Kisah Perempuan Muda Perajin Coet di Cianjur, Tetap Bertahan di Tengah Pandemi Corona

Di tengah pandemi corona, seorang perempuan muda perajin coet (ulekan) tradisional, Rani Anjani

Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Ichsan
tribunjabar/ferri amiril mukminin
Rani Anjani (22) perajin coet 

Berbeda dengan membuat coet, Hendar mengatakan ia hanya mampu memproduksi lima buah hawu setiap harinya.

"Kalau bahan campurannya tanah liat, pasir, dan tanah kebun," kata Hendar.

Iim (60) seorang perajin yang sudah makan garam dalam industri rumahan ini mengatakan campuran tanah liat, tanah kebun, dan pasir sungai bisa memperkuat konstruksi dari tanah dan tak mudah pecah saat dibakar.

"Kalau tak dicampur biasanya mudah pecah setelah dibakar," kata Iim.

Gojek Kembali Ringankan Beban Harian Mitra melalui Program “Paket Makan Keluarga”

Kepala Desa Cibadak Elan Hermawan mengatakan, potensi kerajinan coet dan hawu dari desanya sangat mungkin untuk berkembang menjadi destinasi wisata kerajinan.

"Saya melihat saat ini serba modern, tentunya jika dikenalkan kepada kaum milenial tentang tata cara membuat kerajinan akan menjadi daya tarik tersendiri, hal ini sudah menjadi agenda saya ke depan," katanya.

Elan juga mendapat aspirasi dari para perajin mengenai pasar yang kini cukup sulit karena persaingan dengan bahan modern.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved