Sempat Anjlok, Penjualan Rumah Subsidi Mulai Bergeliat di Kabupaten Garut

Usaha perumahan terutama rumah subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kabupaten Garut

Penulis: Firman Wijaksana | Editor: Ichsan
tribunjabar/firman wijaksana
Penandatanganan akad massal kredit perumahan bersubsidi di Villa Rancabango, Kecamatan Tarogong Kaler, Selasa (25/8/2020). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Firman Wijaksana

TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Usaha perumahan terutama rumah subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kabupaten Garut kembali bergeliat.

Di awal pandemi, penjualan rumah subsidi anjlok hingga 60 persen. Pihak bank sebagai pemberi fasilitas pembiayaan juga enggan mengambil risiko. Akad kredit rumah sempat tersendat karena melihat situasi ekonomi.

Ketua Himpunan Perumahan Rakyat (Himperra) Garut, Widi Nugraha, menyebut sejak bulan Juni masyarakat mulai kembali mengajukan kredi rumah. Akad kredit pun sudah mulai dilakukan.

"Kendala pasti ada, terutama di ruang gerak karena efek corona. Ada zona yang belum dikunjungi sehingga menghambat percepatan proses kredit," ujar Widi ditemui di Villa Rancabango, Kecamatan Tarogong Kaler, Selasa (25/8/2020).

Pertamina Rugi Rp 11 Triliun, Nama Ahok Trending di Twitter, Ada yang Tulis Thank You Ahok

Penjualan rumah sempat merosot karena ekses pandemi. Perlahan, penjualan rumah kembali meningkat hingga 30 persen dibanding masa awa pandemi.

"Dari perbankan juga sudah menyambut baik. Percepatan (proses kredit) khususnya untuk MBR tak dipersulit. Masyarakat masih bisa tetap menikmati fasilitas," ujarnya.

Terkait adanya beberapa syarat baru seperti cicilan yang harus dibayar konsumen lebih dari sekali, Widi menyebut suatu kewajaran. Bank juga ingin memiliki kepastian jika konsumen bisa melakukan pembayaran.

"Untuk di Garut, kebutuhan MBR ini masih belum terpenuhi. Deadlocknya masih besar karena banyaknya jumlah penduduk," ujarnya.

Kebutuhan rumah yang tinggi, tak diimbangi ketersediaan lahan. Hanya ada 18 persen lahan yang bisa dijadikan pemukiman.

"Akhirnya untuk MBR harus cari tempat yang lebih jauh. Biar harga tanah lebih murah," katanya.

Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, mengatakan, ketersediaan tanah di Garut sangat sempit. Dari 310 ribu hektare lahan yang ada, sebanyak 82 persen meruapakan lahan konservasi.

Geoffrey Castillion Sebut Persib Bandung Masih Punya Waktu untuk Persiapan Liga 1

"Hanya ada 18 persen untuk perumahan. Jadi tidak terlalu banyak. Di lapangan tanah murah masih banyak, cuma agak jauh lokasinya," ujar Helmi.

Helmi memprediksi, harga lahan di Garut akan semakin mahal dengan terbatasnya lahan. Ditambah jumlah penduduk Garut yang mencapai 2,7 juta maka kebutuhan rumah akan semakin banyak.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved