Webinar Adaptasi Kebiasaan Baru
Serang Sisi Kesehatan dan Berefek pada Ekonomi, Logistik Tetap Survive di Tengah Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan dan sosial masyarakat, namun juga menghujam sisi perekonomian.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Giri
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan dan sosial masyarakat, namun juga menghujam sisi perekonomian. Pemerintah dan kalangan dunia usaha pun terus berjuang mengatasi berbagai dampak Covid-19, termasuk Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan perusahaan pengiriman dan logistik, dalam hal ini JNE sebagai perusahaan besar bidang logistik dan pengiriman di Indonesia.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengatakan Covid-19 ini bukan lagi hanya berdampak pada krisis kesehatan, tapi juga krisis ekonomi. Dua hal ini, katanya, menjadi dilema yang dialami semua pemimpin dunia, mulai dari level presiden sampai kepala daerah.
Contohnya saat pemerintah memberlakukan new normal atau adaptasi kebiasaan baru (AKB) saat pandemi masih berlangsung, kalangan bidang kesehatan keberatan. Sama halnya saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diperpanjang, pihak yang berkecimpung di dunia ekonomi pun berkeberatan.
"Jadi itulah pahitnya situasi hari ini. Tapi sebagai pemimpin harus ambil keputusan karena seburuk-buruknya pemimpin adalah pemimpin yang tidak mau mengambil keputusan. Kita sudah menyadari bahwa Covid-19 ini adalah dua krisis," kata gubernur yang akrab disapa Emil ini dalam seminar online yang digelar Tribun Jabar bersama Pemprov Jabar dan JNE, Kamis (11/6/2020) malam.
Untuk membangkitkan bidang ekonomi di tengah wabah, katanya, dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kondisi kesehatan. Dalam hal ini disesuaikan dengan tingkatan penanganan Covid-19 di setiap daerah, dari mulai kabupaten/kota sampai desa.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat kemudian membagi level kewaspadaan penyebaran Covid-19 di Jabar dalam lima level atau tahapan.
"Ahli ekonomi mengatakan sebaiknya mengukur dengan risiko kesehatan. Kami ukur ini dan dapat kesimpulan. Level hitam, istilahnya, ekonominya 10 persentermasuk logistik. Zona merah itu PSBB dan maksimal ekonominya 30 persen dan logistik juga aman. Ekonomi di zona kuning itu boleh 60 persen, termasuk logistik, dan zona biru itu boleh 90 persen, logistik aman, kemudian baru zona hijau," katanya.
Emil mengatakan dalam perekonomian, sektor pengiriman atau logistik ini menjadi perhatian karena menjadi satu di antara sektor yang tidak terganggu oleh wabah Covid-19. Kebutuhan akan logistik dan pengiriman barang tetap ada bahkan meningkat saat wabah ini terjadi.
"Bisnis yang tidak akan hilang walaupun diinterupsi oleh Covid-19 adalah pertanian, perkebunan, perikanan, kelautan, pangan, dan logistik. Ini survive dalam situasi apa pun di masa depan. Balik ke urusan perut dan urusan pengirimannya, kira-kira begitu," katanya.
Upaya digitalisasi perekonomian masyarakat di Jawa Barat pun, menurut Emil, kian terdorong dengan adanya Covid-19 ini. Pada akhirnya, masyarakat menggunakan platform digital untuk berbisnis atau menjual barang dan tentunya menggunakan jasa pengiriman barang untuk distribusinya.
Hal tersebut pun, menurutnya, terjadi di desa. Masyarakat desa kini didorong oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mengembangkan bisnis dan perekonomiannya dengan menghadirkan teknologi di bidang produksi sampai pemasarannya.
"Hikmah Covid-19 resep terbaik kami, desa digital bisa bikin yang di desa jadi jualan online. Tinggal di desa tapi connect ke dunia, pengirimannya dibantu JNE-lah kira-kira begitu. Perekonomian desa akan kami perkuat supaya apa pun bisnis di desa bisa maju, termasuk pariwisatanya. Kami tidak mengubah karakter desa, hanya menambah cara berkehidupannya supaya tetap terkoneksi," katanya.
Pengaturan reaktivasi kegiatan ekonomi yang disesuaikan dengan kondisi penanganan Covid-19 di masing-masing daerah, katanya, juga untuk mempersiapkan diri menghadapi gelombang kedua atau ketiga Covid-19. Dengan resep pengaturan ini, katanya, dampak Covid-19 terhadap kesehatan atau pun ekonomi dapat diredam di gelombang berikutnya.
"Kata ahli ekonomi, perekonomian harus digerakkan bertahap, jangan digerakin sekaligus. Apa definisi bertahap, maka kita bikinlah klasifikasi perekonomian yang high impact tapi low risk dulu, kemudian low impact-low risk, high impact-high risk, low impact-high risk," katanya.