Bedanya Belva Devara dan Nadiem Makarim saat Hengkang, Sikap Belva Tak Menuntaskan Polemik, Nadiem?

Posisi Belva Devara yang memutuskan mundur dari jabatan beberapa waktu lalu juga dialami serupa oleh Mendikbud Nadiem Makarim, tetapi ada perbedaan me

Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Ravianto
Kolase TribunJabar.id (Tribunnews dan TribunJabar.id)
Ujian Nasional atau UN bakal dihapus Mendikbud Nadiem Makarim, akun Instagram Kemdikbud RI kini 'diserbu'. 

TRIBUNJABAR.ID - Belva Devara yang memutuskan mundur dari jabatan beberapa waktu lalu juga dialami oleh Mendikbud Nadiem Makarim.

Tetapi ada perbedaan mencolok, begini bedanya

Setelah polemik kartu prakerja, Belva Devara menjadi sorotan publik.

Menjabat sebagai staf khusus Jokowi, Belva Devara pun masih memegang posisi CEO di Ruangguru.

Terlebih perusahaannya itu terpilih menjadi mitra program kartu prakerja.

Hal itu membuat publik bertanya-tanya soal adanya politik di dalamnya.

50 Ucapan Selamat Menunaikan Puasa Ramadhan, Marhaban ya Ramadhan, Cocok Diupdate di WA hingga FB

Akhirnya Belva Devara pun memutuskan hengkang sebagai staf khusus Jokowi.

Belva lebih memilih melanjutkan kariernya menjalankan Ruang Guru.

Beberapa waktu lalu keputusan serupa juga dialami oleh Nadiem Makarim.

Seperti diketahui Nadiem Makarim merupakan CEO dari platform decacorn Gojek.

Kala itu ia ditunjuk Jokowi untuk menjabat sebagai Mendikbud.

Hal ini membuat Nadiem berada di antara dua pilihan.

Yakni melepaskan jabatan strategisnya di Gojek atau tidak menerima permintaan dari Jokowi sebagai Menteri.

Akhirnya Nadiem pun lebih rela melepaskan jabatannya sebagai CEO Gojek.

Nadiem Makarim memilih bergabung menjadi Mendikbud Jokowi.

Saat itu Nadiem menyatakan ia tidak ingin membuat keputusan strategis lantaran ia memilih untuk fokus menjalankan jabatannya sebagai Menteri.

"Saya sepenuuhnya mundur dari GoJek, tidak lagi membuat keputusan strategis agar fokus menjalankan jabatan," ujar Nadiem ketika menemui wartawan di Istana Negara.

Nadiem sendiri lebih awal memutuskan untuk hengkang dari jabatan CEO agar tak timbul hal yang diinginkan.

Demikian berbeda dari Belva Devara yang kini dilingkupi kecurigaan publik.

Adanya polemik kartu pra kerja membuat Belva pun mempertimbangkan sebuah keputusan.

Namun berbeda dari Nadiem, Belva lebih rela melepas jabatannya sebagai staf khusus Jokowi.

Biodata Belva Devara, Staf Khusus Jokowi yang Mundur, Sukses di Usia Muda CEO Startup Ruang Guru

Pengamat Ekonom

Pengamat Ekonom ini pun menilai adanya perbedaan sikap antara Nadiem dan Belva.

Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menilai mundurnya Nadiem kala itu tak ada konflik kepentingan.

Sementara Belva, ia Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menilai keputusan mundur dari staf khusus justru tak menjawab dan menuntaskan polemik.

"Permasalahan terkait Kartu Prakerja tidak serta merta tuntas dengan mundurnya Belva," ujar Bhima, kepada Tribunnews, Rabu (22/4/2020).

Menurutnya, Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan para mitra ini perlu diusut.

"Pertama, masih perlu dilakukan penyidikan terkait MoU mitra pelaksana Kartu Prakerja yang dilakukan sebelum Peraturan teknis dikeluarkan Pemerintah," jelas Bhima.

Kedua, Kartu Prakerja, ia nilai tidak menjawab persoalan krisis yang dihadapi masyarakat saat ini, satu di antaranya mereka yang menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pandemi virus corona (Covid-19).

Para korban PHK yang mendapatkan penawaran untuk program ini, sebenarnya lebih membutuhkan Bantuan Langsung Tunai (BLT).

"Korban PHK lebih membutuhkan bantuan berupa cash transfer atau BLT dibandingkan dengan pelatihan online," kata Bhima.

Sebelumnya, Bhima mengakui bahwa dirinya memang mengajak Adamas Belva Syah Devara untuk melakukan debat terbuka.

Pengajuan ajakan debat ini terkait dengan isu Kartu Pra Kerja, Konflik Kepentingan, Oligarki Milenial serta permasalahan lainnya yang dihadapi bangsa ini di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Ia mengaku sudah berupaya untuk melakukan komunikasi dengan CEO sekaligu Founder Ruangguru itu, namun hingga kini belum ada jawaban terkait ajakan debat tersebut.

Bhima pun menegaskan bahwa ajakan debat terbuka ini merupakan inisiatif pribadinya sebagai seorang Ekonom tanpa membawa lembaga yang selama ini menaunginya.

"Saya nggak pakai nama lembaga (di mana saya bekerja) ya, ini tanggung jawab pribadi sebagai ekonom saja. Saya sudah berusaha kontak via media sosial dan kontak langsung tapi masih menunggu jawaban," ujar Bhima, kepada Tribunnews, Minggu (19/4/2020).

Menurut Bhima, penting bagi publik untuk mengetahui seperti apa ide-ide yang bisa dimunculkan oleh salah satu stafsus milenial ini.

Terlebih dalam situasi menghadapi pandemi corona.

"Iya, sebagai perwakilan milenial dan cukup dekat dengan presiden, saya kira penting bagi publik untuk menilai gagasan dari stafsus milenial di tengah Covid-19," jelas Bhima.

Selain itu, Bhima juga tertarik dengan posisi yang kini dipegang oleh Belva yang belum melepaskan jabatan strategisnya di Ruangguru, padahal sudah masuk ke dalam pemerintahan.

Perlu diketahui, Skill Academy by Ruangguru menjadi salah satu dari 8 digital platform yang ditunjuk pemerintah untuk mengisi pelatihan pada program Kartu Pra Kerja.

"Kemudian terkait indikasi adanya konflik kepentingan, antara CEO sebuah platform yang dijadikan mitra pemerintah dalam program Kartu Pra Kerja, dan posisinya juga sebagai Staff Khusus Presiden," kata Bhima.

Bhima pun mengaku benar-benar ingin mengetahui seperti apa perspektif Belva dalam memandang tata kelola sistem pemerintahan.

Karena menurutnya, biasanya para kaum milenial selalu kritis dalam menyampaikan kritik untuk merubah birokrasi menjadi lebih baik.

"Ini cukup menarik bagaimana milenial memandang governance, praktik tata kelola yang baik, karena milenial dikenal sebagai kelompok sosial yang progresif, kritis dan menginginkan perubahan birokrasi, bukan menjadi oligarki baru," tegas Bhima.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved