi. Apalagi kalau dia tahu kopi bikinannya diminum habis oleh konsumen.
Rasa capainya hilang karena bisa membuat konsumen tersenyum di tengah padatnya jam kerja mereka.
“Kalau kenangan di kopi banyak banget, mulai dari ketemu banyak orang, ilmu kopi, ikut kompetisi, sampe dapet pacar baru,” katanya. (agung yulianto wibowo)