Saat Bisnis Lain "Rontok", Sektor Ekonomi dan Pendapatan Ini Justru Naik di Jabar Selama Pandemi

Terdapat tiga penggerak sektor ekonomi yang tumbuh di Provinsi Jabar saat pandemi Covid-19 merontohkan sektor ekonomi

Presiden Joko Widodo disambut Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, di Pangkalan TNI AU Husein Sastranegara, Kota Bandung, Selasa (11/8/2020). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut, terdapat tiga penggerak sektor ekonomi yang tumbuh di Provinsi Jabar saat pandemi Covid-19 merontohkan sektor ekonomi, yakni pertanian yang tumbuh sembilan persen, bidang logistik, informasi dan komunikasi, serta kesehatan.

"Ini menariknya ada tiga anomali penggerak ekonomi di Jabar yang tumbuh. Pertanian tumbuh sembilan persen, logistik tumbuh, infokom tumbuh, dan kesehatan juga tumbuh," kata gubernur yang akrab disapa Kang Emil ini kepada Presiden Joko Widodo saat rapat koordinasi di Makodam III Siliwangi, Selasa (11/9/2020).

Hal lain yang malah meningkat di luar prediksi adalah sektor pendapatan negara dari pajak kendaraan bermotor. Saat pandemi COVID-19, katanya, pajak kendaraan ini juga malah naik.

Imbas Pandemi Covid-19, 90 Persen Mahasiswa UIN Bandung Dapat Keringanan UKT Sebesar 10 Persen

"Jadi saya melihat kalau urusan kita permudah untuk rakyat disiplin, pendapatan daerah naik dari sisi pajak. Karena full digital kita kasih kemudahan, jadi pajak naik," katanya.

Kepada Presiden Jokowi, Kang Emil mengaku sedih karena dari sisi ekonomi, sebelum adanya pandemi COVID-19 jumlah warga Jabar yang mendapatkan subsidi hanya 25 persen dari total populasi namun saat ini bertambah menjadi 72 persen.

"Jadi sekarang ada 72 persen rakyat Jawa Barat itu tangannya di bawah. Dari 50 juta jiwa hampir tiga per empat-nya sekarang posisinya meminta bansos," kata dia.

Ia menuturkan, sekitar 10 juta lebih warga Jawa Barat saat ini meminta bantuan sosial dari pemerintah dan di tengah kondisi saat ini pihaknya berterima kasih pada Jokowi yang memberikan uang pinjaman untuk daerah.

Jubir Satgas Wiku Adisasmito Tegaskan Soal Syarat Belajar Tatap Muka di Zona Hijau dan Kuning

"Dan itu filosofinya pinjaman dari pusat ini menggantikan uang yang dipakai COVID-19 sehingga program lama bisa dihidupkan untuk menggerakan ekonomi sampai Desember,” katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan penurunan ekonomi di triwulan dua pada 2020 hingga 5,9 persen sudah disikapi dengan perintah agar Pemprov Jawa Barat dan kabupaten kota segera membelanjakan anggaran pemerintah.

"Itu minus 5,9 karena PDRB kita di sektor manufaktur. Jadi kalau kondisi globalnya belum pulih, bagian utara yang merupakan rumahnya industri manufaktur, 60 persen di industri di Jawa Barat ini pasti terkena," kata Kang Emil.

Kang Emil mengatakan Provinsi Jabar yang berpenduduk hampir 50 juta jiwa masuk dalam kategori daerah paling rawan terhadap paparan COVID-19.

"Jabar sendiri kalau dalam teori kerawanan, kami ini paling rawan karena jumlah penduduknya 50 juta. Karena COVID-19 penyakit berhubungan dengan jumlah populasi maka kami punya potensi yang paling tinggi," kata Kang Emil.

Robert Alberts Rancang Laga Uji Coba Persib Bandung Melawan Tim dari Liga 1, Termasuk Persija

Namun, kata Kang Emil, berkat kekompakan yang terjalin antara Pemprov Jabar dengan 27 kabupaten/kota yang selalu menggelar rapat koordinasi penanggulangan COVID-19 selama empat bulan maka kasus penyebaran COVID-19 bisa dikendalikan.

"Kita selalu rapat setiap senin selama empat bulan. Kasus di kami (Jabar) yang aktif kurang lebih tinggal 2.900, yang sembuh sudah 4.400, total penduduk sebesar 50 juta kami di urutan ke-lima (nasional)," kata Kang Emil.

Menurut dia, salah satu keputusan terbaik dalam penanggulangan COVID-19 di Jabar adalah mengikuti arahan Presiden Joko Widodo yakni melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB.

"Kami meng-PSBB-kan seluruh provinsi, itu keputusan paling masif mengendalikan 50 juta manusia di 27 kota/kabupaten, perbatasannya kita atur. Dengan PSBB skala provinsi, bapak bisa melihat grafik reproduksi kami rata-rata terkendali di bawah satu karena pembatasan sosial," katanya.

Oleh karena itu, kata Kang Emil, pihaknya melihat dengan situasi Adaptasi Kebiasaan Baru atau AKB saat ini maka pihaknya bisa menggunakan teori yang disampaikan Presiden Jokowi yakni dengan "teori gas dan rem" untuk mengendalikan penyebaran COVID-19 di Jabar.

"Nah ini juga mengakibatkan kapasitas rumah sakit di Jabar hanya 31 persen, jadi memang apakah ini juga sama di level nasional. Di jabar dari 2.900 (yang positif COVID-19) itu 70 persennya memang OTG (orang tanpa gejala) juga, jadi yang dirawat hanya 30 persen dari 2.900 yang kena," katanya.

Imbas Pandemi Covid-19, 90 Persen Mahasiswa UIN Bandung Dapat Keringanan UKT Sebesar 10 Persen

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved