Belajar Autodidak dari YouTube, Pangesti Ubah Tusuk Sate dan Stik Es Krim Menjadi Miniatur Masjid
Bermodalkan tusukan sate dan stik es krim, seorang ibu paruh baya di Subang mengkreasikannya menjadi kerajinan tangan yang menarik.
Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Giri
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama
TRIBUNJABAR.ID, SUBANG - Bermodalkan tusukan sate dan stik es krim, seorang ibu paruh baya di Subang mengkreasikannya menjadi kerajinan tangan yang menarik. Dia bisa menghasilkan miniatur rumah, vila, hingga masjid.
Dia adalah R Pangesti Artirama (60).
Berawal untuk mengusir kantuk dan kejenuhan saat mengurus orang tuanya yang sakit, Pangesti setiap malam mencoba-coba terlebih dahulu mengkreasikan imajinasinya dengan menggunakan bahan kardus yang dibuat menjadi celengan.
"Itu berawal saat 10 tahun lalu saat orang tua (ayah) sakit. Dan saya mesti jaga malam, jadi ini sebagai cara mengusir kantuk," kata dia di kediamannya Gang Cendrawasih, RT 8/2, Kelurahan Soklat, Kecamatan Subang, beberapa waktu lalu.
Setelah berhasil menggunakan bahan dari kardus, Pangesti pun selanjutnya mencoba bahan dari tusuk sate juga stik es krim secara autodidak dengan melihat tutorial di YouTube.
• Bek Persib Bandung Nick Kuipers Sudah Tak Sabar Bermain di Liga 1 2020
Dalam sehari, kata dia, tak menentu dapat menghasilkan berapa kerajinan dari tusuk sate dan stik es krim ini lantaran dia tak fokus pada itu saja. Saat ini dia mesti mengurus ibunya yang saat ini memang sudah usia uzur.
"Kalau fokus dalam satu hari ya bisa selesai tiga hari atau kurang dari seminggu. Tapi, kalau tidak fokus bisa sampai lebih dari seminggu untuk satu kerajinan," ujarnya.
Dari tusuk sate dan stik es krim ini, Pangesti mengubah miniatur rumah yang memang difungsikan sebagai celengan bagi anak-anak untuk tertarik menabung.
"Ya, saya bikin celengan berbentuk rumah agar anak-anak SD bisa berminat menabung. Kalau celengan umum kan sudah biasa," katanya.
Pangesti mengaku dia tak mengomersilkan hasil kerajinannya. Tetapi, ketika memang ada yang ingin membelinya dia mengizinkan.
• Kota Bandung Perpanjang Status AKB, Tempat Hiburan Masih Belum Boleh Buka
"Awalnya enggak untuk dijualbelikan karena hanya untuk isi waktu kosong ditambah saya juga tak percaya diri," ujarnya.
Tetapi, Pangesti menyebut jika memang ada yang berminat, dia mematok harga mulai Rp 200 ribu sampai Rp 1 juta tergantung ukurannya.
• Gempa Bumi Menggoyang Kabupaten Sukabumi Sebelum Waktu Salat Jumat, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
Saat ini, Pangesti pun mengaku masih terkendala dari segi peralatan yang memang masih dilakukan secara manual, seperti tak adanya alat untuk melengkungkan stik es krim.
• Tajir Melintir, Sandiaga Uno Tetap Kaget Susi Pudjiastuti Pernah Shopping 30 Pesawat
"Masih manual alat-alatnya, seperti lem kayu atau power glue, gunting, dan cutter. Sebenarnya sudah banyak hasil kerajinan yang saya buat, tapi banyak yang sudah dibakar karena enggak ada tempat penyimpanannya," kata anak keempat dari tuju bersaudara ini. (*)