Temuan ICW, Pemerintah Gelontorkan Banyak Uang untuk Bayar Influencer, Apa Sih Keuntungannya?

Kementerian Pariwisata tercatat menghabiskan banyak anggaran untuk membayar influencer. Ada 22 paket dan anggaran 77,6 miliar.

Editor: Giri
Istimewa
Ilustrasi - Influencer bisa mempromosikan sesuatu hal karena memiliki pengaruh 

TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Kementerian Pariwisata tercatat menghabiskan banyak anggaran untuk membayar influencer. Ada 22 paket dan anggaran 77,6 miliar.  

Apa itu influencer? Apa manfaatnya untuk pemerintah atau perusahaan?

Secara sederhana, influencer adalah seseorang yang bisa memberikan pengaruh di masyarakat. 

Mereka bisa merupakan selebritis, blogger, YouTuber, ataupun seorang public figure yang dianggap penting di komunitas tertentu. 

Umumnya, seorang influencer memiliki jutaan pengikut (follower) di media sosial. Namun, tidak selalu demikian.

Seseorang dengan follower ribuan juga bisa disebut influencer jika punya pengaruh besar kepada audience.

Ya, sesuai namanya, pengaruh adalah kekuatan seorang influencer. Mereka bisa menjadi trend setter baik di skala kecil maupun besar.

Oleh karena itu, banyak pemilik bisnis yang menggandeng influencer untuk mempromosikan produk berkat pengaruh yang luar biasa tersebut. 

Inilah yang kemudian dikenal dengan influencer marketing.

Influencer marketing merupakan salah satu  strategi pemasaran di mana perusahaan mengajak seorang influencer bekerja sama  untuk meningkatkan brand awareness dan penjualan sesuai dengan target pasar yang ditentukan.

Sebelum masuk ke penjelasan lebih dalam, mari kita pelajari jenis influencer di dunia pemasaran digital.

Apa Manfaat Influencer Marketing Bagi Pemilik Bisnis?

Berikut ini beberapa manfaat yang bisa Anda dapatkan saat bekerja sama dengan seorang influencer dikutip dari halaman niaga hoster:

1. Membuat Produk Anda Pusat Perhatian 
Anda bisa membuat produk Anda menjadi pusat perhatian dengan cepat. Caranya, menggandeng seseorang yang sedang viral sebagai influencer Anda.

Anda tentu mengetahui sosok Neti Herawati atau yang dikenal dengan Bude Sumiyati. Berawal dari cuitan lucu di Twitter dan lalu berkembang di Instagram, nama Bude Sumiyati kian populer. Follower-nya kian hari kian bertambah.

Momen ini digunakan oleh Netflix Korea dengan menunjuknya mempromosikan produk. Di akun Twitter Netflix Korea sendiri, video Bude Sumiyati telah ditonton lebih dari 300 ribu orang. 

Intinya, setiap aktivitas dari influencer selalu menjadi pusat perhatian followernya.

Contoh di atas membuktikan bahwa Anda tidak harus menggunakan influencer premium saat promosi produk untuk menggebrak pasar. Bahkan, jika menyasar komunitas tertentu, menggunakan influencer mikro tentu lebih pas. 

2. Membuat Konsumen Lebih Percaya Produk Anda
Jika Anda mempromosikan produk secara konvensional, perlu waktu yang relatif lama untuk meyakinkan calon konsumen Anda. Namun, ketika menggunakan public figure, kepercayaan konsumen pada sebuah produk bisa langsung terbentuk.

Alasannya, mereka memiliki pengalaman dan keahlian (expertise) di bidang tertentu.

Jika mereka menggunakan produk Anda, sangat mudah bagi followernya untuk lebih percaya kepada produk Anda.

Faktanya, 53 persenkonsumen wanita melakukan pembelian produk setelah melihat posting dari influencer-nya.

3. Mendongkrak Penjualan
Semakin banyak orang yang mengetahui produk Anda, semakin besar kemungkinan penjualan yang bisa dihasilkan. 

Mari kita ambil contoh pengaruh dari seorang Meghan Markle, istri Pangeran Harry. 

Pada sebuah acara di Buckingham Palace tahun ini, Megan mengenakan gaun brokat emas yang terlihat cantik. Apa yang terjadi selanjutnya? Dalam waktu 24 jam saja, terjadi lonjakan permintaan baju brokat hingga 500 persen!

Hal semacam inilah yang menyebabkan pebisnis seperti Hartiman percaya pada kemampuan seorang influencer

Hartiman adalah seorang pengusaha clothing asal Bandung, NOMI. Hartiman mengatakan bahwa penjualan brand NOMI berhasil meningkat setelah menggandeng musisi Indie asal Jepang dan Indonesia. Ia bahkan sukses membuka gerai di Jepang untuk berbagai produk clothing-nya ?

4. Menjangkau Lebih Banyak Konsumen
Beberapa pemilik bisnis cenderung mempromosikan produk lewat iklan, baik di media cetak atau elektronik. Sayangnya, ada sebagian masyarakat yang memilih “melewatkan” iklan tersebut.

Di sinilah peran influencer bisa “mengisi kekosongan”. 

Saat ini, jumlah pengguna media sosial aktif di Indonesia mencapai 150 juta jiwa, dengan rata-rata waktu akses hingga hampir 3,5 jam setiap hari! 

Jika pemasaran produk dilakukan menggunakan influencer melalui media sosial, blog atau YouTube tentu bisa menjangkau lebih banyak konsumen. 

Sebagai contoh, brand Paco Rabbane Parfums menggandeng Chez Rust, seorang model pria,  mempromosikan produk mereka melalui Instagram. Hasilnya, peningkatan follower Instagram Paco Rabbane Parfums mencapai 42.786 persen!. 

Dengan menunjuk public figure yang mampu menyajikan konten secara menarik, informasi tentang produk Anda tentu tidak akan “dilewatkan”. Artinya, peluang menjangkau konsumen lebih banyak bisa tercapai dengan mudah. 

5. Membangun Kedekatan dengan Konsumen
Menggunakan jasa influencer bisa membangun kedekatan konsumen dengan brand Anda. Namun, Anda harus jeli dalam memilih orang yang cocok untuk target pasar produk Anda.

Salah satu cara membangun kedekatan adalah menggunakan public figure yang benar-benar menyukai produk Anda. 

Perlu diingat bahwa influencer premium tidak selalu menjamin kesuksesan pemasaran yang dilakukan mengingat kemungkinan adanya follower palsu yang dimiliki. 

Bahkan, sebagian besar influencer mikro cenderung menggunakan produk sebelum merekomendasikannya. 

Bagi follower mereka hal ini tentu lebih engaging, karena lebih nyata. Dengan kondisi ini, kedekatan konsumen dengan produk tersebut bisa terbangun lebih kuat. 

Tak hanya itu, dengan menggunakan media sosial, komunikasi dua arah bisa tercipta. Hal ini memberi kesempatan bagi follower untuk mengkonfirmasi kebenaran rekomendasi yang diberikan influencer yang bersangkutan.

6. Cenderung Mudah Balik Modal
Menggunakan influencer untuk mempromosikan produk merupakan sebuah investasi bisnis. Untungnya, kemungkinan Anda mendapatkan return of investment (ROI) cukup besar. Artinya, lebih mudah balik modal. 

Faktanya, salah satu studi menyebutkan bahwa influencer bisa mencapai ROI 11 kali lebih besar dari iklan banner. 

Tentu saja, untuk mencapai hasil ini ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan. Salah satunya adalah memilih public figure yang tepat. 

Menkoinfo tak tahu 

Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate, mengaku tak mengetahui temuan Indonesian Corruption Watch ( ICW) soal belanja pemerintah untuk membayar influencer sejak 2017.

Menurut dia, Kemenkominfo memiliki program coaching clinic yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Siberkreasi pada 2018 lalu.

Program itu memang melibatkan influencer. "Namun program coaching clinic school of influencer oleh Kominfo tersebut bukan untuk membiayai influencer, tetapi pelatihan bagi yang berminat berprofesi sebagai influencer," kata Johnny saat dihubungi, Jumat (21/8/2020).

tribunnews
Menkominfo Johnny G Plate tak tahu soal dana influencer (Tribunnews/Lendy Ramadhan)

Dia mengatakan, program tersebut dibuat agar peserta mempunyai kemampuan sebagai influencer yang baik.

Dalam program itulah pemerintah membayar influencer untuk memberikan pelatihan.

"Literasi digital membutuhkan banyak influencer yang mengerti tentang transformasi digital dan kegiatan literasi digital tersebut berlangsung terus sampai sekarang bahkan lebih agresif," kata dia.

Menurut dia, program ini untuk membantu pemahaman yang lebih baik terkait digital, khususnya digital ekonomi bagi masyarakat pedesaan seperti petani, peternak, dan nelayan.

"Kominfo melibatkan banyak lembaga swadaya maupun organisasi kemasyarakatan untuk mendukung kegiatan literasi digital," ujar dia.

Johnny tak merinci besaran anggaran untuk program tersebut.

Meski begitu, dia menegaskan, anggaran yang dialokasikan untuk program tersebut tak sebesar yang disebut ICW yakni Rp 10,83 miliar untuk kementeriannya.

ICW mencatat, pemerintah pusat menggelontorkan dana mencapai Rp 90,45 miliar untuk influencer.

Data tersebut merupakan belanja pemerintah dari tahun 2017-2020 yang dihimpun ICW dari Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).

Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Egi Primayogha mengatakan, ICW menggunakan kata kunci influencer dan key opinion leader dalam melakukan pencarian anggaran di LPSE.

Hasilnya, terdapat jumlah paket pengadaan mencapai 40 dengan kata kunci tersebut sejak 2017.

Pada 2017, ada 5 paket pengadaan dengan nilai Rp 17,68 miliar.

Lalu, jumlahnya meningkat pesat menjadi Rp 56,55 miliar untuk 15 paket pengadaan pada 2018.

Pada tahun selanjutnya, jumlahnya menurun ke angka Rp 6,67 miliar untuk 13 paket pengadaan. Terakhir, di tahun 2020 ini, sudah ada 9,53 miliar yang dihabiskan untuk 7 paket pengadaan.

Instansi yang paling banyak menghabiskan anggaran untuk influencer adalah Kementerian Pariwisata dengan pengadaan 22 paket dan anggaran Rp 77,6 miliar.

Selanjutnya secara berturut-turut ada Kementerian Komunikasi dan Informatika Rp 10,83 Miliar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Rp 1,6 Miliar, Kementerian Perhubungan Rp 195,8 juta serta Kementerian Pemuda dan Olahraga Rp 150 juta. (*)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "ICW Temukan Anggaran Influencer Rp 90 Miliar, Ini Tanggapan Menkominfo"

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Temuan ICW Dana untuk Influencer Sangat Besar, Apa Manfaatnya Bagi Pemerintah?

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved