Mengintip Narapidana di Lapas Warungkiara Sukabumi, dari Ternak Puyuh, Kecoa hingga Hafal Al-Quran
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) merupakan tempat pembinaan terhadap narapidana (napi) yang sedang menjalani
Penulis: M RIZAL JALALUDIN | Editor: Ichsan
Laporan Kontributor Kabupaten Sukabumi, M Rizal Jalaludin
TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) merupakan tempat pembinaan terhadap narapidana (napi) yang sedang menjalani masa tahanan.
Keberadaan Lapas biasanya selalu dikucilkan, karena ditempati oleh para mantan pelaku tindak kejahatan.
Namun, ternyata berbeda setelah Tribunjabar.id melihat secara langsung kegiatan para narapidana di Lapas Warungkiara, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Tidak terlihat sedikit pun beban dari raut muka para napi di Lapas Kelas II B Warungkiara.
Mereka (Narapidana) justru terlihat asyik menjalani kegiatan sehari-hari di Lapas, karena mereka diberdayakan oleh pihak Lapas kedalam berbagai kegiatan positif.
• Wirausaha Jadi Pilihan Korban PHK Jika Tak Bisa Kerja di Luar Daerah, Tak Minat Kerja di Indramayu

Kasi Binadik dan Giatja Lapas Kelas II B Warungkiara, Rustanto mengatakan, ada berbagai macam jenis kegiatan narapidana di Lapas. Diantaranya beternak dan bertani.
"Di Warungkiara ada beberapa jenis kegiatan, terutama di blok Industri, di blok Industri ini dibagi menjadi tiga jenis kegiatan, pertama peternakan, yang kedua pertanian, ketiga kebersihan," ujar Rustanto kepada Tribunjabar.id, Rabu (19/8/2020).
Ternak Puyuh, Kecoa, Jangkrik, Lele hingga penggemukan Sapi
Rustanto menjelaskan, di bidang peternakan, ada beberapa jenis hewan ternak yang digeluti dan dilakukan oleh para narapidana.
Diantaranya penggemukan sapi, ternak puyuh petelur, jangkrik, lele, bahkan kecoa pun dijadikan hewan ternak di Lapas Warungkiara.
"Untuk peternakan sendiri, di lapas kita ada program penggemukan sapi yang bekerjasama dengan pihak ketiga, lalu ada budidaya puyuh petelur, setelah itu ada budidaya jangkrik, ada kecoa managaskar, lalu ada lele peternakannya," jelasnya.
• Korban Arisan Hewan Kurban Asal Sukabumi Jumlahnya 6.700 Orang, Mereka Alami Kerugian Rp 24 Miliar
"Kecoa perawatannya kita kasih tempat, minum dan makan dalam suatu kandang, nanti dia akan betelur dan menghasilkan anak-anak, nanti diperuntukan untuk ikan arwana," terangnya.
Untuk hasil panen dari ternak kecoa, kata Rustanto, pihaknya baru menjual ke toko-toko terdekat. Karena ternak kecoa masih dalam tahap pembelajaran.
"Sementara masih dalam lingkup kecil saja, kita tawarkan ke kota-kota terdekat saja. Kalau jangkrik itu sudah kejauh, bulan kemarin saja sampai 50 kilo gram," katanya.
Untuk satu ekor kecoa, sebut dia, dijual dengan harga Rp1.500 dan jangkrik dijual Rp 25 hingga Rp 35 ribu perkilo gram.
"Jangkrik harga Rp25 sampai Rp35 ribu perkilo gram. Kecoa managaskar Rp1.500 per satu ekor, yang indukan (pasangan) Rp 15 ribu satunya," ujarnya.
Selain fokus di bidang industri, di Lapas Kelas II B Warungkiara ini juga ada berbagai kegiatan kerajinan.
Seperti membuat kerajinan kayu, menjahit, hingga produksi sablon pakaian pun dilakukan oleh para napi.
Fasih bahasa Arab, Inggris dan Hafal Al-quran
• Sambut Hari Kemerdekaan Indonesia saat Pandemi Horison Ultima Bandung Suguhkan Lagu-lagu Ebith G Ade
Ternyata, selain ada peternakan dan kerajinan, terdapat juga sebuah pesantren di dalam Lapas Kelas II B Warungkiara ini.
Menurut Rustanto, yang mendirikan pesantren di Lapas adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sukabumi.
"Jadi kami disini bekerjasama dengan MUI, MUI disini mendirikan pesantren, jadi ustad, kiainya dikirim oleh MUI langsung, jadi disini ada yang belajar bahasa Arab, Inggris, tahfiz," tuturnya.