3.905 Mahasiswa Diterima di Program Sarjana ITB, Paling Muda Berusia 15 Tahun, 51 Persennya Wanita
65 persen datang dari DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Sebanyak 17 persen dari Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur
TRIBUNJABAR.ID - Tahun ajaran 2020/2021, Institut Teknologi Bandung (ITB) menerima 6.491 mahasiswa baru.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB Jaka Sembiring, dalam keterangan resminya yang dikutip dari laman ITB, Kamis (10/9/2020), sebanyak 51 persen mahasiwa baru program sarjana adalah wanita.
Adapun sisanya atau 49 persen diisi laki-laki.
Total jumlah mahasiswa baru itu terdiri atas 3.905 mahasiswa program sarjana, 1.971 mahasiswa program magister, 212 mahasiswa program doktor, 111 mahasiswa program apoteker, dan 292 mahasiswa program profesi insinyur.
"Mahasiswa baru tahun ajaran 2020/2021 yang baru diterima sebanyak 65 persen datang dari DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Sebanyak 17 persen dari Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta 18 persen dari luar Jawa," kata Jaka.
Adapun program magister sebanyak 45 persen diisi oleh wanita dan 55 persen laki-laki.

Program Doktor sebanyak 40 persen diisi oleh wanita dan 60 persen laki-laki.
"Berdasarkan dari Direktorat Pendidikan ITB, tahun ini mahasiswa termuda untuk program sarjana adalah 15 tahun, program magister 19 tahun, dan program doktor 23 tahun," ucapnya.
Menurut Jaka, perguruan tinggi ITB merupakan kawah Candradimuka bagi seluruh mahasiswa untuk kemampuan, mempersiapkan diri untuk memberikan peran terbaik bagi negara, bangsa, dan masyarakat negeri ini.
"Untuk itu adik-adik semua, harus menjadi warga ITB yang menjunjung tinggi nilai-nilai akademik, menjunjung harkat pendidikan ITB, menjunjung nilai-nilai universal kemanusiaan. Kita semua harus bisa membalikkan stereotipe, stigma kurang baik yang kadang disematkan oleh pihak, yang mungkin secara tidak sengaja karena kurangnya informasi," katanya.
Rektor ITB Reini Wirahadikusumah mengatakan seluruh mahasiwa baru ITB harus optimistis di masa pandemi Covid-19 ini, demi meraih cita-cita yang diinginkan.
Sejarah membuktikan, bahwa kehadiran bencana dan permasalahan lainnya justru menjadi faktor penting dalam memacu perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni serta ilmu-ilmu sosial atau kemanusiaan.
Di tengah pandemi ini, dia mengajak, seluruh keluarga besar ITB bisa berempati, agar bisa melalui krisis ini.
"Dengan empati, solidaritas, dan kebersamaan, mari kita hadapi dan lalui situasi krisis saat ini. Dengan kebersamaan itu pula kita bisa mencapai prestasi-prestasi ketika masa sulit ini sudah berlalu," tutup Reini.