Virus Corona di Jabar

1.679 Anak di Jabar Positif Corona, 9 di Antaranya Meninggal Dunia

Sebanyak 808 di antaranya masih dalam perawatan san isolasi, 9 anak meninggal dunia, dan sisanya sudah dinyatakan sembuh.

Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Ravianto
Tribun Jabar/Firman Suryaman
(ilustrasi) Kapolsek Rajapolah, AKP Dede Dermawan, memberikan wejangan sebelum belajar secara daring dilaksanakan, Senin (24/8). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jawa Barat (Pikobar) mencatat ada 1.679 anak usia 0-18 tahun yang terinfeksi Covid-19 dari awal pandemi sampai Rabu (23/9).

Sebanyak 808 di antaranya masih dalam perawatan dan isolasi, 9 anak meninggal dunia, dan sisanya sudah dinyatakan sembuh.

Pikobar merinci bahwa anak usia sekolah, yakni usia 6-18 tahun adalah kelompok yang paling banyak terinfeksi virus korona, dengan total 1.264 anak terinfeksi, sedangkan yang masih dalam perawatan atau isolasi mencapai 605 anak. Sedangkan anak usia 5-6 tahun atau prasekolah yang terinfeksi totalnya mencapai 73 anak, 37 di antaranya masih dirawat.

Anak usia balita yakni 1-5 tahun yang terkonfirmasi positif totalnya 266 anak, sebanyak 130 di antaranya masih dirawat. Sedangkan bayi usia 0-1 tahun yang terinfeksi totalnya 76 bayi, 36 di antaranya masih dalam perawatan.

Secara keseluruhan dan kumulatif dari awal pandemi hingga Rabu (23/9) tercatat 18.077 orang terkonfirmasi positif Covid-19 di Jawa Barat, setelah mendapat penambahan 575 kasus positif pada Selasa (22/9). Sedangkan jumlah orang yang masih dirawat sebanyak 6.992 pasien.

Sebanyak 10.775 orang sudah dinyatakan sembuh, setelah mendapat penambahan 588 kasus sembuh pada Selasa (22/9). Kemudian jumlah pasien yang meninggal dunia totalnya 330 orang, setelah terjadi penambahan 11 kasus meninggal.

Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat, Daud Achmad, mengatakan pemerintah tengah berupaya untuk terus meningkatkan angka kesembuhan pasien Covid-19, termasuk pasien anak.

"Gugus Tugas Jabar saat ini memang terus berupaya untuk meningkatkan angka kesembuhan dan menurunkan angka kematian. Hal ini tentunya dibicarakan dengan para ahli terkait cara dan teknisnya," kata Daud saat dihubungi, Rabu (23/9).

Daud meminta para orang tua untuk membatasi aktivitas anak-anaknya di luar rumah. Sekaligus menjaga kesehatan keluarga di dalam rumah.

"Kami minta para orang tua untuk membatasi anak-anaknya supaya tidak keluar rumah. Mereka sebaiknya tinggal di rumah dan tidak bermain-main dulu bersama teman-temannya. Jauhkan mereka dari kegiatan-kegiatan yang ada kerumunan," katanya.

Jika pun harus keluar rumah, katanya, maka disiplin protokol kesehatan pencegahan Covid-19 harus diterapkan pada anak-anak tersebut.

Sebelumnya diberitakan, Ketua Divisi Pelacakan, Pengujian, dan Manajemen Laboratorium Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar, Siska Gerfianti, mengatakan sebagian besar penambahan kasus di Jawa Barat saat ini berasal dari penularan yang ditemukan di klaster keluarga atau rumah tangga, perkantoran, bahkan kawasan industri.

Protokol kesehatan pencegahan Covid-19, katanya, memang diterapkan secara ketat di kebanyakan perkantoran dan industri. Namun, katanya, para pekerja dan orang tua ini lupa untuk menerapkan protokol kesehatan, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, di luar tempat kerjanya.

Kebanyakan, katanya, penularan Covid-19 disebabkan hal-hal yang kerap dianggap remeh di luar lingkungan pekerjaan. Bahkan hal ini pun sampai dibawa ke rumah mereka dan akhirnya menulari keluarganya, termasuk anak-anaknya.

"Mungkin dikira sudah aman ya sebentar ke supermarket atau ke pasar, pas pulang ke rumah tidak membersihkan diri dulu. Akhirnya keluarga, anak-anak tertular. Ini yang banyak kami dapatkan, mulai banyak yang meremehkan hal-hal kecil yang padahal sangat penting," kata Siska di Gedung Sate, Selasa (8/9).

Di klaster rumah tangga atau keluarga, katanya, terjadi akibat salah satu anggota keluarga bepergian kemudian pulang ke rumah tanpa membersihkan diri terlebih dulu. Atau anggota keluarga ini terinfeksi saat berada di luar rumah, kemudian menularkannya kepada keluarganya.

Siska mengatakan penularan Covid-19 tidak mengenal umur. Karenanya, anak-anak pun termasuk usia yang rentan tertular Covid-19. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tetap menyarankan anak-anak usia TK atau PAUD tetap beraktivitas, belajar, dan bermain di rumah.

Sebagian besar anak, katanya, tertular dari orang tua atau anggota keluarga lainnya karena selama ini anak-anak tersebut kebanyakan tinggal di rumah. Namun, kemungkinan lainnya kini terbuka di masa adaptasi kebiasaan baru (AKB), yakni di ruang publik dari mulai pasar, pusat perbelanjaan, mall, dan lainnya.

"Kemarin itu kan semuanya di rumah ya. Jadi anak-anak ini tertular dari orang tua yang masih keluar-keluar rumah, misalnya ayahnya masih kerja ibunya masih kerja dan lain-lain. Nah ini yang penting untuk orang tua," tuturnya

Ritual untuk selalu membersihkan diri setelah pulang dari kegiatan di luar, katanya, harus tetap dilakukan selain menggunakan masker, rajin cuci tangan, dan jaga jarak saat di luar rumah. Jangan sampai, katanya, virus dari luar rumah terbawa dan terkena anak-anak di rumah. (Sam)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved