UPDATE Kajian Tsunami 20 Meter, BPBD Sebut Palabuhanratu Wilayah Berisiko Tinggi Terkena Tsunami
Terkait potensi tsunami 20 meter di selatan Jawa yang dikeluarkan oleh tim peneliti ITB, BPBD Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menanggapi dengan serius.
Penulis: M RIZAL JALALUDIN | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Kontributor Kabupaten Sukabumi, M Rizal Jalaludin
TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Terkait potensi tsunami 20 meter di selatan Jawa yang dikeluarkan oleh tim peneliti Institut Teknologi Bandung ( ITB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menanggapi dengan serius.
Plt Kepala BPBD Kabupaten Sukabumi, Maman Suherman mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya mitigasi ataupun simulasi bencana.
Menurutnya, apabila bencana tsunami tersebut benar-benar terjadi, Palabuhanratu menjadi wilayah selatan Sukabumi yang paling berisiko terdampak.
"Kecamatan risiko tinggi tsunami kalau dilihat dari kondisi lingkungan kecamatan, pertama saya melihat kecamatan Palabuhanratu, kedua Cisolok, kemudian Cikakak daerah itu," ujar Maman kepada wartawan belum lama ini.
Ia menjelaskan, Palabuhanratu menjadi wilayah dengan risiko tinggi terkena tsunami karena terdapat perkantoran pemerintahan Kabupaten Sukabumi, pasar hingga objek wisata.
"Palabuhanratu jadi risiko paling tinggi, kenapa paling tinggi, karena disitu ada perkantoran pemerintah, objek wisata ada pasar dan sebagainya, jadi yang paling berisiko adalah Palabuhanratu," jelasnya.
• Bentangan Pantai di Cianjur 70 KM, Nelayan Dilema Ramainya Pemberitaan Ancaman Tsunami 20 Meter
• UPDATE Potensi Tsunami 20 Meter, Disparbud Jabar Segera Buat Kebijakan agar Masyarakat Lebih Waspada
Selain Palabuhanratu, ia juga menyebutkan, ada beberapa Kecamatan yang landai dan sangat rentan terdampak tsunami.
"Terus yang lebih parah lagi karena memang pantainya sangat landai itu Tegalbuleud, berbeda dengan Cibitung itu ada tahanan tebing. Tetapi Tegalbuleud itu sangat landai, kalau misalkan terjadi tsunami masyarakat ada kesulitan untuk melarikan diri, karena bukit-bukitnya jauh," terangnya.
Kendati demikian, pihaknya telah memasang Early Warning System (EWS) atau pendeteksi terjadinya bencana, salah satunya tsunami.
• UGM Temukan Alat Deteksi Gempa, Gempa Besar Bisa Diprediksi 2 Minggu Sebelumnya, yang Kecil 3 Hari
• Soal Potensi Tsunami 20 Meter di Pantai Selatan Jawa, Menristek: Belum Ada yang Bisa Prediksi Gempa
"Kita sudah memasang Early Warning System (EWS) karena memang pemeliharaan cukup besar, beberapa memang ada yang rusak, tetapi kita usahakan lah dengan adanya informasi dari ITB ini kita akan cek semua Early Warning System," katanya.
"Tetapi yang lebih penting adalah kearipan lokal, Early Warning System itu yang lebih efektif itu adalah kearipan lokal, seperti kentongan, jadi ketika ada bencana lebih cepat warga memberitahu dengan kentongan dan langsung menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman," pungkasnya.
Disparbud Jabar Pun Siapkan Antisipasi
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat ( Disparbud Jabar) menyusun langkah strategis dalam menindaklanjuti kajian tim riset Institut Teknologi Bandung (ITB) mengenai potensi gempa megathrust hingga tsunami setinggi 20 meter di selatan Jawa Barat.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Dedi Taufik, mengatakan kajian tersebut dibuat oleh orang-orang yang memiliki kompetensi meski masih prediksi.