Bocah Tewas dalam Toren
Pengakuan Ayah Tiri yang Tenggelamkan Anak ke Toren hingga Tewas di Cicalengka, Mengaku Tersinggung
Saat tiba di rumah, Hm tidak pulang bersama istrinya. Aulia lalu menanyakan ibunya dengan nada kasar pada pelaku sehingga tersinggung.
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
TRIBUNJABAR.ID,BANDUNG-Hamid (25) mengakui perbuatannya membunuh anak tirinya, Aulia (5) dengan cara menenggelamkan bocah itu ke dalam toren berisi air yang penuh.
Dia ditetapkan tersangka kasus pembunuhan, dijerat Undang-undang Perlindungan Anak dan Pasal 338 KUH Pidana. Dia ditahan di Mapolresta Bandung. Motifnya apa?
Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan menerangkan, sebelum kejadian, pelaku tiba di rumah pukul 22.00. Profesi pelaku yakni pengamen.
Saat tiba di rumah, Hm tidak pulang bersama istrinya. Aulia lalu menanyakan ibunya dengan nada kasar pada pelaku sehingga tersinggung.
• Perjalanan Kasus Bocah Tewas dalam Toren, Pembunuhnya Ayah Tiri, Ia Sempat Tak Ikut ke Kantor Polisi
"Aulia menanyakan ibunya dengan nada kasar karena terbiasa di jalanan, pengamen juga. Karena bernada kasar, Hm tersinggung. Dalam kondisi mabuk minuman keras ditambah obat keras, Hm tidak mengendalikan emosinya," ujar Hendra di Mapolresta Bandung, Soreang, Senin (20/7/2020).
Saat itu, Hm menyeret korban ke lantai tiga rumah kontrakan tiga lantai tersebut. Kapolresta Bandung didampingi Kasatreskrim AKP Agta Bhuwana.
"Lalu korban dimasukkan ke dalam toren dengan cara memegang kakinya lalu kepala di dalam air selama 10 menit sampai tidak bergerak kemudian dilepaskan begitu saja," ujar Hendra.
Hamid mengaku kesal dan emosinya tak terkendali hingga akhirnya nekat menghabisi anak tirinya. Ibu korban merupakan istri siri dari Hamid. Sehari-hari, Hamid beserta anak tiri dan istri sirinya bekerja sebagai pengamen.
• Dedi Mulyadi 15 Tahun Hidup di Kantor dan Rumah Jendela Terbuka, Kritik Gedung DPR Minim Ventilasi
"Saya kesal. Karena sering dimarahin (korban). Enggak sekali, anak sama ibunya juga sering memarahi. Ya mereka kasar lah," ujar Hamid di Mapolresta Bandung.
Saat itu, ia baru pulang ngamen dari kawasan Dago. Pulang ke rumah kontrakannya sekira pukul 22.00. Ia mengaku pulang dalam keadaan mabuk minuman keras.
"Saya mabuk,minum Intisari sendiri. Pas melakukan, enggak sadar, lagi enggak kontrol. Saya ingat pas ngangkat (ke toren). Saat melakukan enggak ragu," ujar dia.
Setelah mengeksekusi, Hamid perlahan sadar telah menghilangkan nyawa anak tirinya. Ia pun menyesal.
• Dedi Mulyadi 15 Tahun Hidup di Kantor dan Rumah Jendela Terbuka, Kritik Gedung DPR Minim Ventilasi
"Setelah itu mulai kepikiran, mulai sadar. Pagi-paginya menyesal. Istri dan adik saya sempat mencari-cari. Lalu saya minta adik saya untuk cek toren,. Saya pura-pura enggak tahu, pura-pura panik," ucap Hamid.
Saat Hamid membawa anaknya itu ke toren pada malam hari, lantas tidak ada yang mendengar kegaduhan itu? Hamid mengaku menyeret anaknya dengan senyap.
"Dia enggak berontak, enggak teriak-teriak karena enggak dibekap. Enggak dipukul, cuma didorong saja," ujar dia.
• Dedi Mulyadi 15 Tahun Hidup di Kantor dan Rumah Jendela Terbuka, Kritik Gedung DPR Minim Ventilasi
Soal Tuduhan dia mengekploitasi anak dengan menyuruh ngamen, ia membantahnya.
"Kalau ngamen bukan saya yang nyuruh. Cuma suka diajak ibunya," ujar dia.