Di Medan Polisi Dihukum Karena Meludah, Di Tasik Aiptu Endang Dapat Penghargaan Karena 'Jadi Bidan'
Aiptu Endang Rahman, Kanit Patroli Polsek Ciawi, Polres Tasikmalaya Kota, mengaku tak menyangka tindakannya jadi bidan dadakan mendapat penghargaan
Penulis: Firman Suryaman | Editor: Kisdiantoro
Laporan Wartawan Tribunjabar.id, Firman Suryaman
TRIBUNJABAR. ID, TASIKMALAYA - Aiptu Endang Rahman, Kanit Patroli Polsek Ciawi, Polres Tasikmalaya Kota, mengaku tak menyangka tindakannya jadi bidan dadakan mendapat penghargaan Kapolda Jabar.
Sebagai manusia biasa, Endang merasa tindakannya saat jadi bidan dadakan, sebagai tindakan kemanusiaan yang tampaknya akan dilakukan oleh siapa pun dalam kondisi darurat seperti itu.
"Saat itu kondisinya serba darurat. Saya yang kebetulan berada di posisi paling dekat, otomatis langsung berupaya membantu persalinan, ketika Ibu Ika terlihat seperti ngeden," kata Endang, saat ditemui seusia menerima penghargaan dari Kapolda Jabar yang disampaikan Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Anom Karibianto, di halaman Mapolres, Senin (13/4).
• Dokter Tirta Ajak Anak Muda Bandung Aktif Cegah Penyebaran Corona, Tidak Harus Jadi Influencer
Namun begitu, Endang mengaku senang dan bangga. Apalagi yang memberikan apresiasi adalah Kapolda Jabar.
"Serasa mimpi dapat penghargaan dari Pak Kapolda. Padahal tindakan saya sudah jadi kewajiban menolong sesama," ujarnya.
Menurut Endang, penghargaan tersebut akan menjadi kenangan indah selama ia bertugas di kepolisian. Penghargaan akan diabadikan di rumah, untuk memotivasi anak dan cucunya kelak.
"Ini akan menjadi kenangan indah saya selama jadi anggota polisi. Tugas saya hanya tinggal dua tahun lagi. Mungkin suatu saat nanti saya akan cerita kepada cucu kalau kakeknya pernah jadi seorang bidan," kata Endang sambil tertawa.
Endang yang beristrikan Oneng W, kini memiliki dua anak perempuan yang sudah berumah tangga, Denia Rahmawaty dan Selly Sulastri Rahayu. Dari kedua putrinya dikaruniai cucu yang masih kecil-kecil.
• Untuk Dapat Kartu Pra Kerja Harus Ikut Tes Kemampuan Dasar, Apa Saja yang Mempengaruhi Kelulusan?
Lantas bagaimana persisnya kronologi proses persalinan Ika, seorang ibu muda berusia 31 tahun yang terjadi Selasa (31/3) pagi itu.
Menurut Endang prosesnta berlangsung dramatis dan cepat karena memang terjadi tanpa diduga sebelumnya.
"Pagi itu saya dapat telepon dari Pak Wahyudin, suami Bu Ika, yang meminta tolong diantar ke Puskesmas karena istrinya akan melahirkan dan kondisinya sudah darurat. Saya ajak Pak Nana (Aiptu Nana, Kanit SPK Polsek Ciawi yang juga dapat penghargaan, Red) seger meluncur ke lokasi menggunakan mobil patroli sedan," ujarnya.
Sesampai di lokasi di Kampung Regol, Desa Pakemitan, Ciawi, terlihat Wahyudin sedang membopong Ika (31), istrinya, yang terlihat sudah lemas karena menahan sakit akan melahirkan.
"Saya langsung ikut membopong dan segera dimasukkan ke dalam mobil di jok depan," kata Endang. Namun baru juga kepala dan badan Ika masuk mobil, ia sudah kaborosotan (tak kuat lagi menahan kelahiran, Red)," kata Endang.
Endang yang posisinya paling dekat dengan tubuh Ika, tak bisa berbuat lain selain membantu proses persalinan. Posisi Wahyudin sendiri berada di dalam mobil sambil menggendong kepala dan badan istirnya.
"Saya saat itu diberi ketenangan. Sambil jongkok saya bersiap sebisanya, dan //alhamdulillah// bayi keluar sendiri dari balik kain samping yang menutupi aurat Bu Ika, dan langsung saya tangkap sambil menarik ujung kain samping agar bayi tidak jatuh ke tanah," ujar Endang.
• Penyanyi Jebolan Indonesian Idol Rinni Wulandari Rindu Ngabuburit Puasa Ramadhan, Pengin Ngemall
Kebetulan ada dua perempuan melintas. Keduanya segera diminta bantuan untuk memegang tubuh Ika. Sementara Nana segera memanggil bidan terdekat.
"Ketegangan belum berakhir karena bidan belum kunjung datang. Posisi saya sampai jatuh terduduk menahan bayi dan sebagian tubuh Bu Ika. Tangan sudah gemetar menahan beban. Sekitar 20 menit barulah bidan datang dan mengambil bayi," ujar Endang.
Ibu dan anak pun akhirnya selamat tak kurang suatu apa dan mendapat penanganan yang layak oleh bidan di rumah mereka. "Baju saya dipenuhi darah. Saya pamit pulang dulu untuk ganti baju," kata Endang.
Setelah proses persalinan yang sukses itu, barulah Endang merasakan kekhawatiran.
"Reuwas kareureuhnakeun (merasa khawatir membayangkan proses persalinan, Red) Kang. Saya jadi khawatir bagaimana jadinya jika saat itu bayi tidak tertangkap. Dipastikan akan jatuh ke tanah dan sudah tentu akan jadi musibah. Makanya tak henti-hentinya saya berucap syukur. Allah Yang Maha Kuasa masih memberikan perindungan kepada kami," ujarnya.
• Polisi Dalami Keterkaitan Tiga Orang Vandal di Banjar dengan Kelompok Anarko
Tindakan Aiptu Endang sangat terpuji dan membanggakan institusi Polri.
Di Medan, ada polisi yang bikin malu lembaganya. Bripka RS tertangkap kamera video melakukan pungli dan meludahi pengendara mobil.
Akibat perbuatan tercela itu, Kapolrestabes Medan mengusulkan Bripka RS ini dimutasi ke tempat lain sebagai hukuman. (firman suryaman)