Vaksin Covid-19 yang Diuji di Bandung Berasal dari China, Mengapa Bukan Negara Lain? Ini Alasannya
Sampai saat ini, katanya, baru Cina yang sudah melakukan penelitian tentang vaksin tersebut mulai dari fase 1 sampai fase 2.
"Fase 3 vaksin ini secara multisenter dilakukan di Amerika Latin, di India, di Bangladesh, di Indonesia, Brasil, dan di Cile. Jadi di beberapa negara ini, hasilnya dijadikan satu. Jika aman, maka vaksin ini boleh dijual. Jadi keamanannya sudah di coba berkali-kali," katanya.
Sebanyak 1.620 warga Bandung Raya akan direkrut untuk menjadi sukarelawan uji klinis vaksin Covid-19 yang dilakukan oleh tim riset Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) bersama Bio Farma dan Sinovach Biotech Tiongkok.
Manajer Lapangan Uji Klinis Vaksin Covid-19, Eddy Fadlyana, mengatakan Unpad diberi kepercayaan melakukan uji klinis karena sudah mempunyai pengalaman dan berkiprah di bidang vaksin lebih dari 20 tahun.
Penelitian ini pun akan dilaksanakan di Kota Bandung dan akan melibatkan warga Bandung Raya.
"Sesuai dengan protokol, jumlah subjek adalah 1.620 orang yang berusia antara 18 sampai 59 tahun. Ini usia produktif. Dengan subjek sebanyak 1.620 orang, penelitian ini akan dilakukan di Kota Bandung," kata Eddy di Rumah Sakit Pendidikan Unpad, Kota Bandung, Rabu (22/7).
Di Kota Bandung, katanya, terdapat enam site penelitian atau tempat pelaksanaan pengujian tersebut, yakni di Rumah Sakit Pendidikan Unpad, Balai Kesehatan Unpad, dan empat puskesmas di Kota Bandung.
"Kemudian bagaimana cara merekrut subjek yang 1.620 ini, tentunya setelah kami mendapat izin dari komite etik, kami akan melakukan sosialisasi ke masyarakat. Apakah dalam bentuk pengumuman langsung atau menyebarkan leaflet apabila ingin menjadi sukarelawan, menjadi subjek, bisa menghubungi ada nomor teleponnya nanti," katanya.
Sebelum pengumuman itu dibuat, katanya, saat ini juga sudah banyak yang menginginkan menjadi sukarelawan untuk mendapatkan imunisasi Covid-19, di antaranya adalah dari sejumlah rumah sakit di Jakarta. Namun demikian, katanya, hal ini hanya untuk warga Bandung Raya supaya lebih mudah koordinasi dan pengaturannya.
Di enam tempat penelitian itu, Eddy mengatakan pihaknya juga sudah melakukan pelatihan-pelatihan dengan membuat tim berjumlah sekitar 30-40 orang.
Pihaknya merekrut dokter umum, dokter penyakit dalam, dokter penyakit anak, kemudian keahlian keahlian lainnya sesuai dengan kebutuhan penelitian.
"Vaksin ini terbuat dari virus yang sudah dimatikan. Tetapi virus yang dimatikan itu masih mempunyai daya untuk membuat antibodi, sehingga kalau diberikan kepada orang-orang yang sakit berat, ini tidak akan berbahaya. Berbeda Kalau vaksinnya yang hidup dilemahkan. Kalau kondisi seseorang itu sedang menurun, maka virus yang lemah itu bisa menjadi aktif," katanya.
Pada tahap awal, katanya, akan dilakukan terhadap sebanyak 540 subjek atau orang selama tiga bulan. Selain diperiksa keamanannya, juga untuk diperiksa imunogenisitasnya atau kekebalannya. Setelah tiga bulan sampai enam bulan, hanya akan dipantau keamanannya atau efikasi.
• SD Asy-Syifa yang Gelar Kegiatan Mengaji Didatangi Satpol PP, Disebut Hanya Miskomunikasi
"Jadi nanti ada kelompok yang mendapatkan plasebo dan kelompok yang mendapat imunisasi vaksin. Pada akhir penelitian mereka yang mendapatkan plasebo akan mendapatkan vaksin Covid-19, tentunya setelah diregistrasi di Badan POM. Jadi tidak ada yang dirugikan dalam hal ini," katanya.
Sejumlah orang, tuturnya, akan mendapat placebo atau hanya disuntik air untuk menentukan perbandingan antara orang yang diberi vaksin dengan yang tidak diberi vaksin.
"Subjek pada saat pra-recruitment, semua harus dalam keadaan sehat dengan pemeriksaan dokter yang lengkap. Kemudian juga ada pemeriksaan sebelumnya tidak menderita sakit Covid-19. Kemudian dalam perjalanannya apabila sakit apa pun juga itu, akan di-cover oleh asuransi, sebagai standarnya, di rumah sakit di sekitar Kota Bandung," katanya.
• Wali Murid Juga Ada di Sekolah Saat Satpol PP Datangi SD Asy-Syifa di Rancasari