Kehidupan
VIDEO-Satu Keluarga di Cigorowong Ciamis Tinggal di Rumah Reyot, Bagian Dapur Sudah Ambruk
Rumah bilik ukuran 4 x 7 meter persegi yang ditempati Ade Rosadi (39) bersama isteri dan tiga anaknya di Cigorowong Lingkungan...
Penulis: Andri M Dani | Editor: Dicky Fadiar Djuhud
TRIBUNJABAR.ID, CIAMIS – Rumah bilik ukuran 4 x 7 meter persegi yang ditempati Ade Rosadi (39) bersama isteri dan tiga anaknya di Cigorowong Lingkungan Pasir Angin Rt 03 RW 08 Kelurahan Kertasari Ciamis jauh dari kondisi layak.
Bagian dapurnya sudah ambruk. Ruang tengah yang berlantai tanah kini beralih fungsi jadi dapur.
Bagian atap rumahnya pun sudah melengkung.
Sementara satu-satunya kamar menjadi tumpuan segala kegiatan.
Di kamar ukuran 3 x 4 m berlantai bilik bercampur papan tersebut Ade bersama isterinya Yani Rohayani (35) dan tiga anaknya yang masih kecil yakni Rahmat Hidayat (13) yang baru masuk SMP, Nuraisah (10) kelas IV SD dan si bungsu Pramudia (6) yang baru masuk SD tidur sehari-hari serta nonton tipi.
“Kondisi kamarnya juga sudah bocor. Kalau malam turun hujan disertai angin kencang, tidak hanya bocor. Kami tidak bisa tidur, takut kalau rumah ini tiba-tiba ambruk."
"Kami memilih mengungsi ke rumah Mih (orang tua Ade, Nini Nemi). Begitu setiap turun hujan."
"Apalagi kalau gempa, tidak berani berada di dalam rumah,” tutur Ade kepada Tribun Selasa ( 23/6/2020).
Bagian dapur rumah Ade yang berada di pelosok gang di Blok Cigorowong tersebut setahun lalu ambruk bagian atapnya karena para-nya sudah lapuk.
Lantai dapurnya pun sudah ditumbuhi semak belukar. Bapak tiga anak tersebut mengaku tak sanggup memperbaikinya.
Minta ke orang tua juga tidak mungkin, maklum rumah yang ditempati orang tua Ade, Nini Nemi (70) dan aki Asdi (75) yang berada persis di depan rumah Ade kondisinya juga sama, nyaris ambruk dan atappun sebagian sudah diganti rentangan plastik.
Sebagai pekerja kasar buruh serabutan Ade mengaku tidak punya uang untuk memperbaiki dapur yang sudah terlanjur ambruk tersebut.
“Jangankan untuk memperbaiki rumah, untuk kebutuhan sehari-hari saja susah. Anak-anak sekolah semua,” katanya.
Sementara isteri Ade, Yani Suryani sehari-hari bekerja sebagai buruh “nyuci”.
“Isteri saya kerjanya juga serabutan. Kalau ada yang minta tolong, seringnya jadi buruh nyuci,” tutur Ade.