Mahakarya Anak Bangsa, Pengukur Arah Kiblat Ciptaan Hendro Setyanto Alumni Astronomi ITB
Bangsa Indonesia patut bangga kepada Hendro Setyanto, alumni astonomi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Penulis: Syarif Pulloh Anwari | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Syarif Pulloh Anwari
TRIBUNJABAR.ID, LEMBANG - Bangsa Indonesia patut bangga kepada Hendro Setyanto, alumni astonomi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dia adalah pencipta sekaligus pembuat alat pengukur kiblat yang dinamai Mizwala Qibla Finder.
Alat tersebut ditemukan Hendro pada tahun 2011.
Alat itu berbentuk bulat yang di atas papannya dipasangi jarum untuk memproyeksikan bayangan matahari lalu menentukan arah kiblat.
Mizwala Qibla Finder ini bertujuan memudahkan penentuan arah kiblat, tanpa harus selalu menunggu posisi matahari tepat di atas ka'bah selama ada sinar matahari.
• Pandemi Covid-19 Bikin Petani di Sukabumi Rugi Miliaran Rupiah, Akses Terkunci Gak Bisa Jual Gabah
"Jadi dengan Mizwala Qibla Finder ini penentuan arah kiblat bisa setiap saat. Kalau sekarang memang momennya sangat pas karena posisi tepat ada di atas ka'bah karena tidak semua punya alat penentu arah ka'bah," ungkap Hendro saat ditemui di Imahnoong.
Alat ini juga, bisa digunakan tepat saat hari ini pada posisi matahari akan tepat berada di atas ka'bah pada Rabu (15/7/2020) sekitar pukul 12.27 waktu Arab Saudi atau 16.27 WIB.
Hendro menjelaskan alat ini saat digunakan harus ditempatkan di bawah matahari. Bidang dial yang di atasnya ada grafis skala penentu arah bakal memproyeksikan bayangan matahari dengan jarum yang ada di tengahnya.
Lalu pengukur harus mengetahui azimut matahari lalu disinkronkan dengan azimut Mekah. Nantinya akan diketahui relatif azimut Mekah terhadap azimut matahari yang sekaligus menunjukkan arah ka'bah.
• Ingin Raup Untung dari Tol Cisumdawu, Pemkab Sumedang Gandeng BIJB Kertajati
"Jadi harus tahu dulu azimut matahari dan azimut Mekah baru bisa menentukan arah kiblatnya. Tapi tidak melulu harus saat matahari tepat di atas ka'bah karena bisa setiap saat. Kalau dengan alat ini, sebetulnya lebih fleksibel karena alatnya sudah memuat semua grafik penghitungan yang dibutuhkan," jelasnya.
Hendro menjelaskan pada tahun 2011 yang lalu, alat ini ditemukan dan dicoba saat seminar di Makassar saat pelatihan ilmu Falak di PBNU Makassar.
Kelebihan alat pengukur kiblat ini bisa hanya satu menit untuk bisa menentukan arah kiblat.
Hendro menjelaskan meskipun alat ini belum di hak paten, namun sudah di produksi 600 unit yang tersebar di lembaga keagamaan seperti KUA, MUI, maupun Kementerian Agama.
"Sudah banyak juga kami produksi, karena banyak yang pesan juga. Untuk alat ini bekum didaftarkan Haki, karena prosesnya lama," jelasnya.
• 7 Kelurahan di Kota Cimahi jadi Zona Hijau Covid-19, Berikut Ketujuh Kelurahan Itu
