Rumah Seni di Jalan Braga Cita-cita Ropih Sejak Kecil, Tidak Hanya untuk Galeri Lukisan

RUMAH Seni Ropih bukan hanya galeri lukisan. Di bangunan yang berada di Jalan Braga itu, terdapat ruangan yang bisa digunakan para pelaku seni untuk b

TRIBUN JABAR/JANUAR PH
GALERI - Galeri lukisan di Rumah Seni Ropih di Jalan Braga, Selasa (30/6). 

RUMAH Seni Ropih bukan hanya galeri lukisan. Di bangunan yang berada di Jalan Braga itu, terdapat ruangan yang bisa digunakan para pelaku seni untuk berlatih. Bukan hanya tempat untuk melukis.

"Di sini, tidak hanya melukis, ada kecapi suling, pencak silat, dan band. Komplet, lah," kata Ropih Amantubillah di Rumah Seni Ropih, Jalan Braga, Kota Bandung, Selasa (30/6).

Luas bangunan ini mencapai 800 meter persegi dan diresmikan pada 22 Mei 2011.

Rumah Seni Ropih merupakan keinginan Ropih sejak kecil. Menurutnya, keinginan itu doa. Semuanya, katanya, pasti ada jalan.

"Saya dulu mah masuk ke toko malu, tetapi karena kemauan itu doa, keinginnya saya terkabul," katanya.

Sebelum menempati galeri itu, Ropih berpindah-pindah toko di kawasan Braga. Pernah juga, katanya, dia berjualan lukisan di kaki lima.

Tempat melukis di Rumah Seni Ropih, Jalan Braga, Kota Bandung.
Tempat melukis di Rumah Seni Ropih, Jalan Braga, Kota Bandung. (Tribun Jabar/Januar P Hamel)

Ropih mengaku sejak kecil sudah belajar berjualan lukisan. Dia berjualan di sela-sela waktu sekolahnya.

Rumah Seni Ropih berada di sebelah kiri Jalan Braga kalau dari arah Jalan Naripan.

Bangunannya terlihat berbeda karena banyaknya lukisan dipamerkan di bagian depan bangunan tersebut.

Bagian depan bangunan itu layaknya toko. Namun, jika ke dalam ada ruangan bawah tanah yang mereka sebut ruang publik. Di sanalah para pelaku seni bisa berlatih, apa pun jenis keseniannya.

Selasa (30/6) siang, sebuah grup kesenian kacapi suling sedang berlatih. Mereka sudah sekitar dua tahun menggunakan ruangan ini, setiap Selasa.

"Kami berlatih di sini tidak bayar. Kebetulan kami kemitraan dengan Pak Ropih.

"Jadi, kan, kami saling membutuhkan. Kami banyak mengundang orang ke sini. Nanti bisa melihat lukisan," kata Ade (51), warga Cilengkrang yang ikut berlatih di sana.

Menurut Gina, pengelola Rumah Seni Ropih, silakan saja yang mau berlatih di sini. Gina mengatakan, Rumah Seni Ropih memberikan fasilitas kepada para pelaku seni.

GALERI - Galeri lukisan di Rumah Seni Ropih di Jalan Braga, Selasa (30/6).
GALERI - Galeri lukisan di Rumah Seni Ropih di Jalan Braga, Selasa (30/6). (TRIBUN JABAR/JANUAR PH)

"Kalau berjualan memang rugi, tapi kalau seni mah, tidak ada pandangan jual-beli. Itu mah kebahagian yang tidak terbeli saja," kata Gina.

Ruang publik, yang berada di bawah bangunan, oleh mereka disewakan juga untuk sebuah kegiatan untuk pameran misalnya. "Soal harga mah, ngobrol saja, gampang," kata Gina.

Menurut Gina, ruang publik mereka sering digunakan, tetapi untuk tahun ini belum ada rencana kegiatan. "Saat Covid mah, tidak ada program," kata Gina.

Lukisan Ropih Mendunia

Lukisan buatan Braga terkenal ke mancanegara. Tak terkecuali lukisan Ropih Amantubillah (61).

Abah Ropih menjual lukisannya hingga ke Spanyol, Inggris, Amerika, dan Brasil.

"Kalau lukisan saya banyak pembelinya dari berbagai warna negara," kata Abah Ropih di Rumah Seni Ropih, Jalan Braga, Kota Bandung, Selasa (30/6).

Menurut Ropih, Braga adalah destinasi wisata yang pengunjungnya banyak yang datang dari mancanegera.

"Sedikitnya yang datang ke sini itu berasal dari lima negara," kata Ropih.

Ropih menjual lukisannya mulai harga Rp 10 juta sampai Rp 100 juta. Namun, kata Ropih, lukisannya tidak melulu dinilai dengan uang. Tergantung penilaian orang yang menyenangi karyanya.

"Saya pernah menjual lukisan hingga Rp 150.000.000. Dulu, pas lagi belajar pernah menjual lukisan Rp 500.000," katanya.

Lukisan Ropih memiliki khas warna keemasan. Dia memilih warna itu karena ingin hidup di zaman keemasan, tidak mau menderita.

GALERI - Galeri lukisan di Rumah Seni Ropih di Jalan Braga, Selasa (30/6).
GALERI - Galeri lukisan di Rumah Seni Ropih di Jalan Braga, Selasa (30/6). (TRIBUN JABAR/JANUAR PH)

Lukisan berjudul Zaman "Puncak Keemasan", misalnya, merupakan doa agar kariernya sebagai pelukis mencapai puncak seutuhnya.

Ropih pun pernah membuat lukisan berjudul "Bunga Harum Mewangi". Lukisan ini merupakan cerminan keinginan dia agar kehidupannya harum mewangi. Minimal, katanya, di lingkungan keluarganya.

"Banyak orang yang hidupnya sangat bermakna. Baunya wangi sampai sekarang, seperti Diponegoro yang namanya harum hingga sekarang," kata pria kelahiran 12 Februari 1959 ini.

Ropih mengaku belajar sejak berusia tujuh tahun. Dia belajar autodidak di bawah bimbingan ayahnya, Mumu Mitra, yang juga pelukis. Dulu, Mumu memiliki Sanggar Jiva Mukti di Babakan Siliwangi.

"Di sana saya belajarnya. Saat itu ayah saya membawa mitra ke sanggar lukisnya. Jadi, lingkungan memengaruhi saya untuk menjadi pelukis," katanya.

Dalam laman lukisanropih.tripod.com disebutkan, Ropih, pada 1995 hingga 1999, pernah bermukim sekaligus menimba ilmu di Bali.

Ropih adalah anak sulung dari 10 bersaudara. Selain dia, lima adiknya menjadi pelukis, yakn Wahyu, Asep Muslim Mulyana, Dede Ginanjar, Neneng Widia, dan Deden Sugih Abdurachman.

Ropih Amantubillah, Pelukis Asal Braga Bandung.
Ropih Amantubillah, Pelukis Asal Braga Bandung. (Tribun Jabar/Januar P Hamel)

"Wahyu sekarang maju. Dia sekarang melukis di Cipedes," kata Ropih.

Ropih semula terkenal sebagai pelukis beraliran realis. Namun, kini, dia mengaku menjadi pelukis aliran ekspresionis karena tangan kanannya sudah tidak cekatan lagi untuk melukis.

Sejak mengalami stroke, empat tahun yang lalu, dia melukis menggunakan tangan kiri. Menurutnya, sulit melukis realis dengan menggunakan tangan kiri.

Ropih mengaku dulu dalam sebulan ia bisa menghasilkan empat hingga lima lukisan. Namun, katanya, sekarang hanya satu lukisan. Ropih mengaku karyanya hampir habis.

"Kalau lagi mau, ya, melukis. Melukis itu tergantung mood-nya," ujarnya. "Saya melukis sampai saya tidak mampu. Kalau saya mampu, mah, saya terus."
Pengalaman Unik

Ropi mengisahkan sebuah pengalaman uniknya selama berkarier menjadi pelukis. Dia pernah melukis di jalan, ukurannya kecil dan hanya membutuhkan 15 menit untuk menyelesaikannya, tapi ternyata bisa laku Rp 10 juta.

Ropih, Pelukis Asal Jalan Braga ini Tetap Mengajar, Menjadi Guru hingga Hari Tua

Pelukis Asal Braga Mendunia, Lukisan Ropih Khas Warna Emas, Dijual ke Orang Spanyol dan Brasil

Saat itu, katanya, ada orang Inggris lewat, yang bilang lukisannya bagus. "Kejadiannya 8 tahun yang lalu. Orang Inggris itu nanya, 'Kalau dibeli berapa.' Saya tawarkan Rp 10 juta langsung dibeli, padahal ukurannya kecil," kata Ropih.

Temanya topeng, kata Ropih, dan melukisnya di Jalan Braga. Waktu itu menurutnya merupakan pengalaman yang indah. "Itulah, ada suatu keindahan, yang tidak bisa dijadikan patokan. Jadi relatif sebenarnya harga lukisan itu," kata Ropih.

Ada juga yang gila lukisan Ropih. Penggemar lukisan Ropih itu membeli 700 lukisan karya Ropih. Dia, kata Ropih, kepala sebuah bank swasta di Bandung. Menurutnya, sampai sekarang, orang itu masih membeli lukisannya.

"Kalau saya melukis, lukisannya kemudian diperlihatkan ke dia, dia pasti membelinya," katanya. (januar ph)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved