Sejak Lockdown Berlaku, TKI Ilegal di Malaysia Makin Merana, Gaji Tak Penuh Hingga Makan Tikus

Sejumlah tenaga kerja ilegal asal Indonesia, hidup dalam kesulitan di Malaysia sejak negara tersebut memberlakukan lockdown untuk mencegah penyebaran

Editor: Theofilus Richard
P3WNI Malaysia via Kompas.com
Pekerja migran asal Indonesia di Malaysia berharap bantuan pemerintah, Kamis (26/3/2020). 

TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Sejumlah tenaga kerja ilegal asal Indonesia, hidup dalam kesulitan di Malaysia sejak negara tersebut memberlakukan lockdown untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Seorang pekerja yang bekerja di sebuah pertambangan di Sarawak, Malaysia, Mujianto, bercerita bahwa dia tidak mendapat gaji secara penuh sejak kebijakan lockdown diberlakukan.

Dilansir dari Kompas.com, sejumlah pekerja terpaksa makan tikus.

Hal itu yang dirasakan salah seorang teman Mujianto yang merupakan pekerja migran ilegal asal Flores, NTT.

Foto tikus sedang dibakar di atas panggangan seadanya dikirim Mujianto ke Kompas.com.

Ridwan Kamil Sebut Wabah Virus Corona Bisa Sampai Akhir Tahun Jika Warga Tak Disiplin

Mujianto mengatakan, itu dilakukan untuk menutupi kebutuhan makan setiap hari karena tidak adanya pendapatan penuh yang mereka terima.

"Sampai ada yang seperti ini, Mas, keadaan teman di Sarawak untuk mengurangi biaya belanja," ujar Mujianto ketika dihubungi, Selasa (7/4/2020).

Mujianto mengungkapkan, rata-rata para pekerja migran ilegal yang tak mendapat upah penuh bekerja di sektor informal.

Di mana gaji harian menjadi sumber pemasukan utama mereka. Seperti bekerja menjadi sopir truk hingga tukang potong buah.

Namun demikian, para pekerja migran resmi tak berdiam diri. Sebagian dari mereka turut turun tangan membantu nasib sesama warga negara Indonesia (WNI) tersebut.

Sebaliknya, Ia mengungkapkan bahwa perwakilan RI di Malaysia sejauh ini belum ada tanda-tanda memberikan pertolongan terhadap nasib warganya. Baik itu migran resmi maupun ilegal.

Mujianto mengungkapkan, akibat kebijakan lockdown tersebut, suasana di Sarawak saat ini sepi.

Ia mengatakan, otoritas setempat juga memberlakukan kebijakan di mana warga hanya memperbolehkan belanja berlangsung pada pukul 07.00 sampai 09.00 waktu setempat dan sore pukul 17.00 sampai jam 19.00 waktu setempat.

"Jadi jalan menuju pasar atau permukiman selalu dijaga polisi dan tentara. Jadi kalau tidak ada kepentingan yang mendesak tidak diperbolehkan keluar," katanya.

Mister Limbad dan Kapolres Beri Bantuan ke RSUD Sayang Cianjur, Sempat Bagikan Sembako di Jalan

Perlindungan hak

Koordinator Bantuan Hukum Migrant Care Nur Harsono telah mendesak pemerintah dapat menggunakan protokol dalam penjemputan pekerja migran Indonesia di Malaysia.

Sumber: Kompas
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved