Suara Dentuman Misterius yang Didengar Warga Jabodetabek Dipastikan Bukan Gunung Anak Krakatau

Hendra menyebut tipikal erupsi Gunung Anak Krakatau saat ini dengan kondisi gas yang relatif sedikit dan lebih bersifat aliran.

Editor: Ravianto
capture youtube@ Indonesia Nature Film Society
Gunung Anak Krakatau setelah letusan dahsyat Desember 2018 sampai Januari 2019 

"Sekarang kondisi Anak Krakatau pasca-letusan Desember sampai akhir Januari yang dulunya pulau ini tertutup vegetasi yang cukup lebat, kini kondisinya gundul," kata Prof DR Tukirin Partomiharjo, peneliti suksesi Gunung Anak Krakatau dalam video tersebut.

Lebih lanjut, dia juga menerangkan mengenai kondisi tubuh Gunung Anak Krakatau yang berubah drastis.

"Kini di tengahnya ada cekungan, ada danau," tambah Prof DR Tukirin Partomiharjo.

Gunung Anak Krakatau dengan danau di tengahnya.
Gunung Anak Krakatau dengan danau di tengahnya. (youtube@Indonesian Nature Film Society)

Kondisi lebih memilukan terlihat di Pulau Sertung, pulau terdekat dari Gunung Anak Krakatau.

"Sebelum letusan 2018, tertutup oleh hutan, sekarang jadi gersang dan terbuka seperti pohon yang meranggas," terang Prof DR Tukirin Partomiharjo.

Dari video yang diunggah tersebut, memang terlihat bagian pantai Pulau Serung yang gersang dengan pohon-pohon seperti meranggas.

Tidak ada tumbuhan hijau, yang terlihat hanya pohon kering dengan batangnya yang coklat.

Begitu juga dengan daratan yang terlihat gersang.

Letusan dahsyat Gunung Anak Krakatau disertai tsunami akhir tahun lalu sampai awal tahun 2019 juga mengubah bentang alam Gunung Anak Krakatau dan pulau-pulau sekitarnya.

Kondisi vegetasi yang rusak di Pulau Sertung pasca tsunami Gunung Anak Krakatau, Januari 2019.
Kondisi vegetasi yang rusak di Pulau Sertung pasca tsunami Gunung Anak Krakatau, Januari 2019. (youtube@Indonesian Nature Film Society)

"Dampak dari tsunami telah mengubah bentang pantai di sebagian besar pulau, baik Pulau Rakata, Serung, Pulau Panjang. Hampir semua pantai landainya habis," papar Prof DR Tukirin Partomiharjo.

"Ini peristiwa alam yang cukup menarik karena cukup mengubah bentang alam."

Pasca-letusan dahsyat tersebut, wilayah Gunung Anak Krakatau bahkan tak lagi bisa digunakan untuk wisata alam.

Semula, wilayah Gunung Anak Krakatau memang akan digunakan sebagai wisata alam.

Menurut Taufik Ismail, Kepala Seksi Konservasi Wilayah 3 Lampung, BKSDA Bengkulu, wilayah Gunung Anak Krakatau kini hanya bisa digunakan untuk cagar alam dan cagar alam laut.

"Kita lebih mengarahkan pada penelitian, pendidikan konservasi dan penyimpanan karbon," ujarnya.

Gunung Anak Krakatau (tengah) dengan Pulau Serung dan Pulau Rakata di belakangnya.
Gunung Anak Krakatau (tengah) dengan Pulau Serung dan Pulau Rakata di belakangnya. (youtube@Indonesian Nature Film Society)
Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved